Gw sadar prasyarat aneh-aneh ini seperti merepotkan diri sendiri, tetapi percayalah ini justru memudahkan gw supaya pilihannya nggak menjalar makin jauh--karena kehadiran format digital lumayan menggoyang persepsi kita soal waktu dan kalender rilis, dan soal mana yang "film" mana yang bukan, ya nggak? Yang pasti, film-film yang akan gw sebutkan memang benar meninggalkan kesan sehingga patut dicatat dalam sebuah senarai, film-film yang gw anggap mewakili tahun 2020 yang...luar biasa (?).
HONOURABLE MENTIONS (in alphabetical order)
Enola Holmes, dir. Harry Bradbeer
Sajian kisah detektif remaja yang menyenangkan, ritme enerjik dan produksi yang memanjakan mata.
Ma Rainey's Black Bottom, dir. George C. Wolfe
Ekshibisi akting berkelas Chadwick Boseman dan Viola Davis dalam kisah berlatar musik blues yang menyentil isu-isu personal maupun sosial pada masanya.
Mudik, dir. Adriyanto Dewo
Drama sendu berlatar tradisi besar jelang Lebaran dengan rute kisah yang cukup tak terduga, diekspresikan dalam akting dan sinematografi apik.
Richard Jewell, dir. Clint Eastwood
Berangkat dari peristiwa teror di tengah-tengah Olimpiade 1996 Atlanta, sebuah drama humanis tentang menghadapi prasangka media dan aparat, dibawakan dalam emosi dan dramatisasi tepat tak berlebih.
The Trial of the Chicago 7, dir. Aaron Sorkin
Tak sekadar parade para aktor mumpuni, namun juga secara cermat menggali berbagai kisah seputar sebuah pengadilan terhadap 8 aktivis di AS tahun 1968, mencerminkan situasi sosial dan politik yang masih kerap terjadi kini.
MY TOP 10 FILMS OF 2020
Film ini semacam 'street view' dari semesta superhero DC, menampilkan si villain sinting ceria Harley Quinn yang berusaha menjalani hari-hari tapi selalu saja bersinggungan dengan dunia kejahatan. Disajikan sebagai crime action-comedy dengan tokoh-tokoh yang nggak punya kekuatan super yang gimana banget, namun hasilnya jadi petualangan penuh warna (literally), juga seru-seru absurd sebagaimana kepribadian Harley.
Resepnya mungkin nggak baru, sebuah dark comedy bertokoh jamak yang dipertemukan oleh satu kesamaan--dalam hal ini adalah sebuah tas penuh uang tunai. Tetapi, gw menemukan film ini berhasil dalam membangun tiap-tiap tokoh serta struggles yang mereka alami--entah itu yang bikin kasihan maupun yang bikin pingin ngegoblok-goblokin si tokoh, lewat guliran kejadian yang kadang tak tertebak, dan dalam durasi yang relatif padat. Dan, seru juga untuk mencari penyambung plot yang satu dengan yang lain, apalagi setelah tahu kalau--*disamber truk*.
Film ini adalah perwakilan drama kehidupan--istilah kerennya: slice of life--keluarga perkotaan Indonesia yang digarap sangat serius dan proper. Kisah-kisah yang diuraikan dari tiap-tiap anggota keluarga di sini--sepasang orang tua dengan tiga anak yang sudah dewasa--mungkin bukan macam yang dijadikan artikel Oh Mama Oh Papa, tetapi juga nggak terasa remeh. Bagi gw, poin terbaik dari film ini adalah kemampuannya dalam memporsikan konflik-konfliknya dengan terkendali, disokong juga oleh pembawaan ansembel aktor yang kompak dan nilai produksi yang unggul.
Fantasy romance yang bukan hanya bertumpu pada 'kisah cinta' tak terselesaikan pada seseorang a.k.a. pacar, tetapi juga pada passion terhadap musik, serta masuk juga tema pencarian jati diri. Belum lagi konsep jiwa seseorang almarhum bisa masuk ke tubuh orang lain lewat perekam kaset, sebagai pemicu plotnya. Cukup banyak yang terjadi, tapi film ini sukses menyajikannya dengan mengalir lancar, ringan sekaligus emosional, dan berbagai topik yang hendak diusung bisa terangkum baik, dalam tempo dan ritme yang asyik pula.
