[Movie] The Princess and The Frog (2009)



The Princess and The Frog
(2009 - Walt Disney)

Directed by Ron Clements & Jon Musker

Story by Ron Clements, John Musker, Greg Erb, Jason Oremland

Screenplay by Ron Clements, Jon Musker, Rob Edwards

Produced by Peter Del Vecho

Cast: Anika Noni Rose, Bruno Campos, Keith David, Michael-Leon Wooley, Jennifer Cody, Jim Cummings, Terrence Howard, Oprah Winfrey, John Goodman



Nggak lama gw menonton ulang film animasi gambaran-tangan (terjemahan
hand-drawn animation, menurut Kamus Bahasa Indonesia-edisi saya) produksi Walt Disney terakhir yg berbentuk musikal--you know, yg tokoh2nya bernyanyi, yaitu Mulan yg aslinya dirilis 1998 (Tarzan ke sini udah gak gitu lagi bentuknya bukan? gw gak tau deh Home On The Range kayak gimana), baru2 ini gw nonton The Princess and The Frog yg kembali ke format itu, yg dirilis 11 tahun setelah Mulan. Disney akhirnya eling bahwa this is what they do best, setelah sebelumnya pertengahan tahun 2000-an ada orang tolol (CEO Disney, udah gak lagi siy kayaknya) yg memutuskan secara sepihak bahwa animasi tradisional (bukan animasi komputer 3 dimensi ala Pixar) udah ketinggalan zaman dan tidak menguntungkan lagi, sehingga departemen yg memproduksi film macam ini ditutup aja gitu, dengan produksi terakhir adalah Home On The Range di tahun 2004 yg emang rugi bandar. Untung aja dedengkot Pixar, John Lasseter, yg juga jadi salah satu petinggi Disney sekarang, masih punya hati dan otak untuk membuka kembali departemen animasi tradisional Disney. Entah gw baca dimana, tapi sempat Lasseter yg pecinta animasi format apapun ini mengeluarkan quote "hand-drawn animation had become a scapegoat for bad storyteling." Benar sekali, kalo sebuah film ceritanya jelek ya jelek aja, entah itu tradisional, 3D atau live action sekalipun. Buktinya Lilo & Stitch yg lahir di era maraknya 3D sukses tuh. Jadi pada akhirnya Disney menelurkan animasi tradisional pertama mereka setelah "kantor"nya buka lagi. Selain film yg "kembali-ke-asal": dongeng, putri, lagu2, magic; film ini juga jadi sejarah karena animasi Disney pertama yg menampilkan tokoh utama putri berkulit hitam.

Dibilang putri juga bukan sih. Jadi film bersetting di New Orleans, Amerika Serikat di era kelahiran musik jazz awal 1900-an ini terinspirasi dari dongeng Pangeran Kodok--seorang pangeran yg kena kutuk jadi kodok dan bisa kembali ke bentuk semula kalau dicium seorang putri yg mencintainya,
as simple as that. Tapi akan panjang sekali kalau gw menceritakan jalan cerita film ini dari awal, latar belakang cerita The Prince and The Frog sendiri agak kompleks. Tiana (Anika Noni Rose) adalah seorang pelayan di dua tempat siang dan malam untuk mengumpulkan uang agar bisa mewujudkan impian tak terwujud dari mendiang ayahnya (Terrence Howard): membuka restoran sendiri. Jadi, Tiana itu miskin dan pekerja keras,how realistic. Ia bersahabat dengan anak orang kaya nan manja, Lottie (Jennifer Cody) sejak kecil karena sang ibu Eudora (Oprah Winfrey) adalah penjahit langganan membuat gaun2 ala putri2an untuk Lottie. Suatu ketika dalam pesta Mardi Grass di rumah Lottie, karena satu dan lain hal, Tiana berpakaian ala putri dan bertemu dengan seekor kodok....yg bisa ngomong! Si kodok mengaku sebagai Pangeran Naveen (Bruno Campos) dari Maldonia, yg sedianya akan bertemu dan dijodohkan pada Lottie, tapi malangnya ia bertemu dengan penyihir sirik, Dr. Facilier (Keith David) dan mengubahnya jadi kodok. Iseng2 percaya sama dongeng pangeran kodok, Naveen minta Tiana menciumnya biar bisa jadi manusia lagi--fyi, si Naveen kira Tiana itu putri. Namun apa yg terjadi adalah...emm...yg tidak diharapkan *kalo gw kasih tau spoiler gak yah?* eh tapi di trailernya udah ketahuan, yaudah deh: malah Tiana ketularan jadi kodok! Selanjutnya mereka berdua pergi berpetualang bertemu dengan berbagai tokoh dengan tujuan utama "menyembuhkan" wujud mereka. Well, at least that's what they want.

