X-Men: First Class
(2011 - 20th Century Fox)
Directed by Matthew Vaughan
Story by Sheldon Turner, Bryan Singer
Screenplay by Ashley Edward Miller, Zack Stenz, Jane Goldman, Matthew Vaughan
Produced by Gregory Goodman, Simon Kinberg, Lauren Shuler Donner, Bryan Singer
Cast: James McAvoy, Michael Fassbender, Kevin Bacon, Rose Byrne, Jennifer Lawrence, January Jones, Nicholas Hoult, Oliver Platt, Zoë Kravitz, Caleb Landry Jones, Edi Gathegi, Lucas Till
Dan film terakhir yang saya sempatkan tonton di negeri tetangga setelah Harry Potter 7B dan Hanna adalah X-Men: First Class, sebuah film yang bisa disebut prekuel bagi trilogi X-Men yang rilis sekitar 2000-2006—gw berusaha tidak menganggap keberadaan X-Men Origins: Wolverine yang menurut gw kayak nggak serius itu. Gw cukup suka trilogi X-Men yang membangkitkan film2 bertema superhero komik itu—gw paling suka X2/X-Men 2, btw =) *gakadaygtanya*, mungkin juga karena gw udah cukup tertarik sejak dulu ketika versi serial animasinya tayang di RCTI. Lucu juga banyak orang berkekuatan super (dengan excuse "mutasi genetik" biar nggak terkesan terlalu mistis *padahal sama aja hehehe*) berkumpul dan memperlihatkan keahlian2nya yang berbeda-beda. Karena X-Men itu berisi banyak tokoh, maka pasti sulit menampung semua potensi kisah tokohnya dalam beberapa film saja, trilogi X-Men yg kemaren pun lebih banyak berkutat pada Wolverine, Rogue, Jean Grey dan Magneto sebagai musuhnya. X-Men: First Class sendiri mengambil kisah sebelum terbentuknya sekolah khusus anak berbakat (mutan) dan tim X-Men, dan mengkhususkan perhatian pada dua pemimpin kelompok mutan yg berlawanan, Professor X dan Magneto, yang ternyata bersahabat di "awal karir"nya.
Film ini tentang Charles Xavier dan Erik Lensherr muda sebelum nanti mereka masing2 dikenal jadi Professor X dan Magneto. Xavier (James McAvoy)—belum berkursiroda—adalah seorang peneliti spesialis mutan, kaum yang belum begitu kentara kemunculannya, padahal *diam2* bidang itu juga menyangkut dirinya yang bisa telepati, serta teman sejak kecil semacam saudara angkatnya, Raven (Jennifer Lawrence) yang bisa berubah wujud jadi siapapun—kelak jadi Mystique. Berlatar perang dingin dan lomba nuklir AS dan Uni Soviet, tak lama setelah dinyatakan lulus dari Oxford, Xavier didatangi Moira MacTaggert (Rose Byrne), seorang agen CIA yang tengah menyelidiki keterlibatan petinggi militer AS dengan pihak ketiga yang dipimpin Sebastian Shaw (Kevin Bacon) yang ternyata memakai manusia2 berkekuatan aneh—mutan—dalam aksinya. Di sisi lain, Lensherr (Michael Fassbender) sedang melacak kembali orang2 yang telah menyiksa diri dan keluarganya pada saat di kamp konsentrasi Nazi, teristimewa pada sosok Dr. Schmidt, yang tak lain adalah identitas lain dari Shaw yang memang ingin merekrut mutan2 untuk mendominasi dunia. Xavier dan Lensherr dipertemukan lewat kasus ini, bahkan mereka bahu membahu bekerja sama membantu pemerintah AS untuk menumpas Shaw—si tokoh dibalik layar yang ternyata menyuruh Uni Soviet menaruh rudal nuklir di Kuba sehingga memancing perlawanan AS demi menciptakan perang dahsyat—dengan motivasi masing2 tentunya. Xavier dan Magneto pun berusaha merekrut mutan2 sebisa mereka sebagai bentuk perlawanan terhadap Shaw yang tidak bisa dikalahkan dengan kekuatan persenjataan biasa—walau mesti dididik dulu, terutama untuk mencegah peperangan besar yang mengancam kelangsungan umat manusia.
