[Movie] The Hurt Locker (2009)



The Hurt Locker

(2009 - Summit)

Directed by Kathryn Bigelow

Written by Mark Boal

Produced by Kathryn Bigelow, Mark Boal, Greg Saphiro, Nicolas Chartier

Cast: Jeremy Renner, Anthony Mackie, Brian Geraghty, Christian Camargo, Evangeline Lilly, Guy Pearce, David Morse, Ralph Fiennes



Pertengahan tahun 2009 lalu The Hurt Locker tiba2 kucruk-kucruk eksis di layar bioskop jaringan 21. Tanpa promo, tanpa
buzz, dan filmnya sendiri nggak mengusung nama2 yg menjual (at least di negeri kita). Alhasil krn gw gak tau apa2 tentang film ini, gw skip lah. "Film dari mana niy?" pikir gw. Beberapa minggu kemudian, setelah hilang dari bioskop kita, film ini dirilis di Amerika (how 'bout that, di kita rilis duluan loch, itungannya minggu pula) dan mendapat sambutan serta pujian meriah dari para kritikus. Nggak hanya itu, musim piala2an di Amerika akhir tahun 2009 sampai sekarang termasuk Oscar, selalu dimeriahkan oleh The Hurt Locker. Rasa sesal pun menghampiri, kenapa gw dulu nggak nonton yah? (iya lah filmnya diem2 datengnya, salah gw? salah temen2 gw? T-T). Atas nama penasaran, gw pun berusaha untuk menonton The Hurt Locker ini. DVD bajakan bukan pilihan...masih jaman "beli" bajakan? hehehe. Nyari di Video Ezy pun belum masuk katanya (VCD/DVD originalnya udah dijual loch, tapi yaah..gitu deh, distributor nya nggak gw percaya mutunya). Ya sudah, pilihan terakhir, dengan rasa sesal dan malu, adalah...hihi I won't tell you.

The Hurt Locker bercerita tentang regu penjinak bom tentara Amerika yg bertugas di Baghdad, Irak. Di awal kita diperkenalkan pada regu ini yg hanya terdiri dari 3 orang: Seargant J.T. Sanborn (Anthony Mackie), Specialist Owen Eldridge (Brian Geraghty), dan
team leader Seargant Matt Thompson (Guy Pearce). Dalam tugas kali ini rupanya berbagai hal yg tak terduga terjadi sehingga merenggut nyawa Thompson ketika menjinakkan bom di jalanan pinggir rel kereta. Untuk menggantikan posisi team leader sekaligus teknisi ahli, maka Seargant William James (Jeremy Renner) ditugaskan selama sisa waktu rotasi tugas regu ini, 38 hari. Kalo nanya plotnya apa, ya itu dia. Serius. Selanjutnya adalah cerita hari2 3 orang ini menghadapi bahaya menjinakkan bom sampai rotasinya berakhir, bagaimana regu ini dalam masa penyesuaian pada awalnya hingga akhirnya kompak dan seterusnya.

