My Movie Picks of June 2020

Akhirnya ngeblog lagi ^^;. Jadi selama tiga bulan belakangan gw vakum karena sepertinya belum ada yang bisa gw angkat untuk jadi tulisan, contohnya sepanjang bulan Mei 2020 gw bahkan sama sekali nggak nonton feature film baru, sehingga daripada dipaksain ya mending stop dulu. Tapi, sekarang sudah balik lagi karena sepanjang bulan Juni 2020 gw lumayan semangat nyari-nyari film yang bisa ditonton selama pandemi COVID-19 masih berlangsung, bioskop belum buka, dan gw masih di rumah aja. 

Dibantu dengan adanya festival film gratisan dan promo-promo di aplikasi-aplikasi streaming resmi terkemuka, jadilah gw menemukan film-film lama yang dari dulu gw pengen nonton tapi baru kesampaian sekarang. Dan, tentu saja beberapa di antaranya berhasil meninggalkan kesan dan ingin gw catat di blog ini. Mari...





1. Once 
(2007 - Summit Entertainment/Samson Films/Fox Searchlight)
dir. John Carney
Cast: Glen Hansard, Markéta Irglová, Bill Hodnet, Hugh Walsh, Gerard Hendrick, Alaistair Foley, Geoff Minogue, Danuse Ktrestova


Better late than never, gw akhirnya dapat nonton salah satu film kesayangan banyak pemerhati film ini. Walau terkesan sebagai film "kecil" dengan syuting pakai kamera non-sinema dan tanpa pemain bintang sama sekali, film Irlandia ini begitu charming dengan perkawinan kisah romansa sederhana dan musik, dengan tema "mengejar mimpi" sebagai penggerak plotnya. Dan, musiknya pun bukan sekadar latar belakang. Nggak usah banyak berbalas dialog romantis ataupun pamer banyak pemandangan, setiap adegan si tokoh cowok dan si tokoh cewek menyanyi, bermain musik, atau berusaha menciptakan lagu bersama, itu sudah berlipat-lipat dampaknya daripada adegan mesra manapun.
My score: 8/10






2. Paddington 2 
(2017 - StudioCanal)
dir. Paul King
Cast: Ben Whishaw, Hugh Bonneville, Sally Hawkins, Hugh Grant, Brendan Gleeson, Julie Walters, Jim Broadbent, Peter Capaldi, Madeleine Harris, Samuel Joslin, Imelda Staunton, Michael Gambon, 


Film Paddington pertama menjadi salah satu contoh film keluarga yang straightforward sekaligus smart, dan karenanya begitu menyenangkan. Hampir sulit dipercaya bahwa sekuel film tersebut bisa tetap menjaga sensasi tersebut dengan alur cerita yang sangat berbeda. Kekikukkan dan kepolosan si beruang muda Paddington yang kini tinggal di London ternyata bisa juga masuk dalam kisah treasure hunting, bahkan sampai pakai kisah di penjara segala, tetapi tetap bisa seru dan lucu. Yang gw kagum lagi adalah kelengkapan audio visual film ini yang begitu elaborate dan lebih megah dari film sebelumnya, sehingga semakin terasa bahwa ini bukan sekuel asal-asalan.
My score: 7,5/10






3. Sing Street 
(2016 - FilmNation/Lionsgate)
dir. John Carney
Cast: Ferdia Walsh-Peelo, Lucy Boynton, Jack Reynor, Aidan Gillen, Maria Doyle Kennedy, Kelly Thornton, Ben Carolan, Mark McKenna, Percy Chamburuka, Ian Kenny, Karl Rice, Don Wycherley


Dari kreator Once, film ini sekilas punya spirit yang sama, mengenai cinta, mimpi, dan musik. Namun, di sini ditambahkan juga penekanan pada nostalgia (dengan latar era 1980-an) dan gejolak kawula muda, berhubung tokoh-tokohnya masih remaja piyik semua. Cerita dan pengemasannya ringan dan jenaka, dan buat gw sendiri jadi punya nilai plus karena gw jarang nonton film berlatar full Irlandia dengan angle yang asyik seperti di film ini. Lagu-lagu orisinal yang (ceritanya) diciptakan oleh si tokoh utama juga keren-keren dah, jadinya semakin menggirangkan hati banget nonton ini.
My score: 7,5/10