Menelusur kisah seorang anak band underground dalam menghadapi kenyataan bahwa indera pendengarannya menghilang. Dari kebingungannya ke frustrasinya ke semangatnya ke frustasinya lagi, film ini menuturkan perjalanan emosional ini dengan rinci dan sangat mudah dipahami. Tak hanya dimotori oleh performa hebat Riz Ahmed di peran utama, film ini dikemas dengan rangkaian adegan-adegan yang terkesan sunyi namun dipenuhi rasa, sehingga kisah berlingkup personal ini jadi terasa besar dan berdampak.
Dipresentasikan seolah-olah dalam satu shot adegan (nyaris) tanpa putus memang sekilas terdengar terlalu gimmicky, namun ternyata hasilnya menjadi perkawinan yang elok antara jalan cerita dan simulasi pengalaman langsung di tengah medan perang. Lewat cara bertuturnya yang smooth dan tanpa tergesa, film ini tetap menunjukkan dinamika dan pasang surut emosi yang kontinyu dalam satu waktu, serta mampu menyajikan babak demi babak yang menggugah sekaligus mengesankan, sebagai hasil kolaborasi sempurna dari teknik bercerita, akting, dan teknologi audio visual yang terkalkulasi cermat.
Pixar kali ini agak terang-terangan menghasilkan karya yang ditujukan bagi penonton dewasa. Soul adalah penggambaran imajinatif dari kegelisahan orang-orang yang merasa hidupnya tak kunjung accomplished sampai-sampai, emm, 'jiwa'-nya jadi tidak tenang. Namun, topik yang deep itu tetap dibawakan dalam plot petualangan yang lincah, penuh gurauan, dan menggugah hati, serta tentu saja dengan rancang gambar dan teknik animasi kualitas tertinggi.
Susah-susah gampang mengadaptasi karya klasik yang sudah berulang kali diadaptasi ke format film atau TV menjadi karya baru yang nggak cuma mengulang, namun Little Women versi 2019 ini sanggup mengatasinya. Tak hanya struktur penuturannya yang dimodifikasi--bagian upaya Jo March dalam menghasikan karya novel pertamanya mendapat prioritas utama, film ini juga mengembangkan topik-topik penting yang jadi cerminan masa sekarang. Bahkan, walaupun tidak sampai keluar dari koridor gaya hidup abad ke-19 Amerika, penggambaran interaksi antar karakternya juga dibuat lebih hidup dan believable, sehingga suka dan duka, kehangatan dan kegetiran yang divisualisasikan dapat benar-benar dirasakan.
Merayakan kembali kisah superhero gaya klasik, ketika harus menghadapi musuh yang tak hanya mengancam keselamatan dunia, tetapi juga menyerang hal-hal yang paling berharga bagi si jagoan. Gw menempatkan Wonder Woman 1984 di nomor teratas sebenarnya bukan semata-mata ini film terbagus teristimewa yang ada di tahun 2020. Namun, buat gw keberadaan film ini menjadi pelipur hati yang tepat. Bertutur lugas, karakterisasinya menonjol, garapan laganya apik, dan sekalipun atraksi utamanya adalah adu kesaktian dalam adegan-adegan yang riuh, film ini justru lebih lagi menggaungkan nilai-nilai kemanusiaan, kebajikan, dan kepahlawanan yang menjadikan sosok Wonder Woman. Ini jadi sejumput energi positif yang mungkin memang gw perlukan. Ketika pertimbangan untuk menonton ke bioskop semakin berat, kehadiran film ini bagaikan homecoming fanfare buat gw, menghidupkan kembali cinema experience sejati yang sekian bulan sebelumnya nggak gw alami.
See also:
My Top 10 Albums of 2020
My Top 10 International Songs of 2020
My Top 10 Indonesian Songs of 2020
My Top 10 J-Pop Songs of 2020
Komentar
Posting Komentar