My Movie Picks of October 2019

Ternyata bulan paling ramai itu, dalam artian banyak banget film-film menarik dan layak dicatat, adalah Oktober 2019. Alhasil gw jadi banyak bahan dalam menyusun senarai favorit bulan ini, dan inilah mereka. Ada tujuh lho...






1. Joker
(2019 - Warner Bros.)
dir. Todd Phillips
Cast: Joaquin Phoenix, Robert DeNiro, Zazie Beetz, Frances Conroy, Brett Cullen, Brian Tyree Henry, Sharon Washington, Shea Wingham, Bill Camp, Glenn Fleshler, Leigh Hill


Menonton film Joker rasanya--mungkin--bagaikan bertemu sosok Joker langsung yang lagi ketawa-ketawa sendiri di hadapan gw: gw cuma bisa diam ngelihatin karena nggak tahu pasti bagaimana harus merespons. Mau mengabaikan kok ya jadi merasa bersalah, mau mencaci ya kasihan, tapi mau kasihan kok ya dianya nyusahin. Perasaan itu muncul utamanya karena sosok Joker di film ini punya kondisi dan tingkah laku sedemikian rupa sehingga gw nggak bisa nebak niat dan isi kepalanya yang sesungguhnya, bikin dilema antara mau bersikap membela atau mengecam, itulah yang bikin ngeri. Gw salut banget bahwa film ini nggak mencoba mem-'baik-baik'-kan si tokoh musuh bebuyutan Batman ini--beda dengan yang dilakukan di Venom (2018) atau Maleficent (2015) misalnya. Di sini Joker tetaplah penjahat, berasal dari dunia yang penuh kekerasan, bahkan lahir langsung dari kekerasan itu sendiri (lihat bahwa satu-satunya orang yang baik sama dia hanyalah literally and figuratively "orang kecil''), dan dia memutuskan untuk mengembalikan serta mengamplifikasi kekerasan kepada dunia. Awalnya mungkin film ini kayak cuma bertujuan ngeruk receh dari penggemar Batman berhubung film Batman terbaru tak kunjung tiba, namun hasilnya justru malah banyak sekali pemikiran dan topik mendalam yang bisa diekstrak dari sini. Nggak cuma riwayat asal muasal Joker sebelum ketemu Batman, tetap lebih kepada pembongkaran dan perumusan ulang the idea of the Joker, seorang musuh/villain yang begitu alot dan tiap iterasinya selalu memberi impresi yang meresahkan. Sebenarnya gw nggak bisa dibilang "enjoy" nonton ini, namun penggarapan dan penyajiannya yang begitu rupa--terutama dari performa Phoenix yang levelnya nggak masuk akal, bikin gw nggak sanggup mengalihkan perhatian, dan gagasan-gagasan yang ditaburkan sampai bikin kepikiran cukup lama setelah nonton. Se-powerful itu.
My score: 8/10






2. Hustlers
(2019 - STX)
dir. Lorene Scafaria
Cast: Constance Wu, Jennifer Lopez, Julia Stiles, Lili Reinhart, Keke Palmer, Wai Ching Ho, Mercedes Ruehl, Cardi B., Lizzo


Salah jika menganggap film ini hanya isi hura-hura dan glamor ceria condong mesum macam, sebut saja, Coyote Ugly (2000). Diangkat dari kisah nyata, film ini mengupas sebuah kasus "sederhana", yaitu beberapa penari bugil di New York memperdaya calon-calon klien, terutama dari para pialang Wall Street yang dianggap sebagai biang kerok krisis ekonomi, dengan cara-cara ilegal supaya bisnis klub tari bugil mereka (yang notabene memang legal di sono) tetap jalan. Menghindari kecenderungan pervert apabila topik yang sama digarap filmmaker pria, film ini jadi punya bobot lebih karena dituturkan langsung dari sudut pandang kaum perempuan, mulai dari hal juang bertahan hidup hingga masalah hati nurani. Ada lucu, ada haru, ada pula insight yang komprehensif tentang dunia yang mereka hidupi, hal-hal itu dibungkus dalam sajian yang enak sekali diikuti, namun tetap terasa riil dan emosional.
My score: 7,5/10






