Do As Infinity - ETERNAL FLAME
(2009 - Avex Trax)
Tracklist:
1. ETERNAL FLAME
2. 最後のGAME Saigo no GAME
3. Perrfect World
4. 名もなき革命 Na mo Naki Kakumei
5. ナイター Nighter
6. Feelin'The Light
7. メラメラ Meramera
8. Piece Of Your Heart
9. 北風 Kitakaze
10. his hometown
11. 焔 Honou
12. 生まれゆくものたちへ Umareyuku Monotachi e
Do As Infinity sempat jadi band J-Pop (dan secara keseluruhan) paling favorit gw, gw sukaaa banget. Lagu2 mereka dulu bagus2, melodi dan aransemennya okeh banget, serius deh. Dengarkanlah hit terpopuler mereka “Fukai Mori”, and you’ll see I’m not lying. Tapi band pop-rock dengan karya2 bagus ini emang bukan band “betulan” seperti band pada umumnya. Debut pada tahun 1999, band ini adalah manifestasi (mampus bahasanya ^o^, tapi daripada “pengejewantahan”?) kreativitas dari seorang musisi bermusikalitas tinggi, Nagao Dai. Dai menulis lagu dan merancang musik dengan cantiknya yg dimainkan bersama dua anggota lainnya, si gorgeous Tomiko Van (baca: “ban”…eh jangan deh, “van” aja) di vokal dan Ryo Owatari di gitar yg juga sama2 berbakat. Tapi pada tahun 2001, Dai memutuskan untuk nggak “memasang muka” di Do As Infinity sehingga nggak terlibat dalam berbagai macam bentuk promosi ataupun manggung, tapi namanya masih tetap tercantum sebagai anggota. Tahun 2005, Do As Infinity pun memutuskan bubar jalan setelah 6 album plus 2 “the best”. Gw beli DVD konser final mereka, agak terharu juga T-T.
Namun, kabar gembira itu datang juga: tahun 2009, tim sukses Do As Infinity memutuskan untuk reuni dan berkarya lagi (yeay!), tapi kali ini benar2 tanpa Nagao Dai. Wah, apa jadinya ya? Muncullah album ETERNAL FLAME ini sebagai tanda kembalinya Do As Infinity, tepatnya Tomiko dan Ryo, yg sebelumnya sudah punya proyek masing2 pasca bubaran tapi agak gagal gitu deh. Untunglah album ini bukan bomb yg akan mengecewakan penggemar dan mempermalukan nama Do As Infinity, tapi dibilang istimewa pun sepertinya tidak. Lagu2nya masih punya ciri Do As Infinity yg dulu, ini tak terlepas arranger dan produser mereka sejak dahulu kala, Seiji Kameda (bassis “edan” Tokyo Jihen, dan juga biang suara gitar-bass “edan” di lagu2 Do As Infinity) masih setia menggarap musik mereka, tapi mungkin lebih mirip dengan di album kelima dan keenam mereka, Gates of Heaven dan Need Your Love, yg bagi sebagian besar fans (well, gw sih tepatnya) tidak seindah album2 awal mereka. Yg gw perhatikan juga, permainan gitar Ryo agak kurang energi di album ini, jangan2 kelamaan hiatus, jiwanya belum nyatu lagi di Do As Infinity hehehe.
But worry not. Meski secara musik mungkin hanya perpanjangan dari karya mereka tepat sebelum bubar, sebenernya lagu2 yg dipasang ETERNAL FLAME masih sangat bisa dinikmati. Toh bagi gw, sejelek-jeleknya Do As Infinity, pasti masih lebih bagus daripada boyband2 Jepang *perbandingan yg aneh*. Setiap lagu punya chorus yg lumayan catchy, walau tidak “sangat catchy”. Gw dikejutkan dengan track pertama, “ETERNAL FLAME” yg diawali dengan vokal slow yg enak, tapi kok interludenya upbeat rock, seperti dua lagu berbeda yg disatukan, jadi inget “Kisah Sedih Di Hari Minggu” nya Koes Plus ^_^’, tapi lama2 lagu ini enak juga kok, kalau mau mengabaikan lirik full bahasa Inggris yang dinyanyikan dengan lafal yg Jepang banget. Do As Infinity dari dulu emang cocok di segala tempo, album ini kembali menunjukkannya, dari yg slow ballad seperti “Nighter”, medium beat pop di “Feelin’ The Light” dan “Kitakaze”, medium beat rock di “Na mo Naki Kakumei” dan “Honou”, memang nge-rock di “Saigo no GAME”, hingga rock ballad (tapi bukan lagu cinta) di “Umareyuku Monotachi e” yg sebelumnya udah pernah dirilis dalam bentuk single, and I like them. Kurang suka sama “Perfect World” dan “Meramera” karena mungkin terlalu maksa ada unsur technonya, tapi nggak terlalu mengganggu juga.
