My Movie Picks of December 2019

Baiklah, setelah keriuhan senarai akhir tahun usai, mari kita kembali ke senarai rutin bulanan. Biasanya akhir tahun tuh rilisan film terbaru nggak sebanyak bulan-bulan lain, tetapi justru yang paling jadi unggulan, baik dari segi box office maupun yang pemancing awards. Dan kayaknya itu kembali tercermin dari film-film yang gw tandai sepanjang Desember 2019 ini, sampai ada enam plus satu judul. Makanya ngeposting ini agak lama hehehe *lagi-lagi alesan*






1. Knives Out
(2019 - Lionsgate)
dir. Rian Johnson
Cast: Daniel Craig, Ana de Armas, Jamie Lee Curtis, Chris Evans, Christopher Plummer, Don Johnson, Toni Collette, Michael Shannon, Katherine Langford, Lakeith Stanfield, Jaeden Martell, Noah Segan, Edi Patterson, Riki Lindhome, K. Callan


Kisah misteri detektif-detektifan dengan mengundang banyak nama aktor-aktris terkenal sepertinya harus terus banyak dibikin deh. Knives Out sendiri adalah kisah orisinal dalam tradisi karya misteri Agatha Christe, namun dengan suntikan tema-tema kontemporer dan, sebagai bumbu penyedap penting, humor gelap. Diawali dengan "standar" kasus kematian seorang patriarch kaya raya yang menimbulkan berbagai misteri, pertanyaan muncul mulai dari penyebab kematiannya, hingga warisannya jatuh ke siapa--macam kasus-kasus Detektif Conan yang dirotasi setiap 2 buku sekali. Meski demikian, kelihaian penuturannya membuat film ini tetap exciting, tidak hanya kelar pada pengungkapan "siapa pelakunya" lewat beberapa manuver adegan yang smart, namun juga pembangunan banyaknya tokoh serta kekonyolan mereka masing-masing. Sebagai dark comedy campur thriller dan misteri, humor maupun ketegangannya terjaga banget sehingga bikin makin pasrah mengikuti ke mana arah ceritanya, karena yakin akan semakin dipuaskan di bagian akhir.
My score: 8/10






2. Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini
(2020 - Visinema Pictures)
dir. Angga Dwimas Sasongko
Cast: Rachel Amanda, Rio Dewanto, Sheila Dara, Donny Damara, Oka Antara, Susan Bachtiar, Niken Anjani, Ardhito Pramono, Agla Artalidia, Sinyo, Nayla Denny Purnama, M. Adhiyat, Alleyra Fakhira Kurniawan, Syaqilla Afiffah Putri, Joe P. Project, Umay Shahab


Mempersembahkan kisah sosok orang tua dengan tiga anaknya, yang berangkat dari pembedaan cara perlakuan antara anak satu dengan anak yang lain secara perlahan bepengaruh dan memuncak pada kehidupan anak-anak saat dewasa. Gw menangkap film ini sebagai slice of life yang cukup spesifik: kehidupan dari sebuah keluarga berkecukupan Jakarta yang punya konflik tak kasatmata dan kesannya kurang istimewa, namun justru bisa terhubung dengan banyak orang dan banyak keluarga. I mean, gw sih pernah banget ngegas sama ortu maupun saudara buat masalah-masalah yang lebih sepele daripada yang ada di film ini. Maka buat gw, nilai utama film ini adalah sensasi rasa dramatis yang didapat dari hal-hal keseharian, dari topik-topik yang mungkin bukan hal besar bagi sebagian orang tapi big enough bagi sebagian yang lain. Sekalipun gw kurang sreg dengan salah satu poin konflik yang dimunculkan di sini, kemenangan utama film ini terletak pada presence keluarga Narendra yang diarahkan dan diperankan dengan sangat baik. Emosi yang mereka keluarkan saat bersama-sama bisa menularkan vibe yang efektif dan genuine, baik saat mereka sedih, bahagia maupun saat bertengkar, hingga diksi dialog yang di atas kertas tampak artifisial mampu mereka wajarkan dengan sempurna.
My score: 7,5/10






3. The Two Popes
(2019 - Netflix)
dir. Fernando Mereilles
Cast: Jonathan Pryce, Anthony Hopkins, Juan Minujin, Luis Gnecco, Maria Ucedo, Lisandro Fiks, German de Silva


Film ini adalah dramatisasi dari satu periode sejarah ketika Paus Benediktus XVI menyatakan mundur hingga terpilihnya Paus Fransiskus pada tahun 2013. Sebagian besarnya dalam bentuk dialog antara dua tokoh pemimpin umat Katolik sedunia ini, yang mempunyai berbagai perbedaan pandangan dalam berbagai soal yang cukup prinsipil, diselingi juga dengan kisah masa lalu Paus Fransiskus atau bernama asli Jorge Mario Bergoglio saat masih melayani di negaranya, Argentina. Hanya lewat "ngobrol", interaksi kedua tokoh ini terasa intens dan dinamis, terutama ditekankan dengan perbedaan karakter keduanya--media selama ini mencondongkan yang satu sangat kaku dan yang satu lagi lebih down-to-earth. Namun, yang gw salut adalah film ini nggak memojokkan satu tokoh atau satu pandangan saja, karena masing-masing punya poin-poin valid. Dan lebih salut lagi, film sukses menonjolkan sisi manusiawi dari dua tokoh ini--terlepas mereka beneran seperti yang digambarkan di film ini atau tidak ya--sehingga presentasinya pun jadi nyaman disimak, nggak kelewat berat kok.
My score: 7,5/10






