My Top 30 Indonesian Songs of the 2010s (from 2010 to 2019)

Eeeeeeehh....sejak kelar posting Top 30 J-Pop Songs of the 2010s tahun lalu (!), tiba-tiba baru keinget gw belum memantapkan senarai serupa untuk kategori Indonesia dan Internasional. Pandemi emang bikin kita jadi kebanyakan mikir ke sana ke mari sih ya hehe *alasan*. Namun, akhirnya gw kembali bersemangat untuk menyusunnya selama beberapa minggu belakangan, dan gw akan mulai lagi dari kategori lagu Indonesia.



Sebagaimana yang menimpa dunia, era mengonsumsi musik di Indonesia sangat berubah dalam satu dekade belakangan berkat hadirnya internet. Mulai dari lagu-lagu 'hit' tak lagi dikurasi cuma oleh pihak radio/TV/majalah, hingga pembelian/purchase rekaman musik baik bentuk fisik maupun unduh berbayar yang kini selangka keberadaan es kepal Milo. 

Tetapi, di periode 2010-2019 menurut gw masih dalam era peralihan. Awal-awal dekade ini masih ada lagu-lagu yang semua orang tahu, sebelum akhirnya di 3-4 tahun belakangan yang disebut lagu 'hit' itu tergantung kita mantengin kanal/aplikasi yang mana, karena konsumen makin diberi keleluasaan menentukan jenis musik apa yang mau didenger (lalu 'dibantu' oleh alogaritma), dan skip yang nggak mau didenger. Contoh gampangnya: ada satu lagu di luar sana yang ngehits banget karena sering dipakai di TikTok, tapi lo nggak pernah denger sama sekali karena selama ini lo cuma denger lagu-lagu dari radio AM. Wicis nggak ada salahnya.

Nah, saat ngumpul-ngumpulin lagu buat nyusun senarai ini, gw merasa pilihan gw pun terpengaruh oleh perubahan-perubahan tadi. Saat coba bandingin sama senarai Indonesian Songs of the 2000s, arah musik yang gw pilih sekarang ini agak muter di situ-situ aja, hahaha. Bisa juga disebabkan cara gw mendapatkan dan mendengarkan musik sudah ikut berubah, atau bisa juga karena...umur T^T.

Anyway, sama seperti yang kategori J-Pop, gw telah memilih 30 lagu Indonesia rilisan tahun 2010 hingga 2019 yang paling berkesan buat gw pribadi, namun sebenarnya ini juga masih fleksibel karena bisa saja kesukaan gw berubah di tahun-tahun mendatang, atau ada lagu bagus dari era tersebut yang gw kelewatan (banyak banget pasti). Jadi bisa dibilang belum fix-fix amat, tapi udah cukup mewakili pemikiran dan memori gw per tahun 2021 ini. 

Oh ya, gw juga menetapkan yang masuk senarai adalah lagu-lagu produksi Indonesia yang liriknya dominan bahasa Indonesia dan daerah-daerahnya, dan bukan cover/recycle/terjemahan--sampling masih bisalah ya. Plus, seperti biasa, satu artis hanya satu entri lagu, kecuali untuk duet/kolaborasi...makanya somehow ada banyak Glenn Fredly muncul di senarai ini ='). 


*Special Mentions*
Lagu-lagu layak simak dan berkesan tetapi belum dapat gw masukkan ke senarai utama, dalam urutan abjad judul lagu.


[special mention] "Diam-Diam Suka" (2013) - Cherrybelle

Lagu girl-group yang berupaya memasukkan karakter 'Indonesia' dan cocok.




[special mention] "Gara Gara Kahitna" (2013) -  Project Pop

Penghormatan kepada band besar oleh band besar, membongkar pasang lirik-lirik dari diskografi Kahitna menjadi satu lagu yang jenaka dan cute.




[special mention] "Lebih Indah" (2011) - Adera

Love ballad tidak mellow paling sukses se-Indonesia hingga sekarang (gw cuma keganggu kata "merubah").




[special mention] "Secukupnya" (2019) - Hindia

Lirik raw dibungkus bunyi-bunyian kini dan ambience yang hipnotik.




[special mention] "Tak Pernah Setengah Hati" (2010) - Tompi

Lagu cinta mellow klasik khas pop Indonesia dibawakan dalam vokal soulful dan diperindah oleh komposisi dramatis yang megah.







Baiklah, siap lanjut? Dalam urutan mundur...


