Prometheus
(2012 - 20th Century Fox)
Directed by Ridley Scott
Written by Jon Spaihts, Damon Lindelof
Produced by Ridley Scott, Tony Scott, David Giler, Walter Hill
Cast: Noomi Rapace, Michael Fassbender, Charlize Theron, Logan Marshall-Green, Idris Elba, Guy Pearce, Sean Harris, Rafe Spall, Kate Dickie, Emun Elliott, Benedict Wong
Prometheus adalah proyek yang manipulatif secara pemasaran. Pas diumumkan rencana pembuatannya, katanya ini prekuel film horor ruang angkasa 1979, Alien (karya Ridley Scott juga). Tapi ternyata tidak pernah dikonfirmasi dari yang punya film bahwa ini prekuel atau sekuel atau buat ulang (remake) atau mulai-ulang (reboot) atau puter-mati (spin-off =P), ataupun sama sekali ada hubungannya dengan seri Alien. Intinya mereka mau bilang "nonton aja sendiri nanti biar tau. oke terima kasih ya (meninggalkan ruang konferensi pers)". Prett lah. Anyway untuk lebih jelasnya: yes, ini ada hubungannya dengan Alien. Hubungan seperti apa? Entahlah, gw sendiri gak pernah nonton seri Alien, maklum nggak suka horor (ngeri dan jijik liat aliennya yang grotesque dan berlendir-lendir cincau itu, hii *bergelinjanggeli*), tapi bagi yang udah nonton seri Alien pasti kenal sama beberapa bentuk benda-benda, ruang, dan makhluk-makhluk yang ada. Gw sendiri akan membahas Prometheus tanpa mengaitkannya dengan Alien, karena tanpa terkait Alien pun film ini sudah lebih dari cukup untuk berdiri sendiri.
Nama Prometheus diambil dari mitologi Yunani, seorang titan (makhluk immortal yang bukan dewa) yang tersohor karena mencuri api dari dewa Zeus dan memberikannya pada manusia sekaligus memulai peradaban, lalu ia dihukum dengan dirantai dalam sebuah batu karang, dan setiap hari seekor elang akan nyosor memakan hatinya, berulang kali untuk selama-lamanya. Prometheus adalah simbol tindakan ingin menyamai kuasa ilahi yang kemudian menerima "upah"-nya. Jadi apabila dalam film ini kapal ekspedisi luar angkasanya diberi nama Prometheus yang kemudian jadi judul filmnya, kita mungkin akan bisa meraba apa yang bakalan terjadi. Tahun 2090-an, perusahaan Weyland pimpinan Peter Weyland (Guy Pearce) men-sponsori sebuah ekspedisi luar angkasa berdasarkan temuan sepasang doktor, Elizabeth Shaw (Noomi Rapace) dan Charlie Holloway (Logan Marshall-Green), bahwa dalam banyak gambar-gambar peradaban kuno terdapat gambar susunan rasi bintang yang persis sama, padahal peradaban-peradaban tersebut secara historis dan etnologis tidak saling berhubungan. Setelah diteliti, dalam susunan rasi bintnag itu terdapat bintang yang menyerupai matahari, ada sebuah planet yang memiliki sebuah satelit/bulan, dan satelit/bulan itu disinyalir dapat menopang kehidupan makhluk hidup. Mungkin bila datang ke sana, kali ini mereka dapat menemukan jawaban di balik rahasia asal muasal keberadaan bumi dan manusia. Ya, di satelit itu mereka menemukan sebuah struktur yang jelas tidak alami (karena bentuknya lurus), namun bukannya menemukan jawaban, di sana malah muncul lebih banyak pertanyaan...dan kematian...*efektawaneneklampir*.