3. Bebas
(2019 - Miles Film/CJ Entertainment)
dir. Riri Riza
Cast: Marsha Timothy, Maizura, Susan Bachtiar, Sheryl Sheinafia, Baim Wong, Baskara Mahendra, Indy Barends, Agatha Pricilla, Widi Mulia, Zulfa Maharani, Lutesha, Kevin Ardilova, Giorgino Abraham, Amanda Rawles, Sarah Sechan, Irgi Fahrezi, Tika Panggabean, Syifa Hadju, Edward Suhadi


Tugas utama film ini bukan cuma meng-Indonesia-kan kisah dan karakter yang bersumber dari film Korea populer berjudul Sunny (2011), namun juga menuturkannya dengan mindset Indonesia. Beruntung bahwa inti kisah tentang kenangan dan reuni geng pertemanan SMA cukup bisa diterapkan di mana pun, dan buat gw Bebas berhasil membuatnya masuk dalam konteks Indonesia, khususnya dengan penentuan setting waktu pertengahan 1990-an untuk kisah masa SMA-nya, which was my favorite parts from the film. Keceriaan dan kegelisahan yang dimunculkan mengalir natural, dan referensi-referensi kultur pop 1990-an menjadi pugasan yang menggembirakan. Meskipun sesekali terlihat trait yang kurang konsisten antara pemeran karakter masa SMA dengan masa dewasanya, gw sendiri nggak kuasa membendung energi positif yang terpancar sepanjang film ini.
My score: 7,5/10






4. Perempuan Tanah Jahanam
(2019 - Base Entertainment/Ivanhoe Pictures/CJ Entertainment/Rapi Film/Logika Fantasi)
dir. Joko Anwar
Cast: Tara Basro, Marissa Anita, Ario Bayu, Christine Hakim, Asmara Abigail, Kiki Narendra, Abdurrahman Arif, Teuku Rifnu Wikana


Benak gw memang sudah menge-set bahwa label ''disutradarai Joko Anwar" bakal menawarkan pengalaman sinematis yang wahid sehingga musti gw tonton segera. Gw mungkin nggak memfavoritkan semua film doski, namun film terbarunya ini lagi-lagi membuktikan bahwa secara produksi dan craft, Joko masih salah satu andalan negeri ini. Pengadeganan yang mencekam, bangunan setting yang rapi nan misterius, cantik dipandang sekaligus bikin nggak nyaman, serta karakter-karakter yang dibangun kuat memuluskan gw mengikuti film ini hingga selesai. Walau sebenarnya gw sangat merasa mixed saat cerita masuk ke babak final (bulutangkis kali ah) dan revelation-nya dibeberkan, paling tidak kali ini gw kembali merasa disenangkan oleh adanya kisah dengan kreasi mitologi yang menarik dan cukup beda, dan lebih thorough, dibandingkan film-film sejenis.
My score: 7,5/10






5. Abominable
(2019 - Universal/DreamWorks Animation/Pearl)
dir. Jill Culton
Cast: Chloe Bennet, Albert Tsai, Tenzing Norgay Trainor, Sarah Paulson, Eddie Izzard, Tsai Chin, Michelle Wong


Keragu-raguan gw terhadap film ini, yang judulnya gw nggak paham artinya sebelum nyari di kamus, ternyata berhasil diruntuhkan. Masih menggunakan pola kisah persahabatan manusia dan sesosok makhluk yang ditakuti oleh manusia-manusia lain, tema dan strukturnya jelas sama sekali tidak baru (gw langsung keinget seri How to Train Your Dragon punyanya DreamWorks juga), demikian pula pesan-pesan tentang nilai persahabatan dan keluarga yang ingin diusung. Tetapi, film ini cukup disegarkan dengan latar negeri China kontemporer (tokoh protagonis utama ada tiga dan mereka semua anak tunggal =)), dan terutama desain gambar animasi yang bikin hati gembira. Sederhana tetapi indah, sejuk dan hangat sekaligus.
My score: 7,5/10






