STAND BY ME ドラえもん
Stand by Me Doraemon
(2014 - Toho)
Directed by Ryuuichi Yagi, Takashi Yamazaki
Screenplay by Takashi Yamazaki
Based on the comic series "Doraemon" by Fujiko F. Fujio
Produced by Shunsuke Ohkura, Keiichiro Moriya, Kiyoko Shibuya, Maiko Okada
Cast: Wasabi Mizuta, Megumi Ohara, Yumi Kakazu, Subaru Kimura, Yoshiko Kamei, Satoshi Tsumabuki
Siapa bilang Stand by Me Doraemon itu film terakhirnya Doraemon? Siapa?! Siapa?!! Then, you just got punk'd by the promotion people =p. Nggak mungkinlah Doraemon tamat, dia akan tetap Doraemon dan Nobita akan tetap kelas 4 SD, that's just the way things work in that world. Sama seperti Barbie bentuknya ya kayak gitu-gitu aja sejak tahun 1950-an. Doraemon akan selalu dihidupkan dengan peralatan ajaib yang baru (untuk versi animasi TV) dan petualangan-petualangan baru (kalau untuk versi animasi bioskop). Stand by Me Doraemon ini bukanlah film untuk menuntaskan franchise Doraemon. Film ini lebih kepada memunculkan kembali memori kita tentang Doraemon yang sudah mendarah daging selama sekian dekade, baik bagi anak-anak maupun anak-anak yang kini sudah dewasa.
Kalau mau dipersingkat, Stand by Me Doraemon adalah gabungan beberapa kisah asli Doraemon yang dipresentasikan dalam format baru, dan juga angle yang sedikit berbeda. Bukan reboot juga. Film ini kembali pada awal perjumpaan Doraemon dengan Nobita, masuk ke keseharian yang berbeda dari biasanya berkat alat-alat canggih dari abad ke-22. Sampai pada akhirnya pada satu titik bahwa tugas Doraemon sudah selesai dan harus kembali ke abad ke-22. Kalau rajin mengikuti Doraemon, pasti sudah tahu semua cerita yang ada di film ini. Ya, bahkan cerita perpisahan itu *eh*.
Yang gw bilang berbeda tentu saja adalah format animasinya yang ditampilkan CGI 3D. Yang menangani film ini memang bukan studio animasi Doraemon biasanya. Dari dua nama sutradaranya, gw mengenal Takashi Yamazaki. Dia mungkin salah satu nama terdepan di perfilman Jepang dalam bidang film pop. Yang pop ya, bukan yang nyeni-nyeni. Dulu sempet ragu sama ide bahwa Doraemon mau dibikin CGI, tapi melihat nama Yamazaki gw jadi agak lega. Gw kenal namanya lewat film adaptasi komik, ALWAYS: Sunset on the Third Street, yang menggabungkan drama keluarga multiplot yang menyentuh dan jenaka dengan visual effects yang luar biasa niat. Jadi, setidaknya gw yakin dia bakal nampilin gambar dan penuturan yang oke. (Doi juga bikin film blockbuster Jepang macam Space Battleship Yamato dan The Eternal Zero dan emang orangnya visual effects banget sih)
Untungnya, itu terbukti. Malahan di atas ekspektasi gw. Gambarnya keren banget, clean dan smooth. Tidak seluwes animasi Hollywood memang, tetapi tidak sekaku anime Jepang biasa. Malah bagus, film ini nggak sekadar meniru animasi negara lain, tetapi meng-enchanced gaya mereka sendiri yang sudah lama ada. Cara film ini mempresentasikan gaya khas anime (dan beberapa ekspresi khas komik Doraemon, contohnya bibir monyong-monyong dan pupil mata yang berubah-ubah) dalam bentuk CGI 3D keren banget deh. Ditambah lagi gambar-gambar cerah dan juga beberapa adegan "pamer teknik" seperti beberapa adegan no-cut (mesin waktu dan baling-baling bambu) yang exciting, bikin seneng banget dilihatnya. Intinya, walaupun Jepang belum terkenal sebagai penghasil film animasi CGI, Stand by Me Doraemon membuktikan bahwa mereka udah bisa bikin film kelas dunia. Attention to details-nya juara, penataan sequence-nya ciamik, dan sound-nya oke banget.