Gw lumayan suka
twist dari dongeng pangeran kodok di sini, sehingga jalan ceritanya tidak terlalu mudah ditebak walaupun memakai formula animasi Disney yg klasik (happy ending love story dan lagi2 penjahatnya jahat karena jahat). Seperti yg gw bilang muatan yg dibawa film ini agak kompleks. Si "putri" kita Tiana akan gampang disukai bukan hanya elok rupa dan--di akhir kisah--beruntung, tapi karena dia independen dan dapat diandalkan yg dihasilkan dari pergumulan hidupnya yg jika direnungkan terasa amat riil (apalagi ia dari keluarga miskin...dan dari kulit berwarna, perlu diingat ini settingnya Amerika awal 1900-an). Latar belakang pangeran Naveen pun juga nggak terlalu konyol: pangeran hidupnya boros dan urakan sehingga orang tuanya a.k.a. raja+ratu Maldonia menyetop sama sekali suplai biaya hidupnya, maka dia datang ke New Orleans mencari anak wong sugih untuk dinikahi (yang akan saling menguntungkan, Naveen bakal kebagian duit, Lottie bakal dapet gelar putri sebagaimana impiannya sejak kecil). Untungnya bagian2 kompleks itu cukup subtle sehingga gak membuat film ini terlalu serius, maklum target utama film ini adalah anak2 dan remaja putri pastinya. Semua ditampilkan aman dengan warna2 dan tingkah polah setiap karakter yg akan mengundang minimal senyum simpul, apalagi dengan dialek yg lucu2. Tokoh2 yg berhasil membuat gw begitu adalah Naveen (dialog dan ekspresinya oke2 sekali), Louis si buaya peniup terompet, dan terutama Lottie, she's ridiculous in a fun, good way. ^O^'.

Dari segi visual, gambar2nya memang mengundang nostalgia pada era kejayaan animasi 2D Disney. Desain karakternya cukup bagus dan penggunaan warna2nya sangat ciamik. Gw suka bahwa film ini banyak menggunakan warna2 yg biasa digunakan dalam karya seni asal New Orleans/Cajun apalagi ada setting karnaval Mardi Grass, kayak lukisan2 di dinding Popeye's Chicken gitu loh. Ini paling keliatan di lagu "Almost There" yg dinyanyikan Tiana saat hampir berhasil mendapat tempat usaha. Tapi kalo dari segi animasi, kayaknya kelihatan lebih kasar jika dibandingkan film2 animasi Disney 90-an dan awal 2000-an, jangan2 gara2 terlalu lama absen di dunia animasi gambaran-tangan, keahlian para animator Disney jadi agak terkikis hohoho.

Sayangnya lagi, secara keseluruhan film ini kurang
memorable buat gw. Impactnya nggak seperti waktu gw nonton The Lion King, Mulan, Lilo & Stitch, bahkan Hercules, termasuk Aladdin dan The Little Mermaid yg notabene digarap oleh duo sutradara yg sama. Permainan moodnya kurang oke, dan gw curiga penyebab utama dari kurangnya greget dari film ini adalah segi musik, baik komposisi maupun penempatannya, padahal film ini memang musikal. Walaupun cukup fresh dengan aliran jazz, rasanya penempatan lagu2nya terlalu sering dan dekat, lagu yg anthemic pun sepertinya nggak ada, jadinya kurang ngeresep. Sayang sekali, karena sialnya film musikal adalah kelemahan di segi musik membuat film ini lemah 50 persen ~teori dari mana coba tuch? ^_^'~.

The Princess and The Frog memang dicanangkan sebagai kembalinya animasi klasik Disney, tapi bagi gw
overall filmnya nggak istimewa2 banget. Well, setidaknya gw dihibur dengan gambar dan karakter2 yg menarik, juga amanah yg harusnya jadi pegangan bagi kita semua: carilah dahulu yg kamu benar2 PERLU, maka kamu nggak akan kehilangan yang kamu MAU. Amen.


my score:
6,5/10


Komentar