Another Year
(2010 - Focus Features/UK Film Council)
Written and Directed by Mike Leigh
Produced by Georgina Lowe
Cast: Jim Broadbent, Leslie Manville, Ruth Sheen, Oliver Maltman, Peter Wight, David Bradley, Martin Savage, Karina Fernandez, Imelda Staunton
Produced by Georgina Lowe
Cast: Jim Broadbent, Leslie Manville, Ruth Sheen, Oliver Maltman, Peter Wight, David Bradley, Martin Savage, Karina Fernandez, Imelda Staunton
Sebagai pembuka, gw harus memberanikan diri untuk bilang: I'm not going to pretend that I like this film, hehe. Yah, sebagai seorang awam yg amat jarang mengkonsumsi sinema yg menjurus ke art-house, Another Year memang langsung, sejak awal, bukan "film gw banget" lah istilahnya (nah trus yg "gw banget" tuh yg kayak apa? *mikir* *bingung* *ah sudahlah*). Udah diwanti-wanti sih, dari ulasan2 yg beredar, terutama dari blog2 tetangga, bahwa film ini memang bukan film drama seperti yg ada kebanyakan. Malah bisa dibilang ini film drama yang tanpa "drama", bahkan "cerita" nya pun kayak nggak ada. Nah lho.
Akan tetapi mungkin di situlah letak keistimewaan Another Year karya Mike Leigh ini. Film ini tidak bercerita, tapi "ngobrol" ngalor ngidul sehari-hari sekitar kehidupan pasangan yg lumayan lansia, Tom (Jim Broadbent) dan Gerri (Ruth Sheen) di London—yes, Tom and Gerri =D—dalam rentang satu tahun dan disekat oleh 4 segmen sesuai musim (semi, panas, gugur, dingin). Penonton hanya diajak untuk menilik dan mengamati secara dekat kehidupan sehari-hari Tom dan Gerri lewat interaksi dengan orang2 sekitarnya yg diwakili beberapa hari (2-3 hari) di setiap musimnya. "Sehari-hari" di sini dalam arti kata sesungguhnya, yang secara kasat mata tidak ada sama sekali peristiwa yg spesial. Tetapi ibarat berkunjung ke rumah orang lalu cerita2 banyak, baik soal diri sendiri ataupun ngomongin si itu dan si anu, "sehari-hari" yang tampak flat pun nyatanya tetap menyimpan "drama" bukan? Seperti itulah Another Year, dibalik obrolan dan kegiatan yg biasa2, sekecil dan setersembunyi apapun, ada "drama" yang tersirat.
Tom dan Gerri bisa jadi adalah model keluarga sakinah yang begitu mapan dan bersahaja, belum lagi mereka adalah orang2 yg baik dan hangat. Mereka rukun, kompak, dan bahagia luar dalam, serta sering berkebun bersama *aaww so sweet*. Di sekitar mereka ada si putra tunggal, Joe (Oliver Maltman) yang sudah mandiri sebagai pengacara di kota, lalu ada Mary (Leslie Manville) rekan kerja Gerri di rumah sakit yang kerap diundang pasangan ini ke rumah untuk sekedar makan dan cerita2. Anggaplah segmen pertama "spring" adalah perkenalan, penonton diperkenalkan pada Gerri, Tom, Joe, serta Mary yang akan muncul di semua segmen. Mungkin Mary adalah yg paling terlihat menonjol sepanjang film, dengan perilakunya yang ceriwis dan penampilan yang "niat" di usianya yg hampir setua Tom dan Gerri—tapi masih dalam tahap wajar, lebay2 normal lah *apaseh*. Dari banyaknya lontaran kata dari mulutnya—dan banyak maunya ^_^;, gampang terlihat si tante gemar minum ini menggunakan kecerewetannya sebagai bentuk penyangkalan atas hidupnya yg begitu2 saja di usia menuju senja (gw menganggap kemunculan tokoh Janet yg diperankan Imelda Staunton di awal juga mengisyaratkan ini), yang jauh dari citra sempurna keluarga kecil sejahtera milik Tom dan Gerri.