Gw juga melihat bahwa film ini secara benar menarik benang merah dari kisah Doraemon yang selama ini sudah gw (dan banyak dari kita) serap dari komik dan serial animenya. Apalagi kalau bukan kecenderungan (dan kekhawatiran) bahwa Nobita akan terlalu ketergantungan dengan keberadaan Doraemon. Tapi namanya sebuah cerita panjang, tentu yang (biasanya) dibutuhkan adalah seorang tokoh utama yang mengalami perubahan. Benar, Nobita itu total loser, tetapi keberadaan Doraemon mengubahnya. Bukan secara instan lewat alat-alat canggihnya--karena sebagian besar itu justru membawa sial--tetapi membuatnya untuk at least tahu bahwa ia sebenarnya mampu untuk tidak terus-terusan jadi orang males-dodol-cengeng-terzolimi. Kalau pun perubahan itu tidak segera berefek--yah namanya juga masih anak SD--film ini pun kembali pada nilai yang lebih universal, yaitu Doraemon bukan sekadar "alat bantuan", tetapi sahabat Nobita. Oh, satu lagi, bahwa tujuan hidup Nobita adalah cuma untuk menikah sama Shizuka, haha.
Intinya, Stand by Me Doraemon ini treat the source material with justice, ditambah presentasi yang keren dan unsur melankolisme. Cuman, selain polesan itu, tidak ada yang baru dari film ini. Mungkin kelemahan terbesar film ini adalah kita udah tahu ceritanya. Tapi,, film ini memang seperti tidak berusaha untuk mengubah atau menambahkannya. Bahkan, sepertinya memang sengaja banget film ini dibuat sedemikian rupa agar benar-benar connect hanya sama yang udah ikrib banget sama Doraemon dan dunianya. Jadi, film ini langsung skip aja bagian Doraemon bisa blend-in dengan lingkungan tanpa ada yang merasa dia adalah sebuah anomali. Penanaman kebersamaan Nobita dan Doraemon pun kayaknya terlalu singkat, sehingga in the end saat mereka sadar mereka harus berpisah, efeknya nggak semengharukan itu.
Film ini juga menampilkan homage dari ciri khas komik dan animenya. Seperti mama Nobita yang sering jadi "korban" alat-alat ajaib Doraemon tanpa tahu apa-apa, Giant yang suaranya ancur pas nyanyi dan ternyata cuma takut sama ibunya (satu-satunya yang manggil Giant dengan nama aslinya, Takeshi. That's priceless =)), dan, tentu saja, Shizuka lagi mandi *it's a Japanese thing, long story*. Berdasarkan pengalaman gw nonton kemarin, adegan-adegan ini menimbulkan keriuhan, ya karena yang nonton jadi nostalgia. Tapi, kalau yang nonton awam banget, mungkin nggak akan paham spesialnya adegan-adegan ini.
Tetapi, sekali lagi, pengenalan akan Doraemon dkk yang menahun bahkan berdekade lewat berbagai media punya andil besar dalam membuat film ini bisa dinikmati lebih dari sekedar gambar bagus dan ekspresi-ekspresi lucu tokohnya. Gw pribadi cukup enjoy dengan presentasi dan kemasan filmnya (the 3D version is very recommended), musik dari Naoki Sato asik, lagu temanya dari Hata Motohiro (tentu saja) sangat keren, dan penghormatannya terhadap nilai-nilai dan materi asli Doraemon patut diacungi jempol. Mungkin gw sebagai penonton Indonesia keganggu sama gaya voice actor Jepang di sini ternyata sangat annoying di kuping (ibu Nurhasanah tetap juaranya suara Doraemon), dan secara utuh ceritanya sih kurang memuaskan. Namun, Stand by Me Doraemon tetap sebuah cara yang asyik untuk bernostalgia bersama....Do-ra-e-mo-emm....
My score: 7/10
NB: Adegan "dibuang sayang" di end credit-nya lucu =)).
Komentar
Posting Komentar