Jupiter Ascending
(2015 - Warner Bros.)
Written & Directed by The Wachowskis
Produced by Andy Wachowski, Lana Wachowski, Grant Hill
Cast: Mila Kunis, Channing Tatum, Eddie Redmayne, Douglas Booth, Sean Bean, Tuppence Middleton, Maria Doyle Kennedy, Gugu Mbatha-Raw, Nikki Amuka-Bird, Doona Bae, David Ajala, Kick Gurry, James D'Arcy, Jeremy Swift
It's something new and it's from The Wachowskis duo. Gimana nggak excited? Tapi excited-nya gw juga tetap dengan kewaspadaan. Dari lima film yang mereka yang udah gw tonton (Trilogi The Matrix, Speed Racer, Cloud Atlas), ada kecenderungan bahwa film-film mereka itu "harus" ngejlimet dalam bercerita sehingga sulit untuk dinikmati secara total. Walaupun, semuanya terbayar dengan cara mereka menampilkan tata visual dan adegan laga yang pasti keren. Karena itu, gw cukup surprised bahwa Jupiter Ascending adalah karya The Wachowskis yang paling nggak ribet. Film ini bagaikan dongeng ringan dengan berbagai aksesori mewah sana-sini, tidak ada metafora filosofi bla-bla-bla yang terlalu fancy, hanya sebuah cerita action adventure yang sedap dipandang. But, I like it.
Sedikit sinopsis ya. Jupiter Jones (Mila Kunis) adalah wanita biasa yang hidup struggling sebagai seorang imigran ilegal di AS, dengan kerja jadi tukang bersih-bersih di rumah-rumah. Tetapi, yang dia nggak tahu adalah jati dirinya begitu penting di jagad raya, bahwa ia adalah "perulangan" dari seorang ratu yang telah meninggal dari keluarga antariksa, Abrasax. Jupiter pun ditetapkan sebagai penerus tahta dan kekuasaan ratu tersebut. Cuma, ketiga anak ratu tidak semuanya sependapat, sehingga dengan tujuan masing-masing mereka ingin sabotase Jupiter. Menghadapi semua ini, Jupiter didampingi oleh seorang tentara dengan gen separuh gen serigala, Caine (Channing Tatum). Apakah Jupiter kemudian berhasil memperoleh (atau menerima?) tahta itu atau tidak, that's kinda the point of the film.
Bisa dibilang Jupiter Ascending sedikit melebihi harapan gw, atau mungkin lebih tepatnya masih di bawah kekhawatiran gw terhadap karya The Wachowskis. Ya itu tadi, gw sih nggak menyangka bahwa The Wachowskis yang bikin otak panas sembari menyajikan visual gila di The Matrix bisa-bisanya nyomot pakem cerita princess-princess-an, telenovela, sampe Shakespearean (ini sotoy aja sih gw biar kesannya gw berwawasan luas =p) yang bener-bener light, dan dikemas dalam dunia layaknya Star Wars, Star Trek, dan sejenisnya--sebutannya space opera. I mean, ternyata mereka bisa juga nyantai.
Bukti tambahannya lagi adalah film ini adalah yang paling humoris dari film-film Wachowskis, baik dari situasi maupun dialog-dialognya. Imagine that, The Wachowskis bikin film dengan unsur komedi yang intentional (bukan bikin ketawa pasrah kayak Speed Racer =p). Itu dan tentu saja adegan-adegan laga yang intens dan cool yang jadi keahlian Wachowskis, bagaikan menyatakan, bahwa mereka tidak ingin penontonnya thinking too hard dalam menonton film ini seperti yang terjadi di karya-karya mereka yang lain. So why should we?
Tapi dibilang ringan-ringan banget juga nggak sih. Wachowskis belum terlalu melepaskan kecenderungan mereka menempatkan berbagai lapisan dalam ceritanya. Rancangan dunia di Jupiter Ascending ini terbilang menarik, karena bukan soal alien atau magis, tetapi sejauh mana teknologi bisa mempengaruhi manusia, baik dari cara hidup maupun cara pandangnya. Diceritakan, saking canggihnya pengetahuan manusia yang menguasai semesta seperti keluarga Abrasax, mereka bisa "membudidayakan" manusia bikinan di planet lain, serta mengendalikannya bagai ternak, tanpa disadari oleh si ternak sendiri. Ketika para pemburu kesulitan mencari Jupiter di bumi, gw juga menangkap bahwa itu seperti kita punya ternak ayam kemudian harus mencari satu individu ayam dengan ciri spesifik.
Ada yang bilang ini seperti sindiran kapitalisme, ada juga yang bilang ini semacam pengulangan dari The Matrix (emang agak gitu sih). Tapi gw rasa justru ada poin lebih dari ide ini, bahwa mungkin sejauh itulah manusia bisa memanfaatkan manusia lain yang dianggap lebih nggak bernilai demi keuntungan diri sendiri. Atau apalah.
Balik lagi, buat gw Jupiter Ascending adalah sebuah tontonan harmless yang menghibur, baik dari penataan adegan maupun rancangan visual yang luar biasa. As in luarrr biasa. Ide gravity boots dan adegan kejar-kejaran di langit Chicago itu breathtaking sekali buat gw. Adegan upacara kawin-kawinan itu juga gokil, detil hiruk pikuk planet Orous, dan setiap desain makeup-nya bikin geleng-geleng. Yang paling bikin "nggak terima" adalah betapa visual effects-nya benar-benar tampak effortless sekalipun gw tahu itu bikinnya pasti rumit. Cakep bener deh nggak bohong.
Well, bukan berarti film ini tanpa gangguan sih. Gw punya sedikit masalah untuk memahami kode etik dan hukum yang dianut para makhluk "khayangan" sehingga ada yang namanya "royalty" dan juga "polisi" dan sebagainya. Mungkin karena kurang waktu atau gimana, semuanya diceritakan sambil lalu aja, jadi sekali nonton gw nggak bisa nangkep (pas kedua kali nonton agak mending sih). Tapi mungkin yang paling fatal adalah bagaimana dibangunnya romansa Jupiter dan Caine yang benar-benar lemah. Jatuh cinta karena si cowok menyelamatkan si cewek dari ancaman, deuh Twilight banget sih. Gw mencoba positip tingking bahwa itu disengaja untuk menguatkan kesan "klise" agar filmnya jadi agak ringan, tapi sayangnya itu diterjemahkan juga secara lemah oleh Kunis dan Tatum yang menurut gw pairing-nya maksa.
Tapi, yaaaaah *nada tinggi* tetap aja, gw nggak bisa memungkiri gw sungguh menikmati film ini. Down to it's ridiculousness in some points, hehe. Paling nggak, film ini sukses memamerkan skalanya yang besar lewat audio visualnya, konsepnya nggak sulit dimengerti, dan, lagi-lagi, adegan action-nya yang menggelegar. Salah satu film yang kembali mengingatkan kenapa gw butuh nonton film di layar besar bioskop.
My score: 7,5/10
Komentar
Posting Komentar