Jadi kesimpulannya oleh seorang penggemar yg pastinya akan bias: bagus kok! Masih sulit memang untuk menyamai “kharisma” lagu2 mereka dulu terutama di album pertama, BREAK OF DAWN yg masih gw anggap terbaik, tapi ini tidak lebih jelek daripada album2 terakhir mereka. Meski berjalan tanpa Nagao Dai, Do As Infinity masih sanggup membawa warna yg menjadikan mereka disukai fans, untung saja. Bukan sebuah gebrakan yg terlalu besar, tapi tetap gw tunggu karya2 selanjutnya niy. Plis jangan bubar lagi…
My score 7,5/10
NB: ada yg merasa nggak kalo lagu2 rekaman Jepang lebih dominan treble daripada bass?
Sebenernya kemaren udah nulis komen dipostingan ini, tapi kayaknya koneksi lagi eror jadinya ga kekirim. Sekarang nulis komen lagi aja dah.
BalasHapusSetuju ama pendapat kalo tiga album terakhir ini terdengar nggak seindah album-album awal. Tapi tetep lah, sejelek-jeleknya lagu DAI masih bersahabat buat kuping. Kalo di Eternal Flame ini aku paling sering dengerin yang Umareyuku Monotachi e, sejak pertama denger langsung nyangkut di kuping. Kalo yang agak lama suka ama Honjitsu Wa Seiten Nari, One or Eight, sama lagu-lagu di album Break of Dawn.
@rizqilibrium
BalasHapusmereka memang okeh sekali ya. Do As Infinity inilah "pintu gerbang" gw jadi suka banget J-Pop sampe sekarang
Setuju dengan rizquilibrium juga, dengan pengecualian GATES OF HEAVEN :)
BalasHapusProject Ryo Owatari sih emang gatot (gagal total) (lol). Solo careernya Tomiko Vannya lumayan kok, album keduanya bagus malah. Cuma ya alirannya jadi lebih ngepop begitu.
Kalo album di album ini, aku paling suka remixnya Tangerine Dream, Namonaki Kakumei, ma Meramera. Entah kenapa aku ngerasa lagu2 di album ini lebih ajaib (kira2 begitu lah soalnya beda bgt ma album2 sebelumnya).
Setuju dengan NB. di atas, terutama bwt lagu pop. giliran ngedenger lagu jepang langsung deh gedein bass (sebebernya sih lebih karena bassnya asik2 :P)
gak terlalu setuju ma nb,, buatQ bass band jpn paling bagus n keren di dunia..(coz sering dengerin L'Arc~en~Ciel..hehe)
BalasHapusklo buat DAI,, meski gak bgitu kdengeran tapi bassnya Seiji Kameda juga keren koq..
setuju ma rizquilibrium,, paling sneng denger umareyuku monotachi e..
Hidup DAI...
@Anonim, mmm maksud gw sih bukan permainan bass sebagai instrumen, tapi sound rekaman/equalizer lagunya didominasi sama treble (frekuensi tinggi) yang cempreng lewat gitar elektrik, synthesyzer dsb, dibandingkan bassnya (frekuensi rendah).
BalasHapusPermainan instrumen bassnya mah bagus banget. ^_^
owalah gitu..klo itu gw jg stuju..hehe..
BalasHapuslagu2nya DAI jd unik,, beda ma band yg lain..
btw, kpn nie DAI ngeluarin album bru..ada yg tau gak?
blum ada berita album baru, mereka lagi sibuk tur kayaknya =)
BalasHapus