There Will Be Blood
(2007 - Miramax/Paramount Vantage)
Written for the Screen and Directed by Paul Thomas Anderson
Based on the novel "Oil!" by Upton Sinclair
Produced by JoAnne Sellar, Paul Thomas Anderson, Daniel Lupi
Cast: Daniel Day-Lewis, Paul Dano, Kevin J. O'Connor, CiarĂ¡n Hinds, Dillon Freasier
There Will Be Blood adalah salah satu film yang gw anggap bagus tapi gw gak terlalu yakin bagusnya dimana, bahkan gw nggak yakin film ini soal apa sebenarnya ^_^;. Film ini jelas bukan tipe menyenangkan, kekaguman akan betapa baiknya film ini digarap secara audio visual selalu terganggu oleh ketidaknyamanan akan gelapnya tema dan nuansa yang dibawa...dan kesulitan gw untuk mencerna adegan2 sunyi dan panjang yang kerap ditampilkan. In short, not really my kind of movie. Having said that, There Will Be Blood—yang memenangkan sepasang piala Oscar untuk sinematografi dan aktor utama terbaik Daniel Day-Lewis tahun 2008—ternyata masih memberikan kesan buat gw walau hanya dengan kapasitas gw yang seorang penonton biasa, mungkin kecil dan tidak menyeluruh, namun tetap menarik dan cukup mengusik gw, akan coba gw papar di sini.
Dalam There Will Be Blood ceritanya ada seorang pengusaha minyak bumi Amerika di akhir abad ke-19—ketika tambang minyak bumi lagi booming di sana. Namanya Daniel Plainview (Daniel Day-Lewis), dia ahli dalam mengebor—minyak, bukan goyang =P—dan jago dalam tawar menawar mulai dari sewa tanah galian hingga perjanjian distribusi. Sudah berbagai titik yang dia gali dan sudah sukses lah walau masih berupa perusahaan kecil, kini dia sedang memperluas cakupannya hingga tinggal tunggu waktu saja kemakmuran menghampirinya. Film ini tentang dia, bagaimana dia memulai segalanya dari nol, berjuang benar2 seorang diri sebagai penambang emas dan perak, hingga in the end menjadi kaya raya. Namun panggung film ini berfokus pada proyeknya di sebuah desa bernama Little Boston di California. Ada apa di memangnya di sana? Tebakan gw, proyeknya yang ini yang paling iritating dan berpengaruh besar dalam hidupnya.
Coba kita lihat yang kasat mata dulu. Proyek ini datang kepada Daniel dengan cukup menarik, seorang pemuda bernama Paul Sunday (Paul Dano) memberitahukan bahwa di kampung halamannya, Little Boston, terutama tanah milik keluarganya, mengandung minyak dan tanahnya bisa disewa murah. Tak butuh waktu lama Daniel menyewa hampir seluruh tanah yang ada di sana dan memulai proyeknya. Namun beberapa peristiwa krusial terjadi selama proyek berlangsung. Malam pertama sudah ada korban tewas kecelakaan saat penggalian. Ketika titik minyak sudah bisa disedot, putra angkat Daniel, H.W. (Dillon Freasier) celaka dan kehilangan pendengarannya. Lalu ujug2 datang seorang pria bernama Henry (Kevin J. O'Connor) yang mengaku sebagai saudara sebapaknya, serta peristiwa Daniel yang dibaptis di gereja lokal, bukan oleh alasan iman, melainkan atas permintaan seorang tuan tanah demi izin melintas saluran pipa minyak. Tetapi, tak ada yang lebih krusial daripada "permusuhan"nya dengan Eli Sunday (Paul Dano juga), saudara kembar Paul Sunday yang memimpin—dan kemungkinan juga merintis—gereja lokal karismatik itu. Bagi gw peristiwa2 itu tidak tersambung sebagai plot, tetapi lebih menguatkan tentang siapa sosok Daniel itu.
Tanpa pake jalan pintas berupa narasi, film ini menunjukkan siapa Daniel lewat adegan2, lewat segala reaksi atas peristiwa2 yang ditampilkan detil. Gw kemudian menangkap, Daniel ini orang yang gigih, perpendirian kuat bahkan terlalu kuat. Ia bukan sekadar ingin kaya dan makmur, tetapi tahu betul cara mencapainya. Ia memulai segalanya dari bawah sendirian, dan itu sepertinya yang membuatnya menjadi sosok yang tidak percaya pada orang lain, dan tidak akan membiarkan siapa pun menghalangi, apalagi sampai ngatur-ngatur apapun yang dia inginkan—apa yang dia capai karena usahanya sendiri, orang lain tau apa. Di lain pihak, gw juga melihat sisi Daniel yang sebenarnya butuh untuk mempercayai orang lain, butuh untuk mengasihi. Ia tidak sekedar menggunakan kepolosan wajah bocah lelaki 8 tahun demi menggolkan proyek sebagaimana dinyatakan seorang pesaingnya, namun ia juga pingin agar H.W. menjadi penerus dirinya, seseorang yang "dibentuk" agar tidak merubuhkan apa yang dia bangun—I mean, mengurus anak dari bayi sampe 8 tahun tuh butuh perhatian khusus lho, yet he took care H.W. by himself. Ia juga sebenarnya senang bisa punya orang yang punya ikatan keluarga (Henry) yang mendukungnya. Akan tetapi, kala kebutuhan interpersonal itu berbenturan dengan prinsip keakuannya yang lebih kuat, Daniel yang tadinya bukan orang yang baik, malah berubah jadi orang yang makin nggak baik. Ketulian H.W. jelas memecah konsentrasinya, dan jati diri Henry hanya berujung kekecewaan. Pada akhirnya, Daniel menjadi orang tidak hanya terdorong oleh keserakahan belaka, tetapi justru lebih banyak oleh kekecewaan demi kekecewaan yang datang tanpa henti.