Lalu menariknya dimana? Gw berani bilang bahwa film "perang" ini bukan soal perang , tapi soal orang (patriotisme? propaganda Amerika? perang melawan teroris? atau pesan anti-perang?
not even close). Film ini menunjukkan berbagai karakter (well, in this case, 3 orang) yg dipertemukan dalam medan perang yg, bagi banyak orang, mencekam. William James lah motor kisah ini. James bukanlah seorang tentara berperilaku kaku dan menjalankan tugas dengan iya-iya ajah, ia adalah orang yg cenderung slengean namun ramah. Kalau diperhatikan, ada perbedaan antara cara kerja, bahkan dari gerak-gerik antara Thompson dengan James. James kayak nggak kenal takut, jalan pake baju pelindung aja kayaknya menikmati sekali. Okelah dia memang ahli, bahkan ahli sekali menjinakkan bom, tapi lebih dari itu, dia mengerjakan tugasnya tanpa rasa takut bahkan seperti asik sendiri. James melewati satu bom dengan bom lainnya kayak karyawan berangkat dan pulang kantor, like just another routine, nyantai banget. Tangkepan gw, James menganggap medan perang seperti kantor, where he works, doing what he's best at and, above all, loves: menjinakkan bom. Semakin rumit komponen bomnya, ia semakin tertantang untuk memecahkannya. Sgt. Sanborn agak senewen melihat tingkah James. Sanborn adalah tipe orang yg lurus dan berat di logika, ia (ingin) menjalankan tugas sebagaimana seharusnya, sesuai protokol, dan yang penting, aman. Sanborn tak jarang gerah dengan gaya James yg kerap nggak memperhitungkan resiko dan mengabaikan protokol, walaupun pada akhirnya mereka sukses menjinakkan bom. Lalu yg paling kasian adalah Sgt. Eldridge, yg merupakan tipe orang yg nggak tau dia harus ngapain. Keliatan banget bahwa Eldridge--terutama dari dialog2nya yg suicidal--bukanlah orang yg "terbiasa" dengan perang, dan nyatanya menyimpan ketakutan terhadap perang yg mendalam meski berusaha menutupinya dengan "ini tugas negara" atau "mati di medan perang kan biasa toh". Namun selanjutnya, pada satu situasi mereka ada kontak senjata dengan sniper militan, ketiga orang ini pun anehnya bisa bersatu dan kompak. Namun kekompakan ini harus diuji lagi, ketika James menyadari bahwa pekerjaannya ini bukanlah pekerjaan ringan yg main2 (Ya iyalah, bom gitu loh! Liat adegan pertama gak sih!? ^_^;), dan ketika emosinya mulai terlibat hingga melakukan hal yg bukan ranahnya.

Gw butuh 2 kali nonton untuk memaknai maksud film ini. Mungkin berbeda bagi masing2 penonton, tapi menurut gw hal2 tersebut di atas lah yg gw tangkep. The Hurt Locker seperti studi karakter di tengah2 perang, terutama untuk Sgt. William James. Regu penjinak bom berbeda dengan regu2 lainnya, dan harusnya paling tahu apa yg namanya resiko--misalnya salah potong kabel lalu mati berkeping-keping (>.<), tapi James tidak pernah menganggap resiko itu harus ditakuti (digambarkan di adegan hari pertama James), ia malah menghadapinya. Gw suka dengan kalimat2 terakhir James di ending. James bukan
psycho, tapi menjinakkan bom adalah passionnya, seperti kata bapak Rene Suhardono (career coach yg siaran di Hard Rock FM Jakarta, fyi): it's what he enjoys the most.

Terus terang The Hurt Locker bukanlah film bertema perang yg "mudah dinikmati" kayak Saving Private Ryan atau Black Hawk Down. Nggak akan banyak tembak2an atau ledak2an (malah ledakan sangat nggak kita harapkan bukan?). Jangan juga berharap ada konflik dahsyat dengan klimaks yg heboh. Film ini sederhana sekali kelihatannya, apalagi cakupannya sangat kecil dan personal, tapi tampak sangat riil, hampir mirip dokumenter. Penceritaannya cukup berbeda, ditunjukkan hari per hari (yah nggak tiap hari juga sih) yg bisa menunjukkan "drama" para tokohnya, dan buat gw, cara ini sangat efektif, terasa dekat dan nyata. Gw juga salut dengan dialognya yg natural namun efektif *lho mengulang kata efektif* sebagai unjuk diri tokoh2nya, nggak lebay dan kayak nggak dibikin-bikin. Jadilah film ini berat ke drama, tapi bukan melodrama (kalo mau yg itu sih tonton Taegukgi ajah), sebuah drama yg bermakna dalam dan perlu waktu untuk dicerna (a.k.a. tanda2 film bagus ^o^), atau bisa juga berarti membosankan bagi sebagian orang, karena filmnya sendiri berjalan tanpa memanjakan penonton dengan mengungkapkan secara eksplisit film ini tentang apa, semua serba mengalir saja. Film ini ditutup dengan sempurna sekaligus menyimpulkan apa sebenernya yg selama 2 jam sebelumnya terjadi di layar. Cukup ironis memang satu2nya hal yg jadi keahlian sekaligus kesukaan Sgt. James hanya bisa dilakukan di tengah bahaya perang, hmm...