MY TOP 30 INDONESIAN SONGS OF THE 2010s






30. "Rayu" (2019) - Marion Jola feat. LALEILMANINO

Salah satu karya yang mewakili tren musik perkotaan di penghujung era 2010-an, lagu ini membawa kembali atmosfer pop kreatif Indonesia 1980-an dengan permainan instrumen elektronika dan progresi pop-agak-jazzy. Meski demikian, pembawaannya tetap ringan dan manis, mellow-nya ada tetapi nggak mengawang-awang. Makin terasa vintage lagi dengan akhiran lagu yang menggunakan fade out =).




29. "Akankah Dia" (2011) - Sidepony

Hanya beberapa saat setelah lagunya mulai, petikan gitar dan iramanya mengalirkan rasa nyaman, yang kemudian dibelokkan ke susunan kord dan melodi yang lebih berombak di refrain. Seakan mewakili gambaran liriknya tentang falling in love with someone you can't have.




28. "Terlatih Patah Hati" (2013) - The Rain feat. Endank Soekamti

Penggabungan yang klop antara vulnerability The Rain dengan energi power-pop dari Endank Soekamti. Tanpa harus dikupas-kupas makna yang terkandung, lagu ini terus beresonansi hingga menjadi rock ballad anthem berkat kelugasan dan kesederhanaannya. 




27. "Dari Mata"(2016) - Jaz

Walau secara musik dan vokal sudah mulai keep up, salah satu unsur yang kadang kurang di-push dari musik pop-R&B Indonesia adalah 'groove'-nya. Maka gw begitu terkesan sejak mendengarkan lagu ini, yang baik vokal maupun melodinya mungkin nggak super kompleks, tapi groove-nya mengalir pas dan enak banget, nggak kaku tapi juga nggak sembrono--mis. pemilihan celah ketukan saat mengulang lirik "matamu" atau pola bunyi hi-hat di verse pertama.




26. "Harus Bahagia" (2018) - Yura Yunita

Kesan gw bahwa Yura adalah vokalis yang kuat dan tahu betul musik yang bisa mengiringi vokalnya itu, semakin dikuatkan lewat lagu bercitarasa Motown soul ini. Lagu singkat, ceria, up-beat, lirik yang nggak terlampau puitis, dan nggak perlu tembakan nada tinggi yang ngegas, namun nggak mendegradasi kekuatan vokal dan karakter Yura, sehingga pesan positivity-nya pun bisa tersampaikan dengan baik.




25. "Paralyzed" (2011) - Agnes Monica

Buat gw lagu ini adalah ekuilibrium yang paling mempertemukan hasrat artistik Kak Nez untuk membuat karya setaraf pop internasional namun juga masuk ke preferensi penikmat domestik. Formulanya meneladani lagu-lagu pop-dance mancanegara dengan instrumen digital yang menonjolkan beat, di saat yang sama juga punya melodi dan lirik yang mudah dinalar. Her overall best track in the 2010s, by far.




24. "Tolong" (2018) - Budi Doremi

Bang Budi untungnya survive dari kepopuleran rilisan perdananya (lagu "Do Re Mi" (2012)) yang cenderung jadi becandaan oleh sebagian orang. Makin ke sini, karakternya sebagai a genuine singer makin terlihat dan kemasan musiknya semakin apik. "Tolong" balada cinta dengan iringan musik yang nggak terlalu rumit, namun pemilihan irama, melodi, serta pembawaan vokal Budi menjadikan lagu ini punya tekstur dan teraba emosinya. 




23. "Akad" (2017) - Payung Teduh

Gw setuju lagu ini sempat overplayed di mana-mana bikin eneg, tapi gw nggak setuju kalau lagu ini dibilang jelek. Kalau lagu romantis--specifically buat melamar--biasanya identik dengan irama sendu dan kalau bisa diiringi piano doang, gw suka dengan olahan musik vintage di sini, yang menyerempet R&B playful sekaligus, err, meneduhkan. Bikin mood jadi cerah dan happy gitu.




22. "Tanpa Tergesa" (2018) - Juicy Luicy

Sudah nggak terhitung lagu pop ballad Indonesia yang dikomandoi petikan gitar akustik nggak full band atau orkestra. Lagu Juicy Luicy yang ini melanjutkan tradisi itu, namun gw menemukan ada warna yang cukup menyegarkan di sini. Di luar melodinya yang mudah ditangkap, gw tertarik pada liriknya yang menurut gw adalah salah satu contoh penulisan lirik lagu berbahasa Indonesia yang baik: bahasanya jelas, nggak ada kata-kata terlalu aneh, tapi tetap bisa lembut dan berima. Plus warna vokal yang agak raspy makin menguatkan nuansa keresahan dari kisah yang disampaikan.