Sama seperti para tokoh di dalamnya, penonton juga dibiarkan tidak mendapat jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dari 120-an menit film Prometheus ini. Seriously, you won't get any. Dari "what is this" sampe "what happened" cuma diberi hint lalu musti kita interpretasi sendiri. Mengapa? Karena begitulah hidup. Dibalik setiap jawaban pasti ada pertanyaan lagi, apalagi pertanyaan semendasar "dari mana asal kita" yang jawabannya di muka bumi ini saja bervariasi tergantung siapa yang jawab. Segampang itukah kita akhirnya menemukan jawaban, semisal dalam semesta film Prometheus ini, bahwa pencipta kita ternyata makhluk luar angkasa nun jauh di sana? Kalau memang bener terus mau ngapain? Di sinilah letak keistimewaan Prometheus. Di luar visualisasi cantik nan mencekam serta hadirnya nuansa horor didukung efek-efek visual mumpuni, Prometheus mungkin terasa film yang "nggak selesai" karena kurangnya jawaban yang diberikan, namun yang lebih kentara dari film ini adalah caranya yang incredible dalam mewakili umat manusia ketika mencari jawaban itu.
Gw awali dari Shaw dan Holloway, sepasang ilmuwan yang menjalin kasih tetapi memiliki prinsip agak berbeda. Holloway adalah tipe "mata kepala", semua hal pasti ada penjelasannya, jadi ketika mereka menemukan mayat makhluk asing yang konon menciptakan manusia, ya udah lepaskan segala yang tadinya hanya "dipercaya", yuk pulang. Sedangkan Shaw, kayaknya pernah ikut kelas filsafat nih, terus bertanya meski sudah ada buktinya, semisal kalau manusia berasal dari makhluk asing, makhluk asing ini berasal dari siapa? Lalu ada Meredith Vickers (Charlize Theron) yang mewakili Weyland, yang begitu mementingkan kelancaran dan keselamatan misi sampai tampak begitu dingin dan kurang manusiawi, ia tidak ambil pusing tentang penelitian dan "kepercayaan" Shaw-Holloway, ia hanya peduli menjaga propertinya dan dirinya sendiri. Yang unik datang dari tokoh manusia buatan (istilahnya 'android', mungkin udah seri "giant 5-level rainbow wedding cake" ini =P) bernama David (Michael Fassbender), yang paling tahan banting karena dia bukan manusia betulan. Gw melihat penempatan David ini seperti refleksi tentang manusia juga, ia diciptakan untuk membantu manusia tanpa harus dikendalikan. Meski tidak punya keinginan, ia tetap punya rasa penasaran sebagai syarat untuk self-learning (tanpa diajari), dan kadang kepenasaranan itu berbahaya dan kelewatan, tak terkecuali "mencobai" kaum penciptanya, tapi ya mau gimana dia kan nggak punya hati nurani jadi rasa bersalah pun tidak ada.
Kenapa dari tadi gw nggak ngebahas soal alien-nya? Apa itu makhluk-makhluk yang tersimpan di ruang-ruang gelap yang mencelakakan para ekspeditor kita? Untuk saat ini, buat gw itu nggak sepenting makna simbolis dari plot dan karakter yang ditawarkan film ini. That's what makes a good movie, bisa bercerita dengan berbagai alat bernama teknik perfilman, namun bisa pula menggugah manusia yang menontonnya. Lumayan daring tapi Ridley Scott menyampaikannya dengan diplomatis dan nggak menghakimi atau berpihak pada satu pandangan. Dalam Prometheus, ia meletakkan berbagai macam manusia dalam sebuah set-up fiksi ilmiah yang solid sambil kayak nonjokin satu-satu dan bilang "mampus nggak ada yang bener loe semua". Inti dari gambaran ini adalah, dan gw pun setuju, alam semesta yang sekarang ini aja jauh lebih besar daripada jangkauan pikiran kita, sebesar apapun usaha dan pengorbanan yang kita lakukan demi mendapat jawaban rahasia alam semesta tidak akan pernah cukup, not even close. Jadi, nggak apa-apa kalau diteruskan, asal jangan sombong #PesanMoral.
