Year-End Note: My Top 10 Albums of 2019

I wonder apakah mendengarkan album musik masih menjadi kebiasaan umum di zaman ini. Penjualan CD fisik yang makin jarang, sementara streaming/download bisa memudahkan pendengar menentukan playlist menurut selera masing-masing. Gw sendiri maunya menganggap mendengarkan album adalah waktu khusus gw menyaksikan seorang artis menunjukkan "diri", dengan materi dan urutan lagu sesuai yang dimaksudkan artis tersebut, benar-benar waktu untuk "mendengarkan", tinggal nanti perkara gw merasa enjoy atau tidak. Ya harus gw akui juga gw termasuk jarang memberi waktu untuk mencari dan mendengarkan lebih banyak album di tahun 2019, sehingga yang gw taruh di senarai kali ini bisa jadi nggak necessarily "favorit" gw, tetapi yang sedikitnya gw bisa nikmati dari track awal hingga track akhir.






My Top 10 Albums of 2019





10. Marion - Marion Jola


Udah biasalah ya kalau ajang Indonesian Idol juaranya tidak selalu yang paling melejit kariernya di musik. Ini terbukti lagi dengan hadirnya Marion Jola, juara keenam di angkatannya, meluncur tidak hanya sebagai sekadar penyanyi rekaman yang lagunya beredar di mana-mana (mungkin melebihi rekan-rekan kontestan yang lain), tetapi juga sebagai seorang penyanyi yang punya karakter. Suara renyahnya berhasil ditangkap oleh para produser yang kemudian disajikan dalam musik urban-pop yang ternyata klop banget. Itu makin terbukti dari album debut Marion ini, yang tidak hanya berisi deretan lagu-lagu catchy, tetapi menyuratkan benang merah yang jelas dari segi sound, bukan sekadar "yang penting punya album".






9. Weezer (Teal Album) - Weezer


Cukup dua alasan menempatkan album lagu-lagu cover ini di senarai gw. Pertama, pilihan lagunya (kebanyakan dari 1980-1990an) apik dan sesekali nggak terduga akan dipilih oleh band rock/power pop seperti mereka (TLC's "No Scrubs" anyone?). Dan kedua, mereka nggak kecentilan berusaha meng-alter lagu-lagu yang mereka cover, malah bisa dibilang notasi dan gayanya hampir persis dengan lagu-lagu aslinya, hanya beda pada instrumen yang dipakai. Apa adanya banget, tapi jadi terdengar sincere dan bikin seneng dengernya.






8. III - The Lumineers


Lagu-lagu The Lumineers memang biasanya berisi cerita, tetapi khusus di album ketiga ini mereka benar-benar bikin sebuah plot yang diceritakan lewat 10 track. Mengenai ceritanya apa, untungnya dibantu oleh visualisasi video musik yang sepuluh-sepuluhnya sudah ada di YouTube, yang pasti agak tragis dan dark gitulah. Bagi gw The Lumineers sukses dalam menciptakan mood setiap fase yang ingin diceritakan, dari yang manis sampai yang angsty, sehingga mendengarkan lagu ini bukan cuma nyari track mana yang bisa jadi favorit, tetapi layak dijadikan "experience" secara utuh.






7. Pikiran dan Perjalanan - Barasuara


Barasuara dengan musik rock puitis dan eksperimentalnya memukau gw di album pertama mereka Taifun (2015). Gw cukup sadar bahwa akan sulit mem-follow up album yang punya ragam dan komposisi dahsyat itu. Ya bener sih, impresi gw terhadap album kedua mereka ini nggak sekuat yang sebelumnya. Tetapi, enaknya Barasuara adalah pasti ada something new dalam tiap track mereka, baik dari bunyi maupun lirik, sekalipun tidak se-distinct album pertama. Dan, entah karena sugesti judul atau bagaimana, mendengarkan album ini secara utuh tetap sebuah pengalaman yang asyik, terutama saat lagi dalam perjalanan, hehehe.






6. Hometown - ASIAN KUNG-FU GENERATION


Waktu awal-awal gw kenal AKG, mereka kerap dibandingin sama Weezer. Semesta ternyata lucu banget, berhubung vokalis Weezer, Rivers Cuomo menikah dengan orang Jepang dan membuatnya sering interaksi dengan musisi lokal, akhirnya sampailah pada tahun 2018 Cuomo ciptain lagu bareng AKG *mindblown*, total ada 2 track di album ini. Terlepas dari itu, Hometown mengalunkan sisi AKG yang tidak terlalu eksperimental, tetapi juga tidak serba distrosi. Tercermin juga sih mereka agak makin kalem sekaligus di sini menekankan pada melodi, which is definitely not a bad thing.