21. "Siapkah Kau 'Tuk Jatuh Cinta Lagi" (2015) - HiVi!

Semangat muda band pop-urban ini agak direm untuk lagu yang bernuansa smooth jazz-R&B ini. Liriknya (dan judulnya) yang lumayan menohok dikawinkan dengan warna musik nostaljik menimbulkan daya tarik ke--asumsi gw doang sih--kaum muda maupun agak tuwa. Komposisi dan aransemen musiknya tetap terasa berbobot sekalipun lagunya terkesan manis, dan penataan vokal cewek-cowoknya juga seimbang dan enak di sini. 




20. "Dekat di Hati" (2013) - RAN

Gw termasuk yang senang band seperti RAN bisa laku enough untuk jalan terus, sehingga memberi kesempatan mereka untuk lebih berkembang dalam berkarya. "Dekat di Hati" adalah salah satu bukti penulisan lirik dan melodi mereka yang makin matang dan terkontrol. Gw suka penggambaran istilah telekomunikasi yang nggak menodai atmosfer romannya. Makin mantap lagi dengan aransemen yang diisi berbagai lapisan instrumen yang memberi kesan grande, sehingga nggak jatuh ke template 'lagu pop-ballad minimalis bergitar akustik'.




19. "Orang Biasa" (2019) - Glenn Fredly

Lagu ini menimbulkan nostalgia dengan cara yang cukup beda. Musik dan notasinya mengingatkan pada soft-rock 1970-an, sedangkan lirik dan mood-nya membawa kembali pada ciri khas Glenn yang senantiasa menggugah kala membahas perihal cinta sejak era 1990-an. Ketika mungkin di benak banyak orang Glenn lebih dianggap sebagai 'legenda'--dan cuma diingat lagu-lagu lamanya saja--ketimbang sebagai working musician yang terus aktif berkarya, kita patut merasa beruntung diberi kesempatan menikmati karya-karya yang lebih baru dan masih tak kalah indah, salah satunya lagu ini, sebelum ia berpulang di tahun 2020.




18. "Berlari Tanpa Kaki" (2016) - GAC (Gamaliél Audrey Cantika)

Menaruh gaya folk-pop ballad The Overtunes pada vokal akrobatik GAC rupanya menghasilkan karya lagu yang mengena di makna dan mengesankan di rasa. Lagunya syahdu tapi nggak cengeng, menggugah tapi nggak overdramatic, dibalut pula dengan iringan musik yang tepat takaran, mulus banget gitu. Penggabungan dua warna dari dua grup muda--The Overtunes ikut langsung di penggarapan musik dan vokal pendukung--yang menjelma menjadi karya terbaik dari keduanya.




17. "Cinta dan Rahasia" (2013) - Yura Yunita feat. Glenn Fredly

Ketika liriknya berisi kisah klasik rebutan cinta dengan diksi yang bisa dibilang hampir nggak ada puitis-puitisnya, pembawaan vokal dan harmoni dari Yura dan Glenn menjadi kunci utama lagu ini bisa works. Lagunya sendu, aransemennya agak minimalis, namun iramanya nggak leyeh, justru memancarkan vibe yang intens, dengan tusukan-tusukan kecil di beberapa titik. Dan, sekali lagi, delivery dari kedua vokalis berkarakter kuat ini makin memantapkan rasa dari lagunya. 




16. "Setapak Sriwedari" (2013) - MALIQ & D'Essentials

Menurut gw MALIQ tuh menghasilkan banyak lagu yang sama baiknya di sepanjang 2010-an, gw jadi agak bingung mau pilih yang mana buat masuk di senarai ini. Akhirnya gw pilih "Setapak Sriwedari" yang gw anggap mewakili gaya mereka satu dekade belakangan ini. Pergeseran musik dari agak-agak acid jazz ke vintage pop makin nyata lewat kemunculan lagu ini, terutama karena sentuhan bunyi flute-nya sih. Namun, yang paling gw kagumi adalah sekalipun bunyi-bunyi instrumennya ramai, kesan yang timbul tetaplah damai dan tenteram. Chill tapi pakai skill.