Prometheus tampaknya berhasil sebagai film yang bukan cuma numpang merek yang udah terkenal (Alien), adegan-adegan menegangkan (aih, serem ih uler-ulerannya, atau yang gerak-gerak di dalem mata =p), beberapa aksi seru, aktor-aktor oke, atau rancang dan tata gambar yang keren dalam 3-Dimensi, melainkan juga mengundang perenungan dan refleksi terhadap diri kita sendiri. Walaupun masih timbul banyak pertanyaan-pertanyaan "kecil" macam "untuk apa manusia diciptakan", "kenapa manusia mau dimusnahkan" serta "apa yang terjadi sehingga nggak jadi dimusnahkan", terus "yang di awal film itu di Bumi bukan sih" yang hanya bisa dijawab di sekuel (atau tidak, hehe), gw tetap merasa puas sama film ini. Nggak "lengkap" tetapi cukup untuk saat ini. Btw, gw suka hint bernada "diplomatis" tentang penciptaan yang terungkap di film ini, yaitu persamaan manusia dengan si makhluk asing, yang paralel dengan kaum andorid (David) yang dibuat mirip manusia. "Menurut gambar dan rupa penciptanya", kayak pernah denger deh =)).
My score: 8/10
"Menurut gambar dan rupa penciptanya"
BalasHapusHmmm, sounds familiar, tapi mank begitulah yang sebenar-nya terjadi... Haha...
@MRPBlog: itu dari Alkitab =D *dispoilerin*
BalasHapuswah... mau nonton juga ah..
BalasHapus@Hem's Zone: monggo banget ditonton =)
BalasHapusManusia diciptakan oleh alien mengingatkan saya pada hipotesa Erich Von Daniken, dalam bukunya Chariots of Gods. Ia menulis bahwa manusia "bisa jadi" diciptakan oleh alien, dengan beberapa pendekatan mengenai kehidupan di masa lampau (piramida, peradaban maju di masa lalu, prasasti, dan lain-lain.) Bila ternyata hal tersebut terbukti benar secara ilmu pengetahuan, rada menakutkan juga ya? Berarti keyakinan saya selama ini salah #jujur.
BalasHapusSetuju sekali, bahwa semesta adalah misteri yang terlalu besar bagi manusia. Sampai sekarang saya masih bingung, kalau semesta mengembang seperti balon, berarti ada ruang yang lebih besar yang mampu menampungnya, bukan? Berarti ada misteri yang jauuuuh lebih besar dari semesta itu sendiri. Atau ...? Eh, udah kelewat oot, pamit dulu =D.
Tapi tetap penasaran sama filmnya =(.
@Rafael: kalau nggak salah Ridley Scott dkk memang mendasarkan Prometheus pada ide "manusia mungkin diciptakan alien" itu. Tapi bagusnya adalah, Scott nggak langsung "memanjakan" penonton dengan membenarkan atau membantah teori tersebut, ada kesan bahwa kita manusia nggak sepenuhnya benar tetapi nggak sepenuhnya salah juga. Wah pokoknya filmnya emang menimbulkan banyak pertanyaan dan interpretasi, walau demikian anehnya saya tetap merasa puas. Silahkan coba ditonton bila sudah mampir di kota Anda =))
BalasHapusGue suka banget film ini. Walau banyak orang di sekitar gue gak suka. Film ini menegangkan buat gue. Apalagi adegan pas Elizabeth Shaw ngebelek perut buat ngeluarin bayi alien seru banget.
BalasHapus@Febie: wah iya, adegan itu lumayan bikin ngilu. setuju juga, yang bikin gw puas sama filmnya adalah ketegangannya yang terjaga sangat baik =))
BalasHapusIya, manusia diciptakan alien tuh jadi ingetin gw ke filmnya Knowing yang di mana alien jemput sepasang anak manusia untuk dijadikan Adam dan Hawa selanjutnya sementara bumi yang kita tinggali skrg diancurkan.
BalasHapusCukup masuk akal sih kalo dipandang dari sisi sains (agama dikesampingkan dulu ye) :p
hehe, bisa juga. yg di Knowing juga belum tentu alien loh, tergantung interpretasi =)
Hapus