Di luar itu, satu bagian paling menonjol dari film ini adalah rivalitas tak terkatakan Daniel dan Eli, yang juga digunakan sebagai klimaks cerita. Bisa jadi dalam anggapan Daniel, Eli adalah oknum paling kurang ajar sepanjang karirnya mengeruk minyak dari perut bumi. Kalau gw perhatikan, Daniel dan Eli seakan sedang dalam posisi setara: Daniel sedang memperluas pengaruhnya dalam bidang perminyakan, Eli juga berkeinginan memperluas pengaruhnya melalui pengembangan gereja Third Revelation yang dibangunnya. Misi mereka sama, hanya berbeda bidang, walaupun ternyata harus berbenturan di perkara pengeboran minyak Little Boston. Daniel tersulut untuk "mem-bully" Eli, bukan karena gerah pada persinggungan harta duniawi vs rohani, tapi lebih personal: Eli berani2nya tell-him-what-to-do (minta ada acara pemberkatan di peresmian pengeboran hari pertama—yang ternyata diabaikan Daniel, bilang bahwa kecelakaan2 yang ada karena proyek Daniel tidak diberkati Eli, dsb), because you don't tell Daniel Plainview what to do, people *hiy seyem*. Tapi mungkin juga rasa gemes Daniel disebabkan sinyal kesamaan ambisi dan dahaga power yang juga dimiliki Eli (menawar harga tinggi untuk tanahnya, minta namanya disebut untuk memberkati peresmian, juga meminta jalan utama menuju gereja, seakan nebeng tenar), terbukti, Eli tidak begitu saja terima atas perlakuan Daniel. Di akhir film pun ditunjukkan lagi kesamaan posisi mereka berdua: Daniel yang sudah punya rumah bak istana, dan Eli yang sudah terkenal berkat acara radionya, namun aura permusuhan itu belum pudar juga, bahkan meninggi. Ow, monggo saksikan pelampiasan kegemesan Daniel atas Eli yang tadinya berasa menang tapi di satu titik ketauan belangnya...
Panjang juga yah, hehe. Singkatnya sih, buat gw There Will Be Blood ini tentang seseorang yang teguh berjuang sampai tujuan, but, while in need for love, is driven by greed and disappoinments—yang dalam pertimbangan apapun bukanlah rumus yang baik untuk kesuksesan. Demikian pula sebagai konklusinya ditampilkan ironi ketika kesuksesan berbanding terbalik dengan ketenteraman jiwa. There Will Be Blood sepintas lalu akan terasa membosankan, paling hanya dipuji gambar2 dan pengadegannya yang kalem dan bersih, serta performa aktor yang mumpuni, terutama tentu saja Daniel Day-Lewis yang tampil perkasa dan dominan, hampir tak bisa dikenali, serta Paul Dano yang tak kalah hebat sebagai orang(-orang *ceritanya jamak, hehe*) yang sukses senantiasa mengundang curiga dibalik ke-letoy-annya, di luar itu yes, the film is long that at some points I wonder why in the world the editors didn't do something about it =P. Akan tetapi, There Will Be Blood bagaikan "mengebor" ingatan begitu dalam sehinggga sulit dilupakan, somehow. Tadinya gw menganggap film ini bisa jadi prekuel-nya Syriana yg bertema mirip, tentang manusia yang menghalalkan segala cara demi si minyak bumi (=duit), ternyata There Will Be Blood punya keistimewaan sendiri, keistimewaan yang agak ganjil, yang mengedepankan sisi gelap kemanusiaan akan keserakahan dari segi personal. Gw sih tidak terlalu gimana gitu sama cara film ini dipresentasikan, tetapi kepenasaranan bahwa gw harus dapet sesuatu dari film ini gak ilang2. Ini bukan film aneh, tapi yah, gitu deh, seakan terus menantang penonton untuk menggalinya lebih lagi dari berbagai aspek. Too striking to be abandoned. Ada yang mau milkshake? =D
My score: 8/10
Mas gw suka bangeet There Will Be Blood, nyaris tanpa cela.
BalasHapusEh mas coba rapiin lagi tulisannyaa jangan rata kiri biar enak ngebaca dari ponsel :D
@halomoan: hehe teknis ya, oke nanti saya coba utak atik lagi *agak2 nggak ngerti nih soalnya, hehehe =P*
BalasHapusbaru nonton di HBO, memang luar biasa nih film. Menggambarkan hubungan yang gelap/suram antara cita-cita,kehebatan, dan keserakahan yang melibatkan pribadi dan agama. Sangat relevan dan membongkar apa sebenarnya yang terjadi yang membuat dunia ini tidak pernah damai, walau ada agama. Bukan isu SARA ya. Tidak menyalahkan satu agama. Tetapi oknum didalamnya mungkin yang menyalahgunakan.
BalasHapus@anonim. Thanks for the comment.
BalasHapusJangan lupa juga, Daniel bagi saya adalah lambang penguasaan sumber alam hanya oleh segelintir orang. Keserakahan orang-orang seperti yang Daniel miliki ini punya andil kenapa kemajuan bangsa-bangsa tidak seimbang, atau sengaja tidak diseimbangkan, IMO.
film yang sangat membingungkan.....^_^
BalasHapusfilm yang luar biasa.. ga begitu paham di awal sampai tengah, tapi abis itu, ngeri ternyata isi ceritanya
BalasHapusSaya juga sampai sekarang masih gak ngerti film ini sebenarnya bercerita tentang apa, hahaha
BalasHapus