15. "Terperangkap" (2015) - Anugrah Aditya

Kalau lagunya pop-R&B santai dengan lirik yang gampang paham kayak gini memang susah nolaknya. Tadinya gw luput bahwa pola notasi pada verse-nya low dan sedikit gloomy, lalu begitu masuk chorus jangkauannya digeser naik sehingga terkesan lebih 'optimis'. Triknya kayak cuma sekecil itu, tapi buat gw itulah bahan utama yang bikin lagu ini enak dan nggak membosankan. Komposisi musik nggak harus terlampau kompleks, ornamen vokal nggak harus berlebihan--dan Aditya masih membawakan dengan enak, tapi secara nggak sadar tetap ada drama-nya gitu. 




14. "Bahas Bahasa" (2015) - Barasuara

Band rock alternatif nan melodik ini menggebrak airplay lewat lagu yang agak sulit dikotakkan genre musiknya ini. Rock-nya pasti, tapi juga mirip-mirip world music sampai pakai semacam beduk dan vocalizing yang nge-folk segala, tapi melodinya mengarah ke pop, lalu ditutup dengan ballad. Ibarat sebuah pertunjukan dramatik dengan elemen yang sangat kaya dalam durasi hanya 4 menitan, walau mungkin untuk memahami liriknya butuh upaya ekstra sih, hehe.




13. "Pujaan Hatiku" (2011) - Jikustik

Mungkin bisa dianggap sebagai residu tren band pop era 2000-an, tapi gw nggak merasa ada unsur yang gagal di lagu ini. Lagu gombalan santun dibawakan dalam melodi sejuk, dan irama santai agak nJawani, ringkas dan nggak aneh-aneh, ditambah dengan vokal yang got some soul. Mungkin sekilas terkesan basic, tapi tetap sedap dinikmati.




12. "Cinta dan Sayang" (2012) - Matthew Sayersz

Gw sangat bisa mentolerir lagu berlirik klise tampil dalam pengemasan dan performance yang keren. Lagu ini jadi salah satu sangat gw nikmati setiap kali muncul di radio, simply karena vokalnya asyik dan kemasan musik soul-R&B-reggae(?)-nya yang fun, groovy, dan classy. Padahal, gw coba iseng hitung dalam lirik lagu ini hanya ada sekitar 20 kata berbeda yang kemudian disusun, diulang, dan dikombinasikan satu dengan yang lain, tapi toh hasilnya jadi satu lagu utuh yang asyik sekali didengar.




11. "Gelora Cintaku" (2013) - Trio Lestari

Supergroup yang terdiri dari Glenn Fredly, Sandhy Sondoro, dan Tompi ini ketimbang hadir untuk bikin pameran akbar kehebatan vokal dan musikalitas, mereka justru lebih sering menampilkan sisi playful. Tak terkecuali, atau malah especially di lagu ini. Dengan premis cerita (salah satu dari mereka) mencari cinta, sebagian liriknya disusun bak obrolan, bahkan memasukkan cuplikan lirik lagu-lagu solo masing-masing seakan balas-berbalas olokan. Namun, ini tetap sebuah proper song, dalam kemasan musik funk-soul yang menguatkan atmosfer fun-nya. Yah, kehebatan vokal dan musikalitasnya tetap nggak bisa disembunyikan sih.







10. "Zona Nyaman" (2017) - Fourtwnty

Sebuah lagu yang cukup menyarikan sejumput kegelisahan young adults mengenai mencari dan menentukan bagaimana menjalani hidup, yang menurut gw jadi salah satu andil terhadap popularitasnya, selain tren 'musik kopi senja' =P yang melekat pada jenis musik akustik chill seperti ini. Diksi liriknya lugas dan kadang agak shocking ketika muncul ungkapan 'sapi' dan 'diam dan mati', tapi jatuhnya nggak kasar juga. Sekeras apa pun pesannya, disampaikannya ibarat diajak ngopi-ngeteh sore-sore, bukan kayak dilabrak.




9. "Adu Rayu" (2019) - Yovie Tulus Glenn

Satu lagi kolaborasi super yang mengguncang gelombang radio Nusantara, yang dari judulnya saja sudah agak memancing, tapi lagunya sendiri ditata dengan anggun. Dalam berbagai hal lagu ini benar-benar perwujudan amalgamasi dari ketiga artisnya: musik kalem lembut dengan penyusunan nada dan kord yang rapih, lalu lirik yang punya cerita dan komunikatif. Semuanya itu bisa kita bayangkan datang baik dari Yovie Widianto, Tulus, ataupun Glenn Fredly, jadi pertemuan ketiganya seakan no-brainer kalau hasilnya seklop ini.

