Rise of the Guardians
(2012 - DreamWorks Animation/Paramount)
Directed by Peter Ramsey
Screenplay by David Lindsay-Abaire
Based on the book "The Guardians of Childhood" by William Joyce
and the short film The Man in the Moon by William Joyce
Produced by Christina Steinberg, Nancy Bernstein
Cast: Chris Pine, Alec Baldwin, Jude Law, Hugh Jackman, Isla Fisher, Dakota Goyo
Meski mengesankan diri sebagai bangsa rasional dan scientific, nyatanya bangsa Eropa-Amerika atau secara dikotomi orientalis *uhuk*keselek* biasa kita sebut "orang Barat" tak juga lepas dari mitos-mitos, terutama yang mereka tanamkan pada anak-anak. Mitos-mitos ini dipakai biasanya agar lebih mudah mengajar anak-anak untuk bertingkah lebih baik. Di Indonesia, mitos bule yang paling dikenal mungkin tentang Sinterklas (dari bahasa Belanda) atau Santa Claus (versi Coca-Cola), yang konon secara diam-diam memberi kado pada anak-anak berkelakuan baik di malam Natal. Rupanya masih banyak tokoh mitos lain budaya sana yang tidak terlalu populer di kita, yakni Easter Bunny/Kelinci Paskah yang menyembunyikan telur-telur untuk ditemukan anak-anak pada perayaan Paskah (biar mereka cari sendiri, nggak nanya sama orang tua dimana letak telur-telurnya, meski tentu saja sebenarnya orang tua itulah yang menyembunyikannya), Peri Gigi yang menukar gigi susu yang copot dengan duit, Sandman yang memberikan mimpi indah di kala tidur, peri es Jack Frost yang menimbulkan bunga es di kaca jendela dan..err..di mana-mana, serta Boogeyman yang bersembunyi di bawah ranjang dan akan mencelakai anak-anak bila mereka bertingkah nakal.
Ilustrator/pengarang buku/filmmaker William Joyce membuat keajaiban tokoh-tokoh mitos ini menjadi lebih semarak dengan menggabungkan mereka semua dalam satu cerita, Rise of the Guardians, yang kini diangkat ke dalam film animasi panjang oleh DreamWorks. Yang selama ini dipercayai sebagai pemberi upah bagi anak-anak ternyata juga pasukan pelindung anak-anak, The Guardians. Yang biasa kita kenal sebagai Sinterklas sekarang dipanggil North (Alec Baldwin), si Kelinci Paskah punya nama E. Aster Bunnymund (Hugh Jackman), Peri Gigi namanya Tooth (Isla Fisher), dan Sandman dipanggil akrab sebagai Sandy (yang nggak bisa ngomong). Mereka kini menghadapi masalah dengan bangkitnya Pitch a.k.a. Boogeyman (Jude Law) dan bertujuan menghancurkan kepercayaan dan harapan anak-anak, untuk kemudian menimbulkan ketakutan dan keputusasaan. The Guardians kemudian mendapatkan perintah dari "bos" yang dipanggil Man in the Moon untuk merekrut satu orang pelindung lagi, Jack Frost (Chris Pine) demi mencegah ulah Pitch. Jack Frost yang "muda" dan bimbang ini tidak begitu saja mau gabung di Guardians, namun keadaan mendesaknya untuk melawan Pitch dan membela anak-anak dunia.
Film Rise of the Guardians mungkin terdengar seperti khusus disajikan bagi anak-anak, namun sebenarnya banyak pula nilai-nilai yang bisa dinikmati orang dewasa. Film ini lebih menitikberatkan pada Jack Frost yang mengalami semacam krisis berkepanjangan, karena ia merasa tidak menemukan makna dan tujuan dari diciptakan dan ditunjuknya dia sebagaimana adanya sekarang—bisa bikin es dan salju dengan tongkat, bisa terbang bersama angin, tetapi nggak bisa dilihat oleh seorang pun manusia (beda dengan North dkk yang harus sembunyi-sembunyi biar nggak kelihatan oleh manusia). Ia tetap memberikan keceriaan musim salju, namanya pun kerap disebut sebagai "kiasan", tetapi tak seorang pun yang megakui keberadaannya, atau bahkan sekadar menggambarkan sosoknya seperti apa. Kasian ye. Jadi tak hanya sekadar film fantasi petualangan yang dipenuhi adegan-adegan seru, Rise of the Guardians juga menampilkan sisi humanis lewat tema pencarian jati diri melalui tokoh Jack Frost. Beruntung, bagian ini dimanfaatkan dengan baik dalam plot sehingga Rise of the Guardians punya intrik yang cukup menarik dan nggak gampangan, serta cukup emosional.
Namun, patut disayangkan sebenarnya, dengan potensi cerita yang mumpuni itu, Rise of The Guardians tampak "panik" dalam menyelesaikan kisahnya, terutama di third-act/klimaks yang bisa dibilang not intense enough dalam laju yang cepat itu. Tapi itu nggak terlalu masalah, selama kecanggihan dan keindahan visual disajikan dengan spektakuler di layar. Perpaduan warna dan efek visualnya terlihat padu dan nyaman dipandang, gerakan animasinya halus (terutama di bagian mata), ditambah lagi tata suara yang yahud dan iringan musik yang bermelodi indah. Salah satu adegan favorit gw adalah ketika Jack Frost membekukan pasir hitam Pitch di udara, keren sangat. Desain karakter maupun ruangnya pun tidak biasa-biasa. Kapan lagi kita bisa melihat Sinterklas seperti North yang bertato dan lebih mirip prajurit Mongol, atau Kelinci Paskah yang bersenjatakan bumerang. Gw sendiri paling suka karakterisasi Sandy yang senantiasa membawa suasana ceria, dan kemampuan yang dimilikinya untuk mengendalikan debu mimpi berwarna keemasan pun sangat exciting. Gw juga sangat tertarik dengan desain istana Peri Gigi yang mewah, dan markas gelap Pitch yang kompleks. Adanya nama Guillermo del Toro dalam jajaran produser eksekutif mungkin memengaruhi keindahan unik desainnya...eh ada juga nama sinematografer Roger Deakins sebagai konsultan visual, wah good job lah pokoknya.
Rise of the Guardians adalah sajian menarik yang begitu menghibur dengan segala kelengkapan teknis audio visual, humor yang oke, serta jalan cerita yang dinamis, sedinamis adegan-adegan terbang dan berlari yang cukup banyak ditampilkan di sini. Lajunya yang terbilang cepat mungkin membuatnya jadi kurang deep secara emosional, namun setidaknya nilai-nilai hiburan tak kacangan yang dihadirkan sanggup membuat gw tetap terjaga untuk mengikuti film ini hingga akhir. Dan setidaknya pula, amanah agar semua orang berani melawan ketakutan dengan harapan dan sukacita disampaikan dengan cukup jelas. Sebuah representasi keheranan (wonder) yang indah dan juga seru.
My score: 7,5/10
The oscar goes to..Rise of The Guardians :))
BalasHapus