[Movie] Room (2015)


Room 
(2015 - A24 Films/Film4)

Directed by Lenny Abrahamson
Screenplay by Emma Donoghue
Based on the novel by Emma Donoghue
Produced by Ed Guiney, David Gross
Cast: Brie Larson, Jacob Tremblay, Joan Allen, William H. Macy, Tom McCamus, Sean Bridgers, Wendy Crewson, Cas Anvar


Saat menyimak sebuah berita kriminal, umumnya orang-orang diarahkan untuk memberi perhatian pada mengapa dan bagaimana kejahatan itu terjadi. Yang mungkin jarang diangkat dalam pembahasan adalah dampak kehidupan orang-orang yang terlibat setelah kejadian itu. Film Room arahan Lenny Abrahamson mengambil sebuah contoh kasus penculikan, penyekapan, sekaligus perkosaan terhadap seorang wanita muda, yang tak hanya membahas tentang detail kasusnya, tetapi dampaknya setelah korban bebas. Namun, kisah ini diambil dari sudut pandang seorang anak berusia lima tahun.

Sepanjang hidupnya, bocah laki-laki bernama Jack (Jacob Tremblay) tinggal bersama ibunya yang dipanggil Ma (Brie Larson) di sebuah kamar tak berjendela yang terkunci rapat. Terungkap sebenarnya bahwa Ma adalah korban penculikan saat berusia 17 tahun oleh pria yang dipanggil Old Nick (Sean Bridgers), dan kini sudah bertahun-tahun ia disekap, juga secara berkala diperkosa oleh Old Nick. Bisa ditebak, Jack adalah anak hasil perkosaan Old Nick terhadap Ma.

Lantaran koneksi mereka ke dunia luar hanya melalui Old Nick dan sebuah pesawat TV, Ma berusaha agar Jack memiliki pertumbuhan senormal mungkin, dengan mengajaknya melakukan berbagai kegiatan di ruang sempit itu, dan berusaha memberi penjelasan terhadap segala pertanyaan Jack.

Namun, suatu ketika Old Nick mengaku kehilangan pekerjaan, sehingga pasokan kebutuhan mereka akan terbatas. Setelah sekian tahun menahan diri, Ma akhirnya terpicu lagi untuk membuat rencana melarikan diri. Dengan situasi Old Nick yang juga makin melemah, rencana kali ini berhasil.

Akan tetapi, lepas dari sekapan Old Nick bukanlah akhir dari segalanya. Saat harus mencoba bangkit dari trauma, Ma juga harus menghadapi perubahan yang terjadi di lingkungannya yang dulu. Selama ia menghilang sekitar tujuh tahun, orang tuanya ternyata sudah bercerai. Nancy sang ibu (Joan Allen) kini hidup bersama kekasih barunya, Leo (Tom McCamus), sementara ayahnya, Robert (William H. Macy) pindah ke kota lain. Di saat bersamaan, Ma masih harus terus membimbing Jack untuk bisa mengenal dunia luar yang baru baginya. Masalahnya, segala hal ini belum siap ditanggungnya sekaligus.

Dalam mengangkat topik kriminalitas, film Room memilih langkah yang tepat agar tidak jatuh jadi film drama yang generik. Soalnya, jika tidak ditangani dengan kreatif, kisah yang sama bisa jadi tak ubahnya salah satu episode serial televisi Hollywood yang membahas kejahatan sejenis, seperti Criminal Minds atau Law & Order: Special Victim Unit.

Film Room sendiri merupakan adaptasi dari novel fiksi karya Emma Donoghue, penulis yang juga dipilih untuk mengadaptasinya ke dalam bentuk skenario film. Sama seperti novelnya, film ini mempertahankan sudut pandang cerita dari tokoh Jack, yang dalam beberapa bagian menjadi pemandu penonton dengan narasinya.

Dengan mengedepankan Jack maka berefek pada timbulnya ironi dari penceritaan film ini. Di satu sisi, penonton tahu betul bahwa film ini berkisah tentang sebuah dampak tindak kekerasan yang keji, khususnya secara mental, terhadap seorang wanita muda dan anaknya. Usaha Ma untuk kembali ke dunia luar jelas tidak mudah, apalagi ia harus menghadapi sorotan publik dan stigma. Padahal, jelas dalam benaknya ia ingin segalanya cepat berlalu. Rekonsiliasi hubungan Ma dengan orang tuanya, setelah ada kekosongan selama beberapa tahun, juga kerap menimbulkan cekcok, bahkan Jack kadang jadi terkena kekalutan pikirannya.

Akan tetapi, di sisi lain cerita ini juga adalah sebuah 'petualangan' bagi Jack. Dengan cara pandangnya yang masih polos, Jack pelan-pelan harus menyerap tentang segala sesuatu yang masih asing baginya, termasuk membangun hubungan dengan orang-orang selain Ma. Hal ini membuat perjalanannya bersama Ma yang seharusnya menjadi drama sedih mengharubiru bisa juga sesekali tampil manis dan jenaka.

Ditambah lagi, Jack belum mengerti bahwa selama hidupnya ia disekap oleh orang jahat, sehingga ia menjalani adaptasi ini tanpa beban. Malah ia mengaku kangen dengan kamar tempat ia disekap dulu. Tentu akan timbul rasa sedih dan iba melihat ketidaktahuan Jack, namun kepolosannya itu juga dapat dimengerti, karena selama ini ia dididik jadi optimistis oleh Ma sekalipun di dalam benaknya dunia hanya sebatas kamarnya dulu.

Setiap tahapan cerita film ini digambarkan dengan penataan adegan yang intim. Ruang dan karakter yang tidak terlalu banyak menuntut agar permainan ekspresi dan emosi para pemainnya menjadi kunci. Performa Brie Larson berhasil menunjukkan sosok Ma yang hancur dalam hatinya, namun harus tampak kuat dan punya segala jawaban bagi Jack.

Sementara Jacob Tremblay sebagai Jack juga dengan sangat baik mengimbangi Larson dengan emosi yang riil. Demikian pula para pemain pendukung seperti Joan Allen dan William H. Macy, yang walau porsinya tak sebanyak Larson dan Tremblay, berhasil meninggalkan jejak berarti.

Menggabungkan dua cara pandang dalam satu tuturan cerita bukan perkara mudah, namun film Room berhasil dengan mulus dalam menyampaikan kisah yang miris sekaligus optimis. Abrahamson selaku sutradara juga lihai dalam mempermainkan emosi penonton, dari adegan-adegan yang membuat hati terenyuh, yang menimbulkan senyum, sampai juga ketegangan—khususnya adegan percobaan Jack untuk melarikan diri.

Adegan-adegannya ditampilkan dengan dialog dan situasi yang realistis, tapi kadang-kadang juga bisa terasa fantastikal, mengikuti bagaimana cara pandang Jack. Room pun berhasil menjadi sebuah pertunjukan talenta dan keahlian berkarya yang tak hanya mumpuni, tapi sanggup menggugah hati.




My score: 8/10

Tulisan ini pertama kali diterbitkan di Muvila.com

Komentar