 




8. "Balada Insan Muda" (2019) - Diskoria

Konsep duo Diskoria untuk membangkitkan sound disko 1980-an sepertinya muncul di saat yang tepat, ketika pemakaian instrumen digital--makin--jadi hal mainstream dan normal. Dengan kontribusi vokal dari Yassereno Omar, Barsena Besthandi, dan Elfa Tahmila, lagu ini muncul dengan bunyi-bunyian khas era itu--dan agak mengingatkan gw sama beberapa garapan Fariz RM atau specifically "Pesta"-nya Elfa's Singers. Bukan sekadar jedag jedug yang dikencengin, melainkan juga mengeksplorasi kord dan bunyi-bunyi melodik. Bahkan liriknya pun meniru pola pilihan kata yang kerap dipakai di masanya. Rasa klasik tapi nggak rasa usang, tetap bisa bikin goyang.




7. "Tak Pernah Padam" (2011) - Sandhy Sondoro

Lagu ini menampilkan mungkin sisi paling tender yang pernah ditunjukkan Sandhy dalam karya rekaman, dan gw gak yakin bagaimana jadinya lagu ini kalau bukan beliau sendiri yang menyanyikan. Membawakan kisah patah hati dalam melodi dan irama yang mellow adalah hal lumrah dilakukan banyak/semua artis Indonesia, namun penyusunan notasi lagu ini benar-benar merefleksikan emosi dan fragility yang hendak disampaikan oleh Sandhy, lewat tarikan-tarikan vokal-nya yang khas. Ada perih-perihnya gitu.




6. "Film Favorit" (2018) - Sheila on 7

Bisa jadi karena Sheila on 7 adalah sungguh-sungguh band era gw bertumbuh, namun gw memang cepet banget hooked sama lagu ini bahkan dari detik pertama. Pembawaan band ini nggak terlalu berubah, masih band pop-rock yang dikenal sejak pergantian milenium lalu, yang baik lirik maupun melodinya nyaman didengar. Tetapi, di lagu ini juga bisa dirasakan maturity yang makin, entah itu dari aransemennya yang terkontrol--dan aksen efek digital yang nggak overpowering, alegori pada liriknya yang memikat, ataupun pemilihan notasi di verse yang menyimpan semacam suspense. Lagu terfavorit gw dari mereka dalam lebih dari satu dekade. 




5. "Maluku Maju" (2014) - Maluku All Stars 
(Mike Mohede, Doddie Latuharhary, Marcello 'Ello' Tahitoe, Rayen Pono, Masnait VG, Audry Papilaja, Laya Pesulima, Matthew Sayersz, Grace Simon, Minggus Tahitoe, Jeane Syahilatua, Jony Syahilatua, Harvey Malaiholo, Inatuni VG, Gene Sahetapy, Maharani Nanulaita, Andre Hehanussa, Margie Segers, JFlow Matulessy, Glenn Fredly, Yopie Latul, Naruwe VG, Hahae Community, Rejoz 'The Groove' Patty, Arles Titta, Simon Marantika)

Gw sebenarnya nggak tahu pasti apakah lagu ini dirilis perdana lewat rekaman versi yang ini atau sudah ada sebelumnya, yang pasti lagu ini mencuri perhatian gw saat end credits film Cahaya dari Timur: Beta Maluku (2014) bergulir. Ada sesuatu yang magical dari lagu dengan sentuhan dialek Maluku ini, bukan hanya sebagai pengiring sebuah film, tapi juga sebagai sebuah empowerment. Kala mengetahui bahwa lagu ini dibawakan oleh serombongan vokalis dan musisi berdarah Maluku lintas generasi, bisa kebayang skala lagu ini bakal besar. Namun, mungkin nggak kebayang bahwa kolaborasi vokalnya bisa begitu perfect, menyatu dengan komposisi musik bernuansa pop-soul-tropical yang membuai sekaligus menghentak. Baik itu liriknya yang menyentuh, melodinya yang asyik, percampuran genre yang apik, aransemen yang exciting, maupun pembawaan dari semua vokalis yang sepenuh hati, gw rasa gabungan semuanya itulah yang membuat lagu ini selalu berhasil bikin gw terharu setiap kali dengar.