Dengan mengetengahkan cerita di atas, X-Men: First Class sebagaimana film2 X-Men lainnya memamerkan parade tokoh2 mutan lengkap dengan keahliannya. Di pihak Shaw ada si seksi Emma Frost (January Jones), yang bisa telepati dan manipulasi psikis sekaligus dapat mengubah tubuhnya jadi berlian solid, Azazel (Jason Flemyng) yang berwujud iblis jago teleportasi, dan Riptide (Álex González) yang bisa bikin puting beliung dari tubuhnya. Di pihak pemerintah AS dibawah komando MacTaggert, selain Xavier dan Lensherr serta Raven, adalah mutan2 muda yang seluruhnya baru tau kalo mereka bukan satu2nya yang punya kelainan. Ada Angel Salvadore (Zoë Kravitz) yg punya sayap capung dan bisa ngludah bola api, Sean Cassidy alias Banshee (Caleb Landry Jones) yang menghasilkan gelombang ultrasonik, Darwin (Edi Gathegi) yang bisa berubah2 struktur anatomi tergantung lingkungan, Alex Summers alias Havoc (Lucas Till) yang mengeluarkan tembakan laser dahsyat dari tubuhnya, ditambah lagi ilmuan jenius Dr. Hank McCoy (Nicholas Hoult) yang ternyata kakinya kayak primata. Karena masih muda dan labil, maka anak2 baru ini masih perlu dilatih di bawah pengawasan Xavier dan Lensherr sebelum maju "menyelamatkan dunia", masalahnya apakah mereka siap, baik secara fisik maupun psikologis, apalagi pihak yang akan mereka selamatkan belum tentu siap menerima keberadaan mereka.
Buat gw X-Men: First Class punya kualitas cerita yang setara dengan trilogi X-Men sebelumnya (sekali lagi gw tidak menghitung film Wolverine), barangkali karena keterlibatan Bryan Singer si sutradara 2 film X-Men awal. Perhatian terhadap tema diskriminasi dan dilema keberpihakan juga disampaikan dengan baik dan terbilang konsisten dengan trilogi pendahulunya (Xavier yang ingin damai dengan manusia, dan Shaw yang ingin mutan menjadi "spesies" baru penguasa dunia, serta Magneto ingin kaum mutan bersatu melawan diskriminasi). Ngomong2 trilogi X-Men sebelumnya, meski belum tentu ada di semesta yang sama, bahkan ada kemungkinan film ini adalah sebuah reboot seperti halnya Star Trek dan Batman Begins, tetapi X-Men: First Class sepertinya memang dibuat dengan timeline yang senyambung mungkin dengan trilogi X-Men asli, terbukti dari adegan pertama yang sama persis dengan adegan pembuka X-Men—atau lebih tepatnya "reka ulang" krn pemainnya beda, atau adanya cameo Hugh Jackman (Wolverine) dan Rebecca Romijn (Raven dewasa).
Banyaknya tokoh dengan keistimewaan masing2 ini rupanya tidak menjebak para pembuat film ini sehingga menjadikannya terlalu penuh dan keteteran. Sebaliknya, sutradara Matthew Vaughan (yg sebelumnya sukses menggarap Kick-Ass) dengan jeli membagi porsi adegan dan perkenalan tokoh2 dengan rapih dan cukup fair. Antara drama, aksi, serta humornya disajikan dengan porsi yang pas sehingga enak diikuti, mungkin pengecualian pada hubungan Xavier dan MacTaggert yang agak tidak tergali. Gw menangkap ada 2 keunggulan film ini dari film pendahulunya. Pertama adalah pendekatan karakter yang lebih dalam dan berkesan, namun tetap efektif dan efisien, tidak sekedar numpang lewat—kecuali Azazel dan Riptide kayaknya. Kita benar2 bisa mengenal tokohnya, tak hanya Xavier dan Lensherr, juga Raven, McCoy yang kemudian jadi Beast, Banshee, Havoc dkk dengan lebih dekat dan lumayan mengikat secara emosional, bahkan Emma Frost dan petinggi CIA tak bernama yg dimainkan Oliver Platt pun meninggalkan kesan tersendiri. Satu hal yang perlu di-highlight adalah sense of reality pada tokoh2 ini yang tercermin pada adegan ketika mutan2 muda yg direkrut Xavier berkumpul di sebuah ruang, berkenalan, pamer kekuatan dan saling membuat nama julukan berdasarkan kekuatan mutasi mereka layaknya iseng belaka. Yah, namanya juga anak muda =D. Keunggulan kedua adalah dari intensitas adegan, terutama pada bidang laga yang menurut gw paling unggul di antara film X-Men yang pernah ada, tidak terlalu cepat ataupun lambat, serunya pun nggak nanggung—tentu saja ada harmoni dari sinematografi dan visual efek yang oke. Adegan kemarahan Lensherr kecil yang memorakporandakan besi2 ruang penyiksaan, adegan Lensherr besar balas dendam di bar Argentina, penyerangan Shaw dkk ke persembunyian Xavier dan mutan2 baru, dan tentunya perang di klimaks (yang merepresentasikan banyak hal) adalah contoh adegan2 yang digarap dengan maksimal sekaligus keren dipandang. Adegan latihan2 kekuatan mutan2 bakal calon X-Men pun menarik dan menyegarkan...ataupun ketika mereka memakai seragam kuning-biru itu =D.
