My Movie Picks of March 2020

So, well, sebagaimana dialami sebagian besar pecinta film dunia, bulan Maret 2020 gw lalui dengan hanya sedikit sekali nonton di bioskop, kayak cuma di pekan pertama aja. Tentu saja ini mau nggak mau harus dimaklumi, banyak film terbaru yang ditunda rilisnya, hingga puncaknya pada penghentian operasional bioskop sampai waktu yang belum ditentukan, demi menekan laju penularan Covid-19 khususnya di tempat-tempat keramaian. Safety first ya guys.

Jadi, harap maklum juga kalau daftar tontonan paling berkesan yang akan gw sebutkan di bawah ini agak minimalis, itupun udah termasuk yang gw tonton di luar medium bioskop...atau bisa juga karena yang sempet gw tonton di bioskop ternyata tidak seberkesan itu, biarlah kalian yang menginterpretasikan =P.




1. My Neighbours the Yamadas
a.k.a. Tonari no Yamada-kun
(1999 - Studio Ghibli)
dir. Isao Takahata
Cast: Toru Masuoka, Yukiji Asaoka, Hayato Isobata, Naomi Uno, Masako Araki, Akiko Yano


Berhubung film-film klasik Studio Ghibli sedang membanjiri Netflix Indonesia, ini jadi judul pertama yang gw ingin catch up. Bentuk film ini mungkin bukan seperti yang dibayangkan bila mendengar merek Ghibli, baik secara visual maupun penuturannya. Ini tentang keseharian rumah tangga satu keluarga tipikal di Jepang--setipe dengan Kobo-chan, Chibi Maruko-chan atau Atashin'chi =D, dan disampaikan dalam kumpulan fragmen sketsa, tanpa plot utama yang menyambungkannya. Gambarnya pun lebih karikatural, bahkan abstrak. Namun, kekuatan bertuturnya ternyata tetap kuat. Meski dengan gambar "berantakan" nan imajinatif, kehangatan dan kejenakaan keluarga Yamada ini tetap bisa ditangkap dengan sangat jelas, dan terasa sangat dekat.
My score: 7,5/10






2. Mekah I'm Coming
(2020 - Dapur Film/MD Pictures)

dir. Jeihan Angga
Cast: Rizky Nazar, Michelle Ziudith, Totos Rasiti, Ria Irawan, Dwi Sasono, Ephy Sekuriti, Fanny Fadillah, Rasyid Karim, Jennifer Coppen, Yusril Fahriza



Menyampaikan keresahan tentang status sosial berdasarkan pencapaian religius, dalam hal ini naik haji, film ini disampaikan dalam bentuk komedi yang sangat goofy a.k.a. dodol. Dua pertanyaan besar dari pernyataan itu adalah: 1. Gimana caranya bikin komedi dodol tapi beneran bikin ketawa; dan 2. Gimana cara mencampurkannya ke tema sosial-religius tapi nggak lancang. Bagaimana pun itu, film ini berhasil menjawabnya. Yang paling penting, sekalipun dengan cara berkonyol ria, film ini dilengkapi dengan taste artistik yang terkontrol--terutama pengadeganan dan pengarahan ansembel pemain, serta tema dan keresahannya disodorkan dengan mulus tanpa menggurui.
My score: 7/10





Komentar