Year-End Note: My Top 10 Albums of 2015


Ini seperti gejala tahunan yang gw alami, di pertengahan tahun gw jadi gelisah karena baru menemukan sedikit album musik yang gw favoritkan, dan takutnya gak bisa bikin top 10. Tapi ya sepertinya artis-artis dan album-album yang bagus malah rilis rame-rame di triwulan terakhir 2015, dan akhirnya terpenuhilah senarai ini, fiuh. Berikut ini adalah 10 album musik 2015 yang paling gw nikmati sepanjang tahun, gw udah putar berulang kali dan teruji secara klinis masih asyik di bermacam situasi (di walkman, di mobil, di kamar dsb), and here we go.






10. 風味堂6 (FUMIDO 6)
風味堂 (FUMIDO)

Kadang kita (atau gw doang mungkin) akan jengah kalau musisi favorit kita gayanya gitu-gitu aja, pengennya ada refreshment setelah sekian lama. Tapi anehnya gw nggak protes ketika trio pop rock jazz Jepang yang instrumennya cuma piano-bas-drum ini masih sama di albumnya yang keenam. Mungkin karena mereka belum ada tandingannya, sehingga apa pun karya mereka, asalkan lagu-lagunya masih asyik, cara bermain musiknya juga masih kece, dan energinya masih terpancar kuat, gw tetap menikmati. 






9. Smoke + Mirrors
Imagine Dragons

Band rock Amerika ini mulai mengerucutkan warna musik yang hendak mereka tampilkan di albumnya yang kedua. Masih membawa gabungan rock dan folk dan segala yang khas Amerika, di sini mereka juga mengambil jalur industrial *or so I think it is called* dengan beberapa sound dari efek elektronik dan distorsi yang menambah bobot (dan sedikit keganjilan) lagu-lagunya. Nggak sesemarak album debutnya, tapi masih menyenangkan.





8. Wonder Future
ASIAN KUNG-FU GENERATION

Band rock alternatif Jepang ini belakangan memang mood-mood-an. Di satu sisi mereka ingin mencoba advance dengan eksperimen sound dan gaya permainan yang baru sebagaimana album mereka sebelum ini, Landmark (2012). Di sisi lain, mereka juga nggak mau meninggalkan gaya mereka yang lebih loose dan just play, seperti yang pernah mereka bikin di rilisan awal-awal mereka, atau album konsep Surf Bungaku Kamakura (2008). Wonder Future itu jenis yang disebut belakangan. Mainkan lagi distorsi, mainkan lagi instrumen tanpa manuver berlebihan, mainkan lagi semua yang bisa dinikmati secara sederhana. Wonder Future yang konon sebagian besar direkam di studio punyanya Foo Fighters di Los Angeles ini pun jadi album yang gitu juga, menyenangkan dan asyik aja didengar sebagaimana mereka asyik juga mainnya.






7. TOKYO
I Don't Like Mondays.

Band ini mungkin jawaban Jepang untuk Fun yang actually memang menyenangkan. Album debut mereka ini seperti ingin mengupayakan segala cara agar pendengarnya bergoyang, mulai dari unsur disko 70's, Motown soul, funk, rock kontemporer, sampai elektropop kayak boyband-girlband Korea *hahaha, but seriously*. Sebuah konsep yang berisiko tetapi terbukti bisa menghasilkan sebuah album yang menyenangkan, apalagi hampir setiap lagunya punya melodi asyik dan catchy, tentu saja jika mengabaikan beberapa line bahasa Inggris yang kayaknya pilihan katanya itu-itu aja, hehe.






6. Dari Kita untuk Semua
The Banery

Ini agak cheating karena albumnya udah beredar secara digital di bulan Oktober 2014, tapi baru rilis fisiknya Desember 2014, jadi ya gw anggep aja masuk di tahun ini =D. It's been a while setelah band pop yang kental nuansa The Beatles ini merilis album sejak 2009—yang juga masuk di top 10 gw tahun itu, dan sekarang mereka juga ada perubahan karena nggak pakai kibordis lagi. Tapi, lewat album ini gw kembali merasakan keriaan dan kecerahan dari musik mereka, pop rock yang sound-nya lawas tapi masih asyik didengar track demi track. Bisa dibilang album ini memuaskan kekangenan gw yang suka sama album pertamanya, dan lebih nikmat karena segala sesuatu di album ini lebih rapi dan solid.





