My Movie Picks of August 2020

Pandemi yang panjang mungkin merupakan cara semesta memberitahu gw "film-film yang dari lama nganggur di watchlist bisa kali ditonton." Makanya bulan Agustus kemarin gw cukup memacu diri menonton film-film via situs streaming berlangganan mumpung harga promo langganannya masih berlaku waktunya sangat memungkinkan. Hasilnya banyak yang oke saja, tetapi ada enam film yang sepertinya perlu gw catat di senarai bulanan ini.



1. The Big Sick
(2017 - Amazon Films/Lionsgate)
dir. Michael Showalter
Cast: Kumail Nanjiani, Zoe Kazan, Holly Hunter, Ray Romano, Anupam Kher, Zenobia Shroff, Adeel Akhtar, Bo Burnham, Aidy Bryant, Kurt Braunohler, Vella Lovell, David Alan Grier

Gagasan utamanya adalah menceritakan ulang salah satu episode paling dramatis dari kehidupan nyata komedian-aktor Kumail Nanjiani dan istrinya, Emily Gordon. Gw perlu menekankan kata dramatis karena sekalipun pembawaan film ini bagai komedi romantis, topik-topik yang diangkat rupanya dalam dan mengena. Tabrakan budaya, keluarga, segelintir tentang karier komedian stand-up, hingga topik hubungan-kita-sebenarnya-apa-sih dirangkai baik dengan poin sentral cerita pada kondisi medis serius yang diidap salah satu karakternya. Jadi nggak cuma dapat tawa karena gurau dan sindiran yang disematkan di sana sini, tetapi juga getir bahkan haru dengan kadar yang tepat.
My score: 8/10




2. The Wedding Banquet
(1993 - Good Machine/The Samuel Goldwyn Company)
dir. Ang Lee
Cast: Winston Chao, May Chin, Sihung Lung, Gua Ah-Leh, Mitchell Lichtenstein, Vanessa Yang

Kesampaian juga menonton film yang bisa dibilang melancarkan karier sineas Ang Lee di kancah internasional di era 1990-an. Kisahnya bertumpu pada seorang lelaki mapan asal Taiwan yang merancang nikah kontrak di New York, AS gara-gara desakan orang tuanya...dan juga demi menjaga rahasia jati diri bahwa ia seorang gay dan sudah berpasangan dengan seorang pria Amerika. Mungkin bisa dibayangkan bahwa kisah ini berjalan lucu menggelitik sampai pada titik ketika kebenaran harus terungkap, dan bisa diduga juga bahwa oom Lee sudah menunjukkan kepiawaiannya menyetir emosi penonton sekalipun tata adegannya sekilas tampak sederhana. Dibanding film-film bertema serupa yang marak muncul kemudian, film ini mungkin terasa lebih light, namun cengkeraman dramatiknya nggak pernah kendor.
My score: 8/10




3. Beasts Clawing at Straws
a.k.a Jipuragirado Jabgo Sipeun Jibseungdeul a.k.a Beasts That Cling to the Straws
(2020 - Megabox Plus M)
dir. Kim Yong-hoon
Cast: Jung Woo-sung, Jeon Do-yeon, Youn Yuh-jung, Bae Seong-woo, Shin Hyun-bin, Jung Man-sik, Jin Kyung, Jung Ga-ram, Park Ji-hwan, Bae Jin-woong, Heo Dong-won, Kim Ju-han, Yoon Je-moon

Film ini menyajikan tiga cerita saling bersinggungan, masing-masing digerakkan oleh karakter-karakter underworld bermasalah, kemudian disatukan oleh sebuah tas berisi gepok-gepok uang tunai yang--setidaknya di awal film--entah datangnya dari mana. Film seperti ini cenderung jadi excercise keterampilan para sineas agar penuturannya tetap berdaya tarik sepanjang durasi, dan berdampak. Memang kemungkinan untuk menimbulkan kebingungan masih ada di film ini. Namun, untungnya itu hanya berlangsung sebentar. Pengemasannya yang berupa drama thriller kriminal berornamen dark humour dan unexpected events, tata teknis visual apik, dikuatkan pula oleh performa deretan aktornya, memampukan film ini berjalan mulus dan interesting hingga kelar.
My score: 7,5/10