5. re.gen.er.ate - Endah N Rhesa


It has been a while, duo akustik suami istri ini kembali melepas sebuah album orisinal berlirik bahasa Inggris sebagaimana tiga album pertama mereka pada kurun 2005-2015. Jelas mereka tak melulu hanya berinstrumen gitar akustik dan bass, di sini mereka juga menambah bantuan beberapa bunyi lain walau tetap berkonsep minimalis. Buat gw, album ini lebih terasa lebih kuat vibe positifnya, bikin senyum-senyum dan bikin nyaman. Bisa jadi karena di sini lebih banyak lagu yang berirama pop, bahkan ada R&B-nya juga, walau jejak folk dan blues-nya masih ada.






4. Traveler - Official HIGE DANdism


Gw gembira akhirnya bisa menemukan artis J-Pop baru yang bisa gw nikmati lebih dari satu-dua lagu. Sejak single "Stand By You" yang gw suka banget tahun lalu, band piano-pop ini meluncurkan serangkaian single yang konsisten dengan musiknya yang uplifting, lalu album ini makin menunjukkan amunisi yang sangat asyik dari mereka: 14 track yang mencakup unsur dance, R&B, soul, groove dengan rasa J-Pop. Keseluruhan album yang begitu mudah dinikmati secara utuh dan berulang-ulang.






3. Romansa ke Masa Depan - Glenn Fredly


Kita mungkin nggak teralu sadar bahwa nyaris satu dekade Glenn nggak bikin album solo orisinal, dan selama itu pula rakyat Indonesia agak stuck sama hits-nya yang lampau. Hadirnya album ini, gw yakin mengatakan, bisa menambah daftar hit itu. Keseluruhan album ini tepat seperti Glenn yang dikenal dulu: musik pop-urban yang ber-layer, vokal mumpuni, nada-nada yang mudah nyeplak di ingatan, lirik-lirik cinta yang sederhana tapi nyelekit, ada juga lirik-lirik bertema keresahan sosial. Namun, Glenn bisa menata yang familier itu menjadi terdengar segar dan baru, belum lagi dimasukkan juga warna hiphop dan country (!) bersama beberapa artis tamu yang bikin album ini makin seru.






2. Taller - Jamie Cullum


Perhatian gw terhadap Cullum agak terputus beberapa tahun, sampai akhirnya gw mencoba lagi mendengarkan album terbarunya ini. And oh boy, Cullum belum berubah, dalam artian  memberanikan diri menerabas batas-batas yang mengotakkan dirinya sebagai "artis jazz". Kali ini benang merah di album Taller (judulnya kemungkinan sebuah in-joke karena masnya kerap dianggap pendek =)) yang gw tangkap adalah Cullum membuat album bernuansa soul, R&B, blues, hingga hiphop, tapi dengan karakter khas dirinya. Tetap diselingi beberapa tembang minimalis diiringi permainan pianonya, album yang semuanya orisinal ditulis (dan juga co-written) oleh Cullum sendiri ini jelas satu lagi karya Cullum yang sangat enjoyable.











1. LEXICON - Isyana Sarasvati

Satu hal yang gw masih heran adalah Sony Music Indonesia yang dulu gw anggap bersifat sangat "major label" banget, mengizinkan seorang Isyana membuat album seperti ini. LEXICON jelas-jelas bukan album pop, bahkan kalau boleh disebutkan, ini adalah album opera/classical/crossover--Isyana memang ada latar belakang musik klasik, yang amat langka dibuat oleh artis-artis kita. And she actually made a great one. Musik-musik yang sudah dikumpul di bank musikalitas Isyana seakan ditumpahkan di delapan track orisinal miliknya dalam album yang terkonsep cermat dan dramatis: ada yang minimalis, yang full orchestra, hingga yang metal (!). Lagu-lagunya sendiri masih memiliki nada yang bisa diterima para pendengar pop, lirik-lirik puitisnya juga nggak terlalu puzzling, namun akan terasa sekali bahwa eksplorasi yang dilakukan kali ini membuat Isyana terdengar lebih lepas dan leluasa, bahwa bakat besarnya tidak lagi ditahan-tahan. Brava!




Komentar