5. Cahaya dari Timur: Beta Maluku (Soundtrack)
various artists

Cahaya dari Timur: Beta Maluku sepertinya memang ditakdirkan untuk berprestasi di bidang apa pun. Awal tahun ini akhirnya soundtrack film ini dirilis barengan sama DVD-nya, dan seperti filmnya yang merupakan salah satu yang terbaik dalam beberapa tahun ini, album soundtrack-nya pun gw pikir adalah salah satu terbaik yang pernah ada. Album ini menampung hampir semua jenis talenta musik dari Maluku, dari yang sangat tradisional sampai yang modern, dari artis yang unknown sampai yang seterkenal Glenn Fredly—atau untuk kasus lagu "Maluku Maju" kayak semua artis berdarah Maluku of all generations =D. Bahkan saat didengar album ini bisa bikin efek mata berkaca-kaca seperti halnya saat nonton filmnya. That's powerful.





4. Explore!
Isyana Sarasvati

Isyana (atau tim manajemennya) melakukan hal yang tepat sebagai seorang artis yang clasically trained yang mau terjun ke musik pop: bikin musik yang bagus *maaf ya koko Delon*. Vokal bundar Isyana ternyata hanya satu sisi, karena terbukti dari album debut-nya ini, Isyana juga punya kepekaan soal musik yang ingin dia persembahkan dan bisa mudah diterima banyak orang. Tidak berkutat pada pop mellow, tidak juga ngos-ngosan di lagu-lagu yang up-beat (bahkan way up beat). Vokal Isyana ternyata fleksibel juga untuk menyesuaikan diri dengan semua jenis lagu, tanpa menanggalkan modal cara bernyanyi yang baik dan benar. Dan, pada akhirnya, bukan cuma suara dan cara nyanyinya yang diingat, tapi lebih ke karya musiknya yang jatuhnya jadi pop ringan yang nggak murahan, dari ballad yang hanya ditemani piano, sampai yang urban dance. Album yang mengalir variatif dan tak sedikit pun terasa monoton ini buktinya.





3. Taifun
Barasuara

Band yang berkonsep seperti Barasuara biasanya bukan termasuk yang mudah gw nikmati, karena terkesan terlalu "nyeni". Tapi, album ini membuktikam Barasuara memang beda. Iya, musik mereka memang nyeni, dan lagu-lagunya lebih seperti musikalisasi puisi yang lirik-liriknya juga sampe sekarang belum gw pahami betul. Namun, Barasuara punya semangat pop dan rock yang membuat mereka nggak sekadar "nyeni", tapi juga mudah dinikmati. Gw mendengar ada unsur modern rock awal dekade 2000-an, tapi ada juga funk hingga etnik. Aransemennya yang di luar standar mainstream ditata sangat presisi, sekaligus terpancar emosi dari permainannya yang sangat energetic. Nyeni nggak selalu berarti aneh.





2. 25
Adele

Tanpa gimmick macam-macam, Adele hadir sebagaimana adanya dirinya. Deretan lagu dengan lirik-lirik yang terdengar seperti ungkapan biasa tapi mendalam, diiringi musik yang agak soul, folk, dan acoustic rock vintage, yang aransemennya nggak terlalu elaborate, tapi mampu menunjukkan ketebalan kualitasnya. Kali ini Adele nggak terlalu galau, tapi satu hal yang pasti, kekuatannya sebagai seorang musisi tetap menonjol. Beberapa lagu bahkan hanya terdiri dari satu atau dua instrumen mengiringi suara Adele, seperti mengamini bahwa suara Adele worth a whole orchestra. Sebuah album yang sangat solid, layak untuk laku banget, dan mengukuhkan Adele sebagai tak hanya penyanyi bersuara hebat, tetapi punya musik yang hebat juga.









1. Seluas Harapan
Endah N Rhesa

Selalu ada perasaan sukacita ketika kita udah invested sama satu atau sekelompok artis cukup lama, terus mereka membuat sesuatu yang sudah lama kita nantikan dan ternyata hasilnya lebih bagus dari yang kita bayangkan. Itulah Endah N Rhesa dan album terbarunya ini. Selama ini lagu-lagu mereka yang acoustic blues-pop-rock dibuat dalam bahasa Inggris di tiga album sebelumnya. Kini, mereka mengumpulkan lagu-lagu berbahasa Indonesia yang pernah mereka buat—separuhnya adalah soundtrack film-film Indonesia—dalam satu album yang padu dan mantap didengar. Musiknya masih khas mereka, tapi yang agak beyond expectation adalah mereka juga jago bikin lirik yang puitik-komunikatif dalam bahasa Indonesia, which IMHO is a bit better than their English lyrics. Satu-satunya komplain yang gw punya untuk album ini adalah terlalu singkat dengan 9 lagu doang, tapi itu juga bikin gw want for more.



Komentar