4. A Beautiful Day in the Neighborhood
(2019 - TriStar/Sony Pictures)
dir. Marielle Heller
Cast: Matthew Rhys, Tom Hanks, Chris Cooper, Susan Kelechi Watson, Maryann Plunkett, Enrico Colantoni, Wendy Makkena, Tammy Blanchard, Christine Lahti

Katanya film ini bukan biografi Mister Rogers--seorang host TV acara kanak-kanak legendaris di AS, tetapi in a way mampu menghadirkan gambaran cukup tentang sosoknya, bahkan bagi gw yang nggak kenal sama sekali. Film ini mengambil sudut pandang seorang jurnalis, Lloyd Vogel yang ditugaskan mewawancarai Rogers untuk majalah, dan Lloyd yang bitter kritis tentu berangkat dengan praduga bahwa Rogers nggak mungkin se-"baik-baik" yang tampak di TV. Namun, justru kemudian Lloyd yang di-"terapi" oleh Rogers dengan pandangan-pandangan hidupnya. Bersamaan dengan kisah masalah keluarga Lloyd sebagai inti plot--dihiasi beberapa elemen imajinatif, film ini tampak hendak memberi respek terhadap sosok Rogers, yang entah memang orangnya beneran sebaik itu, atau hanya berprinsip lebih mementingkan orang lain ketimbang memusatkan segala perhatian pada dirinya, sebagaimana yang dilakukannya setiap ngobrol sama Lloyd, sebagaimana porsi karakternya di film ini hanya sebagai pendamping. Very interesting.
My score: 7,5/10




5. Queen & Slim
(2019 - Universal)
dir. Melina Matsoukas
Cast: Daniel Kaluuya, Jodie Turner-Smith, Bokeem Woodbine, Chloe Sevigny, Flea, Benito Martinez, Sturgill Simpson, Indya Moore, Melanie Halfkenny

Meminjam pola legenda Bonnie & Clyde, film ini menaruhnya dalam konteks yang begitu relevan dengan situasi warga kulit hitam di Amerika Serikat. Baru kenal sebentar lewat beberapa kencan, sepasang pemuda-pemudi di Ohio harus jadi buronan setelah tewasnya polantas yang menyetop mereka di jalan. Di saat keduanya harus menghindari tangkapan aparat--karena hampir pasti mereka didakwa bersalah dan diperlakukan brutal karena warna kulit mereka, pasangan ini kemudian jadi simbol perlawanan warga atas institusi negara yang diskriminatif. Meski durasi dan ritmenya agak terlalu lamban buat gw, film ini mampu dengan jelas menyampaikan gagasan dan kegelisahannya dengan presentasi yang nggak kelewat bawel, berbarengan dengan eksplorasi dua karakter utamanya yang mengikat.
My score: 7,5/10




6. Deepwater Horizon
(2016 - Summit Entertainment)
dir. Peter Berg
Cast: Mark Wahlberg, Kurt Russell, John Malkovich, Gina Rodriguez, Dylan O'Brien, Kate Hudson, Ethan Suplee

Sebuah reka ulang meledaknya kilang minyak bumi lepas pantai di Teluk Meksiko tahun 2010, dan jadi salah satu ledakan terbesar di sejarah perminyakan, dengan pendekatan sedekat mungkin dengan kejadian aslinya. Alhasil, tanpa harus jadi overdramatic Hollywood banget, film ini tetap mampu memunculkan ketegangan dari tahap demi tahap peristiwa bergulir, dari sudut pandang para pekerja di kilang minyak tersebut. Nggak macem-macem, nggak neko-neko, bahkan tampak simpel, namun justru jadi efektif. Jika boleh dibandingkan dengan Patriots Day yang sama-sama reka ulang tragedi nyata garapan Berg dan Wahlberg, film yang ini buat gw punya nilai plus karena lebih terasa emosional dan lebih melarutkan...dan mungkin karena lebih singkat juga.
My score: 7,5/10




Komentar