Dengan demikian X-Men: First Class adalah sebuah tontonan yang sebenarnya tidak boleh dilewatkan, apalagi yang menyukai franchise X-Men, ataupun sekedar suka film aksi fantasi yang menghibur namun tidak kosong. Didukung pula oleh kasting yang baik (Jennifer Lawrence bagus, =)), film ini sebenarnya sayang kalau luput tayang dari bioskop (aargghh...politik sialaaan....!!!). Sejujurnya gw belum berani bilang ini film X-Men terbaik—sementara gw masih ada ganjalan dengan MacTaggert yang sempet "ngilang" di pertengahan, kirain dia penting... —perlu ngecek lagi untuk memastikan itu. Namun yang sudah pasti X-Men: First Class ini layak tonton, menghibur, dan tidak mempermalukan citra merk X-Men...emangnya Wolverine *tetep*.
My score: 7/10
sekdar masukkan,
BalasHapusmenurut saya cerita X-men First Class(2011), tidak ada kaitannya sama sekali dengan cerita X-men trilogi sebelumnya(X1,X2,X3) justru cerita dari origins wolverine lah yang sangat berkaitan dengan trilogi sebelumnya...
kenapa.??
ada beberapa keganjalan yang saya temukan setelah saya menonton film/movie dari x-men baik trilogi maupunn origins(trmasuk frst class) berkali2. seperti yang saya katakan tadi X first class tidak ada kaitannya dengan cerita trilogi sebelumnya karena keganjalan yang saya temukan adalah :
1. di X-men fisrt class professor X mengalami lumpuh, sebelum ia BOTAK(hhaha) dan berpisah dengan magneto. X frst class juga tidak mnampilkan proses magneto membantu professor dalam pembuatan cerebro sebelum mereka berpisah(karena selisih paham dan ideologi). padahal sudah jelas di X2 ketika magneto berkumpul bersama murid xavier(jean dkk) sebelum menyrang markas stryker utk myelamatkan xavier(yang akan disuruh utk membunuh seluruh mutan di dunia), ia berkata "aku lah yang membantu membuat cerebro, tidak kah kau ingat?" dan ini mempertegas bahwa sebelum xavier dan magneto berpisah, cyclopss jean dkk merupakan murid2 pertama yang di rekrut oleh profesor dan mageneto, dan ada pula kaitannya dengan X3 pada saat mereka berdua menjemput jean grey(waktu kecil), dan itu dijelaskan 20 tahun yang lalu sebelum cerita Xtrilogi, nah kalau kisah X first class itu kapan? hayo? malah sebelum origins wolv ;p professor udah lumpuh sebelum ada cyclops dkk. lalu bagaimana kaitan trilogi dan X orgn wolv??
di akhir cerita orgn wolv, profesor tampak gagah berdiri dengan halikopter dan mantelny yang mirip di menit2 awal X3, nya utk menjemput scott muda dan tawanan2 lainnya, dan crita origins ini juga sekitar krg lbh 20 tahun sbelum kisah trilogi, yang semestinya kalau ngikutin alur X frst class profesor udh lama lumpuh pada saat itu. dan masih banyak lagi keganjalan2 lainnya.
nah, mgkn X frst class itu merupakan awal dari sbuah trilogi baru(film X masa depan) yang karakternya agak di adaptasikan dengan seri komik (liat aja kostumnya yang mirip2 ama ver komik), walau cerita film dan komiknya agak beda.
@fathur, hai, terima kasih sudah mampir.
BalasHapusmemang benar, seperti yang saya juga tulis di atas, memang First Class bisa disebut reboot, ceritanya dirombak ulang. jadi memang banyak yang tidak kontinyu dengan trilogi X-Men sebelumnya. Cuman saya juga memperhatikan banyak rujukan yang sedikit banyak nyambunglah sama trilogi X-Men, jadi nggak benar-benar terpisah, yah mungkin sekedar rujukan saja, buat menghibur penggemar trilogi aslinya kali ya =))