4. "Ruang Bahagia" (2016) - Endah N Rhesa

Kayaknya pernah gw singgung sebelumnya, sekalipun Endah N Rhesa besar berkat lagu-lagu berlirik bahasa Inggris, karya-karya berbahasa Indonesia mereka punya kelas tersendiri. Dan, contoh yang mungkin paling menunjukkan itu adalah "Ruang Bahagia". Dibuat sebagai lagu tema film Athirah (2016), komposisi musik duo istri-suami yang instrumennya cuma gitar dan bass ini kini dimainkan lebih atmosferik, lalu diisi notasi yang cenderung sederhana bersemat lirik tentang sosok ibu tanpa sekalipun menyebut langsung kata 'ibu'. Bahan-bahannya kayak sederhana, namun olahannya memancarkan kehangatan dan keindahan walau hanya dalam dua setengah menit saja.




3. "Sebelum Selamanya" (2013) - Sherina

Kemunculan Sherina di album 'dewasa' ketiganya menjadi kulminasi kematangan bermusiknya, dan diwakili dengan sangat apropriate oleh lagu "Sebelum Selamanya". Mungkin di permukaan, notasi lagu ini terdengar kurang dinamis--walau itu yang justru bikin jadi catchy, namun segala aspek dari lagu ini dibuat dengan perhitungan yang teliti. Lirik mengenai komitmen asmara ini dibungkus dalam konsep musik unplugged, komposisinya memberi semacam rasa unrest sekaligus soothing. Setiap instrumen tampil harmonis namun bisa menonjol pada porsi dan timing yang tepat, melarutkan rasa secara perlahan tapi pasti, apalagi dibawakan oleh vokal Sherina yang sangat resik.




2. "Tetap dalam Jiwa" (2015) - Isyana Sarasvati

Menurut gw lagu ini luar biasa populer karena memang pantas demikian. Ini lagu yang mampu memanfaatkan formula musik pop kontemporer 'Barat' (cth. dari 4 baris dalam satu bait/chorus setiap baris notasinya sama kecuali baris yang ketiga), lalu ditambahkan sensibilitas pop ballad Indonesia yang cenderung gemar lagu patah hati. Perpaduan itu nggak hanya bikin lagu ini mudah merasuk di ingatan--walau vokal pop-klasikal Isyana juga turut berperan di situ, tetapi juga memberi daya gravitasi pada atmosfer sendu dan kehilangan yang dikisahkan dalam liriknya. Meski begitu, lagu ini nggak terjebak dalam kemasan yang terlalu mendayu atau menyeret, malahan diiringi dengan irama yang tegas serta bunyi-bunyian instrumen dan vokalisasi yang menjadikannya makin megah dan berisi. 







1. "Filosofi & Logika" (2015) - Glenn Fredly feat. Monita & Is

Buat gw pribadi lagu ini sanggup memberi impact terlepas muasalnya sebagai lagu tema film Filosofi Kopi (2015). Lirik puitis bukan soal romansa dan menandung kata 'filosofi' pada judulnya bisa jatuh jadi pretensius bila dibawakan dalam cara yang berbeda, namun kolaborasi tiga vokalis berkarakter ini mampu menyampaikan pesannya dengan cara yang menyejukkan dan mudah diamini. Kumandang musiknya sangat mendamaikan, lirik dibawakan dalam vokal yang heartfelt dan harmonisasi yang menggetarkan, pemilihan progresi kord dan melodi yang mengakomodasi keterampilan tiap-tiap artisnya. Seakan pembuatan track ini sendiri merupakan perwujudan dari gagasan 'saling berdamai' yang diangkat dalam liriknya (dan in some way dalam filmnya juga). It's just beautiful






Begitulah hasil rangkuman gw pribadi untuk lagu-lagu Indonesia dari tahun 2010 sampai 2019. Bagi yang ingin menyimak dalam bentuk playlist, gw udah susun di YouTube dan Spotify--tapi sayangnya di Spotify masih ada beberapa lagu yang unavailable gitu sedih gak seh. Bisa dicek di bawah ini ya.


YouTube playlist:


Spotify playlist:


see also:

My Top 30 J-Pop Songs of the 2010s

Komentar

  1. review nya keren, rekomendasinya bagus-bagus, dan kebanyakan memang dari seniman yang cerdas

    BalasHapus

Posting Komentar