Year-End Note: My Top 10 Albums of 2020

Mau bagaimanapun juga, album adalah produk yang esensial bagi seorang artis/musisi. Lewat albumlah pendengar bisa lebih dalam dan menyeluruh mengenal karakter karya si artis, at least pada saat album dibuat dan dipasarkan. Mungkin sekarang penjualan keping album nggak jadi patokan popularitas dan kesuksesan seperti dulu--secara kontennya bisa didapatkan tanpa harus mem-purchase keseluruhan album. Tetapi, justru ketika akses makin terbuka seperti sekarang, seorang artis harus benar-benar menjaga kualitas kontennya, nggak bisa lagi tepu-tepu lagu yang bener cuma 2 biji sisanya bodo-amat-yang-penting-ada =).  

Naturally, situasi pandemi di tahun 2020 mendorong gw untuk ngecek lebih banyak album, lumayanlah daripada terlalu setress sama situasi di luar sana yang bukan dalam kendali gw. Nah, di akhir tahun ini gw hendak menghimpun album-album yang paling berkesan buat gw, hasilnya ada 10 ini. Kalau udah urusannya sama selera, pastinya urutan yang gw bikin ini less about objective quality, melainkan lebih pada mana yang paling gw nikmati secara keseluruhan, minimal 50 persen+1 tracks-nya telah memenangkan hati gw *ngikut sistem pemilu =P*. Jadi, berikut senarainya...

NOTE: Sama seperti kategori lagu-lagu, cut-off periodenya adalah perilisan album secara daring dan atau fisik dari Desember 2019 sampai November 2020, karena memutuskan sebuah album layak masuk senarai tahunan itu perlu waktu, heuheu.




MY TOP 10 ALBUMS OF 2020




10. ストリーミング、CD、レコード (Streaming, CD, Record)
Gesu no Kiwami Otome.


Cukup fascinating sebuah band yang harusnya 'hanya' proyek sampingan (Enon Kawatani juga memotori band Indigo la end) kini udah lanjut aja ke album yang ke-5. Sayangnya gw kurang mendalami album-album mereka selain album kedua (Ryouseibai, 2016), tapi yang pasti ada pergeseran kentara di album terbaru ini, yaitu semua lagunya lebih berorientasi melodi dan lebih kalem gitu. Ini bukan pergerseran yang jelek sih, karena pembawaannya masih sangat berkarakter Gesu, permainan instrumennya masih 'keriting', iramanya tetap berenergi, malah jadi terdengar lebih neat.




9. SINGALONG
Ryokuoushoku Shakai


Album major label perdana dari band asal Nagoya berpersonel kinyis-kinyis ini punya what it takes untuk menjadi album pop-rock yang enjoyable. Musik yang mereka usung mungkin nggak baru, tetapi mereka seperti belajar dari referensi-referensi terbaik J-Pop dalam menghasilkan lagu-lagu yang enak dan asyik, serta dibawakan dengan skill dan penjiwaan yang baik--vokal Haruko Nagaya kerap mengingatkan pada LiSA dan MISIA. Dari yang semangat membara ("Shout Baby", "Mela!") hingga yang melankolis ("Omoibito", "Shiawase"), rangkaian album ini terbilang berhasil merepresentasikan potensi mereka di blantika musik--paling nama bandnya aja yang agak ribet bagi orang luar Jepang ya ^.^




8. Confetti
Little Mix


Album Confetti membawa Little Mix kembali bunyi-bunyian pop yang catchy dan semarak. Judul album rupanya sangat menggambarkan track demi track-nya yang menyajikan irama medium hingga cepat (hanya ada satu lagu yang slow ballad) yang lebih cerah jika dibanding dengan album sebelumnya, LM5 (2018) yang hentakannya lebih toned-down dan kental R&B. Gw sendiri merasa lebih cocok dengan sisi Little Mix yang ini, entah itu lagunya soal susah, senang, sedih, ataupun marah, bawaannya tetap ringan dan riang. Dan, tentu saja pertunjukkan kualitas vokal dan harmoni mereka dalam berbagai varian lagu tetap bisa dinikmati di album ini. Album ini juga sekaligus bakal jadi yang terakhir kali mereka dengan empat personel lengkap, karena sadly Jesy Nelson memutuskan mundur dari Little Mix di akhir tahun 2020 ini.




