Bulan Februari 2022 berlalu agak aneh, udahlah bulannya pendek, kasus Covid naik, kegiatan nonton film juga agak tersendat-sendat. Niat nonton agak tersulut di pertengahan bulan ketika Japanese Film Festival Online digelar sehingga banyak film Jepang ketonton, jadinya berlanjut ke tayangan-tayangan streaming dan home video lainnya deh. Anyway, berikut judul-judul yang berhasil meninggalkan kesan di bulan kemarin.
1. Badlands
(1973 - Warner Bros.)
dir. Terrence Malick
Cast: Sissy Spacek, Martin Sheen, Warren Oates, Ramon Bieri, Alan Vint, Gary Littlejohn, John Carter
Salah satu pencapaian ajaib gw di bulan kemarin adalah akhirnya khatam film-film fiksinya Terrence Malick. Badlands adalah film perdana beliau saat masih umur 30-an tahun--bahkan orangnya ikut nongol sebentar di satu adegan, menuturkan kisah seorang remaja putri yang terpikat sama pesona seorang bad boy yang malah menyeret mereka berdua jadi buronan kriminal di belantara midwest Amerika. Dengan narasi berjalan maju, film ini bertutur lembut namun ringkas, kameranya tak hanya menyorot pemandangan yang jauh dari keriuhan urban, namun juga menangkap sempurna akting wajar nan effortless dari Sheen dan Spacek muda. Bahkan ada car chase-nya lho. Memang bisa dibilang film Malick belum ada yang se-'normal' ini lagi, namun cirinya sudah terlihat bahwa betapa beliau menitikberatkan pada feeling dari karakternya di dalam adegan, bukan cuma sekadar fungsi adegan dalam cerita. Dampaknya, kayak timbul pula rasa sulit membenci si karakter-karakter sekalipun sifat dan tindakan mereka tidak terpuji.
My score: 8/10
2. A Hidden Life
(2019 - Fox Searchlight)
dir. Terrence Malick
Cast: August Diehl, Valerie Pachner, Maria Simon, Karin Neuhaeuser, Franz Rogowski, Matthias Schoenaerts, Michael Nyqvist, Bruno Ganz, Ulrich Matthes, Tobias Moretti, Karl Markovics
Film termutakhir Malick ini termasuk salah satu yang mudah diikuti ceritanya, walau mungkin tidak mudah dipantengin karena panjangnya durasi, hehe. Film ini mengisahkan seorang pria di desa St. Radegund, Austria yang tidak mengakui Adolf Hitler sebagai pemimpin besar dan menolak untuk ikut gerakan Nazi di Perang Dunia II. Film ini coba menyelami perjalanan Franz Jaegerstaetter (notabene tokoh nyata) dalam proses tersebut, mulai dari kehidupan keluarganya yang terusik di desa, pergumulan iman, hingga sengsara yang diderita di penjara. Presentasinya yang seperti fragmen mimpi dengan narasi khas Malick nggak sertamerta menghalangi laju cerita, namun memberi highlight pada apa yang dirasakan oleh karakter-karakternya, entah itu senang, sedih, bingung, takut, ataupun marah. Filmnya punya skala produksi yang cukup besar, tetapi yang utama tetaplah rasa dari orang seorang yang ada di dalamnya.
My score: 8/10
3. Under the Open Sky
a.k.a. Subarashiki Sekai
(2021 - Warner Bros. Japan)
dir. Miwa Nishikawa
Cast: Koji Yakusho, Taiga Nakano, Isao Hashizume, Meiko Kaji, Seiji Rokkaku, Yukiya Kitamura, Hakuryu, Midoriko Kimura, Narumi Yasuda, Masami Nagasawa
Mengangkat salah satu isu sosial Jepang perihal kehidupan mantan narapidana, film ini menampilkan sosok-sosok menarik tanpa harus serba meromantisasi tindak kejahatan. Adalah Mikami (the ever-brilliant Koji Yakusho) yang berupaya kembali ke masyarakat setelah menyelesaikan masa hukuman penjara. Halangan utama untuk kembali hidup normal bukan cuma usia paruh baya dan tempramennya yang nggak stabil, tetapi pandangan negatif dari orang-orang (dan institusi) sekitar, godaan untuk kembali ke dunia hitam, hingga kesehatan tubuh yang menurun. Namun, sebenarnya Mikami ingin menuntaskan masalahnya sebagai anak yang dibuang sang ibu, sehingga menerima tawaran untuk jadi narasumber sebuah acara TV untuk mencari ibunya. Gaya film ini dibuat seperti slice of life yang natural, namun berkat penempatan letupan emosi, performa akting yang engaging, dan karakter-karakter penyokong yang menarik, kisah Mikami menjadi sebuah perjalanan yang somehow nggak terlalu depresif.
My score: 7,5/10
4. One Night Stand
(2021 - Relate Pictures/Bioskop Online)
dir. Adriyanto Dewo
Cast: Jourdy Pranata, Putri Marino, Elang El Gibran, Tegar Satrya, Ruth Marini, Eduwart Manalu, Agnes Naomi, Gilbert Pattiruhu
Ber-setting utama hanya dalam satu hari, agak bisa ditebak bahwa ini akan jadi kisah pertemuan dua insan yang meninggalkan kesan satu sama lain--yah dalam tradisi trilogi Before dan film-film sejenis, tinggal pilihannya mereka bakal lanjut atau nggak. Namun, gw cukup suka pada angle yang dipilih film ini, menampilkan dua karakter dengan beban masa lalu yang masih menggantung, dipertemukan dalam sebuah suasana duka, sampai perlahan sama-sama menemukan comfort satu sama lain dengan langkah-langkah yang lumayan believable. Walau kadang menampilkan simbol-simbol yang agak kentara, dan plotnya juga mudah dibaca arahnya, film ini tetap mampu tampil dengan lancar lewat penuturan dan akting prima dari para pemerannya, cukup enjoyable-lah.
My score: 7,5/10
Makasih ya udah share info-info dilm, jadi makin banyak wawasan tentang film nih.. Sebagai penggemar film, aku biasanya pas nonton film dirumah sambil dimatiin lampunya plus kencengin volume suara full, hahaha..rasa nonton di bioskop deh tuh, oh iya barangkali ada yang punya hobi kayak aku, fyi aja aku beli speaker buat nonton film di ACE Hardware Indonesia lewat aplikasi MISS ACE lumayan jadi bisa belanja dari rumah deh pas pandemi gini.
BalasHapusApalagi, pas belanja di ACE gratis ongkir. Saran aku, daftar dulu jadi member ACE Hardware biar dapat promo ACE Hardware terus tinggal lihat dari katalog promosi ACE Hardware, deh! Semoga membantu kalian yaa! :)