Walaupun bukan film perang yg mewah atau masuk kategori "menghibur", The Hurt Locker tidaklah lemah dari sisi penggarapan. Sinematografi dan editingnya tepat dan nggak bikin pusing,
soundnya cool, aktingnya luar biasa believable --terutama si Jeremy Renner yg nggak butuh waktu lama untuk mengundang simpati, everything seemed just right. Adegan2 dirajut rapih dan dipresentasikan dengan tidak berlebihan dan tidak kekurangan. Thrillnya oke, ledakan2 yg sedikit itu pun digarap canggih. Gw suka banget deh adegan pembukanya, keren. Salut buat Kathryn Bigelow, sutradara wanita yg sepertinya tidak mau terjebak pada kebiasaan bahwa wanita hanya bisa bikin film buat penonton wanita (ehem, "Mamma Mia!"?), beliau memang seorang filmmaker sejati, bahkan sanggup membuat film dengan gaya yg mungkin juga belum tentu sutradara2 pria kepikiran dan bisa lakukan. O ya, musik yg masuk nominasi Oscar tahun ini, walaupun bisik2, tapi bagus juga ternyata.

Sebagaimana gw sebut sebelumnya, gw suka dengan dialog2 Sgt. William James di ending, selain bahwa emang gw suka dengan eksekusi endingnya secara keseluruhan. Kalimat2nya sederhana tapi mengusik sekali. Waktu "ngobrol" sama anaknya yg masih bayi, James bilang "As you get older... some of the things you love might not seem so special anymore".
Excactly! James memantapkan diri bahwa jalan hidupnya adalah satu2nya yg ia cintai, yaitu bom. Aneh? Well, at least he found out what his passion is. Have you? (aku belum Y-Y).



my score:
8/10



NB: Seminggu setelah gw nulis review ini, ternyata 21/XXI menayangkan lagi The Hurt Locker, kemungkinan besar karena sekarang lebih banyak orang sudah denger buzz film ini terutama di berbagai ajang penghargaan daripada waktu aslinya beredar lebih dari 6 bulan yg lalu (sama dengan film Crash yg ditayang ulang setelah menang Oscar 2006). Brangkat lah gw nonton, 2 kali, ^_^; pengalaman nonton dengan sound bioskop memang nggak tertandingi. Tapi dalam versi bioskop di sini, gw menemukan beberapa adegan yg dihilangkan dari versi yg sebelumnya gw tonton: pertemuan pertama Sanborn dan James di barak, dialog "tank" Eldridge sebelum bom pertama tim mereka bareng James, dialog Eldridge sama Col. Cambridge di bengkel, dan malam setelah tembak2an di gurun. Entah dihilangkan dengan alasan apa dan oleh siapa--kemungkinan besar supaya durasinya jadi pas 120 menit (?), tapi untungnya buat gw sih nggak mengganggu cerita secara keseluruhan, tetep bagus, bahkan setelah ditonton ulang. Very good film!

Komentar

  1. Ga tau kenapa, tapi Hurt Locker menurut gua biasa aja. Walau demikian, gua mendukung film ini untuk jadi best picture di Oscar.

    BalasHapus
  2. @bang mupi: coba nonton di bioskop, bang, gw aja yg tadinya cuman sekedar respek jadinya suka gara2 nonton di bioskop ^_^, tapi peredarannya emang agak terbatas sih, maklum independen

    BalasHapus
  3. gua ga tau nih, karena selama ini, kalo memang filmnya jelek, mo nonton di bioskop atau tidak, tetap jelek. Begitupun kalo filmnya bagus. Gua ga bilang jelek, tapi ada yang kurang dengan film ini, menurut gua. cuma gua tidak bisa menjelaskannya. Adegan menjinakkan bom memang bagus. "komplikasi" masing-masing karakter ok. Terus film ini realistis banget, IMHO.

    BalasHapus
  4. @Bang Mupi
    Kalo menurut gw di bioskop suasananya dapet banget, pengaruh sound-nya mungkin.

    Gw punya satu adegan favorit: waktu tes bom di gurun, Sanborn bilang "fire in the hole!" trus bom meledak, si Will James dengan make iPod bunyi "woo....weee...woo" ^O^;

    BalasHapus

Posting Komentar