4. Manchester by the Sea 
(2016 - Amazon Studios/Roadside Attractions)
dir. Kenneth Lonergan
Cast: Casey Affleck, Lucas Hedges, Michelle Williams, Kyle Chandler, Gretchen Mol, C.J. Wilson, Tate Donovan, Kara Hayward, Anna Baryshnikov, Matthew Broderick


Menonton kisah tragedi bukanlah kegiatan favorit gw, namun ternyata ada beberapa hal yang bikin film yang satu ini punya daya tarik. Sekalipun awalnya digambarkan sebagai "hanya" drama keluarga, yang paling menonjol dari sini adalah bagaimana tragedi yang dialami oleh tokoh utama diungkap perlahan dan satu per satu, hingga pada titik terdalamnya, lewat banyak flashback, tapi tanpa menghalangi aliran cerita masa kininya yang tak kalah penting. Dimulai dengan pembawaan yang datar dan bikin bertanya-tanya, semakin bergulir semakin jelas terasa gejolak batin, kepahitan, dan kehancuran hati yang selama ini tersimpan oleh orang-orang ini, padahal nyaris tidak ada adegan yang dramatis meledak-ledak.
My score: 7,5/10






5. Better Days
a.k.a. Shàonián dě Nǐ
(2019 - Henan Film Group/Shooting Pictures/China Wit Media/Tianjin Xiron Entertainment/We Pictures/Kashi J.Q./Goodfellas Pictures/Fatkids)
dir. Derek Tsang Kwok-Cheung
Cast: Zhou Dongyu, Zhang Bei Shan, Yin Fang, Huang Jue, Wu Yue, Zhou Ye, Zhang Xinyi, Liu Ran


Berangkat dari tema mengenai bullying/perisakan di antara remaja di China daratan, film ini mengeksplor cukup banyak hal terkait yang berskala besar, seperti pendidikan--titikberatnya di ujian nasional masuk perguruan tinggi, penegakan hukum, kesenjangan sosial, depresi, hingga pengaruh teknologi komunikasi. Namun, fokusnya tetap pada sepasang pemuda-pemudi dan asmara mereka yang raw di tengah kerasnya kehidupan di sekitar mereka. Penonton diajak bukan untuk kasihan pada si karakter-karakternya, tetapi diajak untuk memahami pergumulan dan kebingungan dalam bertahan di situasi yang tak menguntungkan. Penuturannya beritme cepat dan dinamis--mungkin dibilang khas Hong Kong banget berhubung sutradaranya dari situ--namun nggak terkesan banyak gaya, malah tetap terjaga clarity cerita dan emosinya yang intens.
My score: 7,5/10






6. Sepet
a.k.a. Chinese Eye
(2005 - MHz Films)
dir. Yasmin Ahmad
Cast: Sharifah Amani, Ng Choo Seong, Linus Chung, Tan Mei Ling, Ida Nerina, Harith Iskander, Adibah Noor


Drama asal Malaysia ini terbilang ringan dan lembut bertutur dalam menyorot sepasang kekasih dengan latar berbeda: si gadis Melayu anak sekolahan dan si pemuda keturunan China yang kerja di jalanan. Namun, itu nggak menghalangi pembuat filmnya dalam menunjukkan seporsi realita mengenai perbedaan-perbedaan tersebut. Jadi meskipun sweet-sweet gimana gitu, ada suntikan kompleksitas pada karakter-karakternya, disertai argumen-argumen yang mereka ujarkan mengenai perbedaan kultur. Efeknya, kisah dan karakter film ini jadi lebih simpatik dan nyata, seakan terus mengingatkan bahwa ini bukanlah kisah cinta yang gampang dituntaskan.
My score: 7,5/10






Komentar