Hello Goodbye
(2012 - Falcon Pictures)
Written & Directed by Titien Wattimena
Produced by Frederica
Cast: Atiqah Hasiholan, Rio Dewanto, Kenes Andari, Sapto Soetarjo, Verdi Solaiman, Khiva Iskak, Eru
Akhir-akhir ini cukup sering film Indonesia yang mengambil gambar di luar negeri (untungnya gak semua harus menaruh label "syuting 100% asli di negara anu" =_=), dan juga akhir-akhir ini kebudayaan pop Korea menjamur luar biasa di kalangan masyarakat kita. Gabungkan kedua hal ini dan jadilah sebuah romansa dua orang Indonesia di negeri orang, Hello Goodbye. Awalnya film ini terkesan memanfaatkan momen banget dengan berbagai gimmick, mulai dari syuting di Busan (kalo ejaan lama: Pusan), Korea, dibintangi pasangan yang emang pacaran betulan di dunia nyata, sampe melibatkan seorang artis Korea bernama Eru serta menggunakan salah satu lagunya yang populer untuk melengkapi film ini. Namun tidak sepenuhnya begitu, karena debut penyutradaraan penulis naskah Titien Wattimena ini bukanlah karya yang asal jadi dan asal pengen laku.
Siapa bilang kerja di luar negeri enak? Mungkin itu yang ada di pikiran Indah (Atiqah Hasiholan), seorang staf di kantor Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Busan. Tidak terlalu jelas kerjaan sehari-harinya, Indah lebih sering menemani jalan-jalan dan belanja tamu/ibu-ibu dari tanah air. Yang jelas Indah tampak tidak nyaman, apalagi menikmati pekerjaan dan kehidupan yang baginya membosankan itu. Hingga pada suatu ketika atasannya (Sapto Soetarjo) menugaskan dia untuk mengurus seorang ABK WNI yang diturunkan dari kapalnya di pelabuhan Busan karena mengalami serangan jantung, Abi (Rio Dewanto). Pertemuan mereka awalnya begitu "dramatis" dengan ketidakcocokan sikap Indah yang kaku dengan sikap Abi yang juga tidak menyenangkan karena stres nggak bisa ngapa-ngapain selama dirawat di rumah sakit, belum lagi staf rumah sakit dan dirinya tidak saling mengerti bahasa masing-masing. Aneh memang, sama-sama orang Indonesia, baru ketemu di negeri orang, tapi udah berselisih paham begitu sengit. Namun akhirnya ketegangan mereka mereda, lama kelamaan mereka semakin akrab bahkan menjurus ke asmara. Hal yang mereka juga harus sadari adalah kebersamaan mereka hanyalah sementara. Waaaaah, bakal ada yang mati nih?
Kidding =p. Let's just say gw suka dengan bagaimana Titien Wattimena dan timnya menangani kisah yang sebenarnya sudah cukup sering diceritakan dalam film-film sejenis. Awalnya memang tampak klise, benci jadi cinta, tetapi film ini bisa menjelaskannya dengan cukup fair bahwa apa yang terjadi bukannya tak beralasan. Khususnya pada awal pertemuan Indah dan Abi yang kesannya "kok gitu amat", tapi menurut gw, tokoh anak kecil tamu dari Indonesia yang bilang "mbaknya galak" tentang Indah cukup menjelaskan itu. Kebosanan dan ketidakbergairahan hidup Indah dimanifestasikan dalam sikap yang kaku dan sama sekali tidak ramah (serius, Indah mungkin LO paling nggak ramah yang pernah gw lihat, hehe). Hadapkan watak Indah dengan Abi yang sulit diajak kerjasama dan "sok jagoan" dengan tidak mau bikin keluarga di rumah khawatir, ya udah deh, brantem, brantem dah sana. Di luar itu, Hello Goodbye mengalir begitu lancar dan apik sebagai sebuah drama romansa, dengan rangkaian dialog yang cukup wajar, pengerucutan penceritaan dari sudut pandang Indah saja, inklusi unsur-unsur daerah setempat yang nggak maksa, penekanan timeline yang jelas, everything seemed alright and believable. Meski dengan pakem kisah cinta yang demikian, naskahnya ditulis cukup cermat menghindari serba kebetulan, sehingga Hello Goodbye tidak terjebak kebasian, tanpa mengabaikan kesan sweet. Dan satu poin plus lagi, ini film drama cinta yang cukup jejek tanah, bahwa persoalan di dunia ini bukan cuma cinta-cintaan, ia juga ada dimensi "jati diri" yang disisipkan dengan baik.
Selain kisahnya subtle dan manis, kelengkapan teknis film ini juga menambah kenikmatan menontonnya. Tata adegan, sinematografi, tata suara, editing hingga artistik-nya benar-benar menunjukkan film ini digarap serius. Enak deh ditontonnya. Yah, mungkin tata musiknya yang menurut gw agak basi, yang selalu muncul di peralihan adegan, tapi nggak semengganggu itu sih. Para aktornya pun diperlengkapi dengan baik, mulai dari bahasa hingga kebiasaan sehari-hari, khususnya Indah dan rekan-rekan KJRI-nya, sehingga terkesan mereka sudah cukup lama tinggal di sana tanpa canggung lagi. Untuk akting, gw perlu me-mention secara khusus Atiqah Hasiholan yang menurut gw tampil prima dan dapat menerjemahkan karakter Indah dengan tanpa cela. Ini mungkin penampilannya yang terbaik dari yang gw lihat sejak The Mirror Never Lies, gestur dan sikap tubuhnya itu lho nggak dibikin-bikin, cakep lah. Oh, dan bagi yang penasaran bagaimana Atiqah dan Rio Dewanto kalo berantem kayak apa, film ini mungkin bisa memberi gambaran, natural banget, man =D.
Sebenarnya ada beberapa momen gw merasa film ini agak terlalu stretched, agak ngelama-lamain, atau juga yang nggak penting (misalnya penampilan tak signifikan dari si %$# *sinyal ilang*), atau apa fungsi dari banyak dan panjangnya adegan Kenes Andari mesam-mesem, tetapi untungnya tidak ada yang benar-benar keluar jalur. Hello Goodbye memanfaatkan berbagai gimmick yang dipunya dengan cukup baik, entah itu melihat pemandangan, suasana dan penduduk kota Busan dan sekitarnya (kecuali interior rumah sakit dan apartemen, yang bisa dibikin di mana saja *hehe*), kehidupan orang Indonesia di sana, atmosfer melodrama mendayu-dayu ala sinetron Korea tapi tidak over, dan juga keserasian dua aktor utamanya. Apakah film ini cukup kuat meraih hati penonton secara emosional mungkin masih perlu diuji lagi, namun yang pasti Hello Goodbye adalah drama cinta yang digarap mumpuni dan tidak setengah-setengah, yang kayaknya sih bakal appealing ke banyak orang,
My score: 7,5/10
Komentar
Posting Komentar