4. Jumanji: Welcome to the Jungle
(2017 - Columbia)
dir. Jake Kasdan
Cast: Dwayne Johnson, Kevin Hart, Jack Black, Karen Gillan, Nick Jonas, Rhys Darby, Bobby Cannavale, Alex Wolff, Ser'Darius Blain, Madison Iseman, Morgan Turner


Betul, ini yang rilis tahun 2017 yang baru gw tonton menjelang perilissan Jumanji: The Next Level ^_^;. Gw lupa kenapa nggak nonton pas rilis di bioskop, dan agak menyesal juga karena ternyata kontennya sendiri jauh dari kata buruk. Ini adalah model film fantasi petualangan komedi yang dirancang dan dieksekusi dengan semangat bersenang-senang. Dibekali oleh plot yang sederhana--namun merupakan pemutakhiran yang bagus dari Jumanji (1994) versi lawas, humor-humor yang nggak self-indulgent, hingga performa bersemangat dan berenergi positif dari para pemerannya, maka jadilah sebuah film yang tinggi nilai hiburan tetapi tidak melulu bertumpu semata pada kecanggihan efek visual dan nama besar film yang legendaris.
My score: 7,5/10






5. Imperfect
(2019 - Starvision)
dir. Ernest Prakasa
Cast: Jessica Mila, Reza Rahadian, Clara Bernadeth, Yasmin Napper, Shareefa Daanish, Karina Suwandi, Dewi Irawan, Ernest Prakasa, Boy William, Dion Wiyoko, Tutie Kirana, Kiki Narendra, Karina Nadila, Devina Aureel, Kiky Saputri, Zsa Zsa Utari, Aci Resti, Neneng Wulandari, Asri Welas


Kali ini film komedi Ernest Prakasa merapat ke topik-topik yang hangat dan berkelanjutan dalam pergaulan, khususnya soal bias penilaian fisik perempuan. Angle dari topiknya juga terbilang jitu, bahwa Rara si tokoh utama bertubuh gemuk dan kurang bisa berdandan tetapi bekerja di perusahaan kosmetik, bagian marketing pula, bidang yang terkenal punya standar gaya tertentu. Kisah Rara yang ditantang untuk memenuhi standar tersebut menjadi benang merah film, dan kemudian berpengaruh pada hubungannya dengan kekasih dan keluarganya. Di luar itu, disematkan lagi beberapa subplot, yang sesaat terasa seperti distraksi dan melebar, namun pada akhirnya bisa ditangkap sebagai penguat message yang hendak disampaikan. Tapi, balik lagi bahwa film ini komedi, penyampaiannya yang ringan membuat alir filmnya nyaman dinikmati, apalagi dengan berbagai selipan humor yang bagi gw sih kadar lucunya paling tinggi di antara film-film Ernest sebelumnya.
My score: 7,5/10






6. Dark Waters
(2019 - Focus Features/Participant Media)
dir. Todd Haynes
Cast: Mark Ruffalo, Anne Hathaway, Tim Robbins, Bill Camp, Victor Garber, Mare Winningham, Bill Pullman


Melengkapi jajaran film berdasarkan kisah nyata pengungkapan sisi gelap korporasi raksasa, kali ini yang diangkat adalah perusahaan kimia DuPont, yang terbukti menutup-nutupi berbagai efek buruk dari produk-produknya, khususnya bagi para pegawai pabriknya dan warga sekitar. Dibandingkan dengan Erin Brockovich (2000) yang bertema mirip, film ini jelas lebih kelam dan depressing, apalagi mengingat produk DuPont juga cukup dikenal di Indonesia (brand yang bikin lapisan antilengket teflon di panci dan wajan, walau sebenarnya unsur-unsur serupa dari DuPont juga terdapat di barang-barang rumah tangga yang lain). Namun, kekuatan film ini bukan semata-mata menambah pengetahuan dan faktor kedekatan terhadap topiknya, melainkan juga terletak pada performa tulus Ruffalo cs, yang mampu memberikan gambaran seemosional mungkin dari beratnya dan panjangnya kasus ini.
My score: 7,5/10






7. Marriage Story
(2019 - Netflix/Heyday Films)
dir. Noah Baumbach
Cast: Scarlett Johansson, Adam Driver, Laura Dern, Alan Alda, Ray Liotta, Julie Hagerty, Merritt Weaver


Yang unik, dan mungkin agak ironis dengan judulnya, film ini menuturkan proses terjadinya sebuah perceraian. Proses ini dijalani oleh sepasang seniman peran: suami adalah sutradara teater muda berbakat, dan istri adalah aktris film Los Angeles yang hijrah ke teater New York ikut suaminya. Alasan-alasan mereka mau bercerai kemudian dipaparkan, mulai dari konflik emosional, tempat tinggal, hingga perihal profesi. Pada perjalanannya, film ini dengan cermat menyorot kedua tokoh ini di satu sisi dalam posisi simpatik, tetapi ada pula momen-momen bahwa keduanya bikin antipati, terutama ketika proses perceraian mereka sudah masuk ke ranah hukum. Dalam dinamika kisah yang demikian, Johansson dan Driver sebagai pemeran utama menunaikan tugasnya dengan tanpa cela, yaitu menggunakan ekspresi dan emosi mereka sebagai motor yang menghidupkan cerita, baik ketika mood-nya lagi santai bahkan jenaka, maupun saat tensi tinggi.
My score: 7,5/10




Komentar