7. この気持ちもいつか忘れる (Kono kimochi mo itsuka wasureru) (EP)
THE BACK HORN


Perilisan EP ini agak di luar cara tradisional, karena sebenarnya ini adalah companion dari sebuah novel berjudul sama karya Yoru Sumino, CD-nya pun baru bisa dimiliki kalau membeli novelnya. Untungnya, EP ini tetap tersedia secara digital, dan tanpa membaca novelnya sekalipun gw bisa menikmati EP ini, banget. THE BACK HORN sama sekali nggak meninggalkan warna musik rock dan grunge mereka biasanya, namun mereka bisa mem-project itu ke berbagai gaya dalam satu EP ini. Tiap lagu disajikan distinctive namun nggak jomplang, bisa jadi agar sesuai jalan cerita novelnya. Paruh awal diisi dengan hentakan-hentakan lebih kencang, paruh akhir dengan ballad yang melodik (tapi nggak slow juga sih), sehingga sekalipun hanya terdiri dari 5 tracks, EP ini somehow terasa utuh dan lengkap.




6. STRAY SHEEP
Kenshi Yonezu


Di luar komposisi musiknya yang mewakili era kini--gabungan digital dan live instruments, album terbaru Yonezu ini muncul pada timing yang tepat. 15 tracks di dalamnya mencakup berbagai rilisan single yang dikeluarkan Yonezu dari tahun 2018 hingga 2020, yang dalam jangka waktu tersebut popularitas doski memang semakin menanjak lewat single "Lemon"--masih video musik berbahasa Jepang dengan view terbanyak di YouTube, "Flamingo", "Uma to shika", hingga "Kanden" yang kerap merajai charts nasional. Lebih dari itu, album ini memasukkan kolaborasinya dengan vokalis RADWIMPS, Yojiro Noda ("Placebo"), bahkan lagu yang sempat ditulisnya buat artis lain--"Paprika" untuk Foorin dan "Machigai sagashi" untuk Masaki Suda, juga di-self-covered di sini. Intinya ini album yang sangat komplet untuk meng-capture segala sisi dari musik Yonezu saat ini, dan memuaskan para pendengar yang pernah mengikuti rilisan-rilisannya, nggak pelit gitu.




5. Djesse Vol. 3
Jacob Collier


Jadi ceritanya, menjelang akhir tahun gw baru tahu ada musisi (jazz?) Inggris namanya Jacob Collier, yang terkenal bisa memainkan hampir semua instrumen musik, termasuk pita suaranya sendiri a.k.a. bikin hamoni akapela sendiri, gila nggak tuh. Djesse diniatkan sebagai proyek empat keping album yang dirilis berkala, dan setelah mengintip sebentar Vol. 1 dan Vol. 2 (yang Vol. 4 belum rilis), gw menemukan Djesse Vol.3 lebih spesifik menonjolkan warna R&B dan soul, yang udah ketahuan sih dari artis-artis yang diajak kolaborasi--Daniel Caesar, Tori Kelly, T-Pain, Kimbra, dll., dan vokal Collier sendiri memang lebih ke arah genre itu. Tetapi, sound yang dibawakan Collier ini beda banget dari musik R&B atau soul yang lain, karena penempatan bunyi instrumen, progresi chord, ketukan, dan manipulasi digital bener-bener suka-sukanya mas Jacob ajah gitu--sense-nya mengingatkan gw sama musisi/produser Jepang, Keiichi Tomita/Tomita Lab. Biar gitu, sekalipun terdengar sangat eksperimental, lagu-lagunya tuh benar-benar terdengar groovy, playful, dan malah bisa dianggap seperti pop saking banyaknya hook yang catchy. Sebenarnya komposisinya ribet tapi kemasannya tetap ramah di telinga, seperti terasa niat luhur Collier bikin lagu-lagu ini adalah untuk bikin senang yang mendengar, bukan untuk pamer (ya agak pamer juga sih, tapi emang bagus gimana dong).