6. Love For Sale 2
(2019 - Visinema Pictures)
dir. Andibachtiar Yusuf
Cast: Della Dartyan, Adipati Dolken, Ratna Riantiarno, Ariyo Wahab, Bastian Steel, Putri Ayudya, Yayu Unru, Egy Fedly, Abdurrahman Arif, Revaldo, Taskya Namya


Satu hal yang gw lega mengenai film ini adalah kisah dan situasinya dibuat sangat berbeda dengan Love for Sale pertama, yang notabene salah satu film favorit gw tahun 2018. Ketimbang lagi-lagi didorong oleh kesendirian, kisah yang sekarang justru dimulai dari, well, "kebersamaan". Kini aplikasi Love Inc. dipakai oleh protagonis kita untuk menghadirkan calon menantu palsu nan sempurna, dan lagi-lagi sosok Arini kena giliran (atau malah she's the only one in the company? *teori liar*), untuk melembutkan hati sang matriarch yang berisik perihal jodoh putra-putranya. Sama seperti film pertama, film ini mampu memotret keseharian otentik di satu sudut kota Jakarta yang biasanya enggan disorot di layar lebar kita (Jakarta Timur and mas-mas karyawan muka kusam berminyak represented, y'all), ditambah beberapa line dan kelakuan yang menggelitik, semenggelitik drama keluarga yang coba dihadirkan. Gw juga kayaknya lebih banyak ketawa nonton ini daripada pendahulunya. Namun, konsekuensi sebagai sekuel dari sebuah film yang arguably punya kisah dan penuturan yang unik, adalah menurunnya sisi kesegaran dan surprise-nya, belum lagi belokan menuju konklusinya yang terlalu tajam. Biar begitu, di film ini ada satu lagi hal yang dimainkan dengan lihai sama seperti film pertamanya, yaitu misteri tentang siapa, atau yang mana, sosok Arini yang sesungguhnya. Paling tidak itu masih bikin gw tetap ingin menantikan kelanjutan seri ini.
My score: 7/10






7. Susi Susanti: Love All
dir. Sim F.
Cast: Laura Basuki, Dion Wiyoko, Lukman Sardi, Iszur Muchtar, Dayu Wijanto, Moira Tabina Zayn, Farhan, Chew Kin Wah, Jenny Zhang, Kelly Tandiono, Delon Thamrin, Rafael Tan


Di antara film biografi tokoh terkenal Indonesia yang gw pernah tonton, film ini termasuk yang paling fokus. Iya, film ini memang menyorot perjuangan dan prestasi membanggakan dari ikon bulutangkis kita, Susi (or Susy) Susanti. Iya juga bahwa ada pembahasan hubungannya dengan Alan Budikusuma, sesama pebulutangkis nasional yang kemudian jadi suaminya. Yang mungkin tidak banyak di-expect, film ini ternyata juga memberi sorotan khusus mengenai polemik status kewarganegaraan Susi dan kawan-kawannya yang keturunan China, yang artinya film ini juga jadi eksaminasi terhadap sejarah bangsa ini--latar 80-90-an rupanya bukan cuma hiasan dan syarat belaka. Untuk hal itu, film ini patut mendapat apresiasi. Mengenai presentasinya di layar, it's another matter. Jujur gw agak bermasalah dengan peralihan mood yang bumpy, presentasi adegan pertandingan yang kurang imbang semangatnya, hingga sedikitnya waktu untuk mengupas topik kewarganegaraan tadi. Namun, gw akui juga gw menikmati kemasannya yang light, positif, mudah dicerna, dan family-oriented kayak film-film sport Disney gitu--yang bikin gw memaklumi beberapa part cerita yang terasa"film banget". Desain visual serta aktingnya juga sangat mendukung. So, bagaimanapun, gw tetap mau menanggap ini sebagai contoh film biografi tentang tokoh Indonesia yang memang penting, dengan isu yang sama pentingnya.
My score: 7/10







Komentar