Sekali lagi, film ini bukan berisi "drama" yang seakan berusaha membenturkan karakter2 di dalamnya, malahan yang ada karakter2 di sini saling meredam. Tom dan Gerri juga Joe selalu siap sedia mendengarkan dan memberi saran pada Mary tanpa harus ragu menyatakan pendapat mereka yang sejujurnya, seperti udah biasa aja...but would it be remain the same within a year? Well, sudah kadung tau tentang Tom, Gerri, Mary, dan Joe, dan kemudian tau bahwa film ini "tanpa plot" hingga musim keempat, yang ada di benak gw adalah kekepoan a.k.a. usil pengen tau apakah yang akan berubah dalam setahun ini, terhadap orang2 ini. Bagaimana setelah Joe akhirnya punya pacar, dan bagaimana pula ketika kerabat dekat Tom ada yang meninggal dunia? Toh tetap saja sebenarnya ada drama2 kecil dalam kehidupan adem ayem Tom dan Gerri, hanya mereka menghadapinya dengan tidak meledak-ledak. Sekali lagi, kontras dengan Mary yang kehidupannya justru didramatisir oleh dirinya sendiri, entah dengan membeli mobil tua ataupun pake2 acara kesengsem sama Joe =D.
Another Year bagi gw adalah film tentang keseharian, keseharian yang nyata bahkan lebih nyata daripada acara realiti di televisi—yang dipaksa musti ada dramatisasi apapun bentuknya. Film ini pun keseluruhannya tampak biasa, dengan menampilkan kegiatan2 biasa, isi obrolan biasa, cara berbicara yg biasa, aktor2 bertampang biasa, pengambilan gambar pun biasa, tapi justru yang "tampak biasa" ini yg berkontribusi besar dalam memberi efek believable dan relatable pada setiap adegan yang muncul. Ini juga tentunya berkaitan dengan para aktornya yang luar biasa sekaligus bersahaja menghidupi peran mereka sealami dan seleluasa mungkin dengan menanggalkan jauh2 yang namanya dramatisasi. Gw seperti berada satu ruangan di sebuah rumah dengan mereka yang sedang berbicara, sit beauty a.k.a. duduk manis dan turut serta sebagai pendengar yang baik akan hal apapun yang mereka bicarakan (dasar kepo =P), merasakan simpati, kelucuan sekaligus kecanggungan situasinya, secara riil. Nah, saking alaminya, sebagaimana obrolan di dunia nyata kita, kedetilan, pelebaran topik serta lamanya pembicaraan jadi seakan "tak terkendali" (jadi inget gw waktu kecil ikut ortu bertamu ke rumah orang, meski jadi tau berbagai informasi yg seharusnya gw gak perlu tau, tapi panjang gelllaa ngobrolnya ampe nggak pulang2 dan itu teh udah diisi ulang =_="), dan gw tetap tak kuasa untuk "mempercepat" atau mempersempit arah pembicaraan, apalagi di segmen "winter" yang bernuansa sendu, wedeh, ngundang banget nih—ngundang ngantuk, hehe.
Singkatnya, apakah Another Year film yang bagus? Ya. Bukankah membosankan? Ya, memang. Dan, apakah saya suka? Emm...gimana yah..? ^_^;. Secara keseluruhan gw menangkap keistimewaan film ini yang gayanya agak berbeda dengan film2 yg pernah gw tonton, namun proses menontonnya butuh perjuangan dan ketahanan diri *halah*, dan tidak selalu gw menikmatinya, but at least film ini gak bikin kesal lah, lagian pembicaraan2nya menarik. Apalagi kayaknya gw menangkap salah satu hal menarik yg terkandung antara hubungan judul dan filmnya, bahwa rentang setahun di kisah film ini sebenarnya hanyalah satu tahun di antara tahun demi tahun kehidupan dari tokoh2 kita, namun jangka waktu yang sepele itu tetap saja membawa perubahan, baik perkembangan atau malah kemunduran. Bisa jadi kecil sekali sampai tidak dirasa, tetapi tidak insignifikan. Bukankah kehidupan kita juga demikian? *sok bijak dan interaktif =P*
Komentar
Posting Komentar