4. strobo
Vaundy


Kesan pertama yang langsung gw dapat saat pertama mendengar lagu-lagu awal Vaundy adalah ini anak suaranya bagus banget, kayak nyaris tak percaya suara power dan soulful terkendali seperti ini bisa lahir dari tanah J-Pop, agak-agak Ed Sheeran gimana gitu. Tahun ini penyanyi kelahiran 2000 ini merilis album perdananya, yang diproduksinya sendiri, didesain juga sendiri, dan menampilkan musik-musik yang zaman sekarang banget. Range-nya dari pop, rap-hiphop, R&B, electronic dance, ballad, bahkan ada yang rock, city pop, sampai country-folk. Dengan keragaman gaya di album ini, mungkin masih belum bisa ditentukan benang merah sound Vaundy sebenarnya yang mana, tetapi sejauh ini semuanya cocok-cocok aja sebagai kendaraannya untuk menunjukkan potensi musik dan vokalnya, juga semangatnya dalam berkarya. Lahir tahun 2000, man.




3. Future Nostalgia
Dua Lipa


Album kedua dari Dua Lipa *mengulang kata dua =P* hadir dengan konsep retro-inspired, mencontoh bunyi-bunyian musik pop dan dance dari era 70-an sampai 90-an, kemudian diolah dalam berbagai komposisi yang exciting dan juga groovy. Dengan arah sound yang lebih konsisten, album ini memberi kesan lebih matang sekaligus makin menonjolkan value Lipa sebagai penyanyi dengan karakter suara yang sangat kuat, penjiwaannya makin mantep di sini--kali ini juga lebih banyak nembak nada-nada tinggi lho. Jadi bukan sekadar dentumannya heboh-heboh pecah, rangkaian melodinya baik bagian vokal maupun instrumen juga menjadi keutamaan. 11 lagu mengandung notasi-notasi catchy yang membuat album ini semakin mantap dinikmati secara utuh, tentu saja sambil berjoget ria.




2. CEREMONY
King Gnu


Band rock-lintas-genre ini mendapat breakthrough gede-gedean pada tahun 2019 berkat single "Hakujitsu" dan beberapa single setelah itu, jadi ekspektasi terhadap album major label kedua mereka ini tentu tinggi. Hasilnya, band yang dimotori Daiki Tsuneta ini mempersembahkan sebuah album yang nggak sekadar memuat hits yang sudah dikenal, tetapi juga makin memperlihatkan energi mereka dalam berkreasi, serta kejelian mereka dalam memilih style di setiap lagu. Spektrum musik mereka, dari rock ke classical ke sentuhan hiphop, funk, dan jazz bisa ditemukan dalam kadar berbeda-beda di 9 lagu yang ada (plus 3 interlude), juga bagaimana tertatanya instrumen yang dipakai--atau tidak dipakai--di masing-masing track sehingga memberi impact yang efektif. Dan, kayaknya perlu gw mention lagi bahwa suara si vokalis utama, Satoru Iguchi ini hebat sih, bisa melengking tinggi banget tapi dengan tekstur dan penjiwaan yang terkontrol dan nggak annoying, suaranya ini juga jadi semacam instrumen yang bikin King Gnu begitu berkarakter.






1. HELP EVER HURT NEVER
Fujii Kaze



Debut terfavorit gw di tahun ini datang dari singer-songwriter muda (lahir 1997) asal Jepang yang, kalau dilihat dari arah musik yang diusung, punya jiwa agak vintage. Didampingi produser Yaffle, Fujii Kaze memilih R&B sebagai warna dasar dari karya-karya-nya, tetapi ditambahkan juga kombinasi dari jazz dan pop, baik yang tradisional maupun yang modern, bahkan ada diselipin rock sedikit. Yang pasti, aneka gaya tersebut menjadi pengiring yang apik bagi komposisi lagu-lagu Fujii yang melodik (mungkin ini khas musisi yang instrumen utamanya adalah piano ya), liriknya yang selalu menarik, serta vokalnya yang halus nan stabil tapi nggak ada takut-takutnya nembak nada rendah ataupun tinggi. Mau yang up-tempo seperti "Nan-Nan", yang chill and groovy seperti "Mo-Eh-Wa", yang down-tempo macam "Kaze yo", hingga yang grande seperti "Tsumi no kaori" dan "Kaerou", every. single. track. is. notable. Bagi gw ini salah satu album debut terbaik dari blantika J-Pop, dan nama Fujii Kaze tampaknya harus kita 'awasi' terus ke depannya *klik follow di Spotify* *klik subscribe di YouTube*.



See also:

My Top 10 International Songs of 2020
My Top 10 Indonesian Songs of 2020
My Top 10 J-Pop Songs of 2020


Komentar