[Movie] Disney's A Christmas Carol


Disney’s A Christmas Carol

(2009 – Walt Disney)

Written for the screen & Directed by Robert Zemeckis
Based on the classic story by Charles Dickens

Produced by Jack Rapke, Steve Starkey, Robert Zemeckis

Cast: Jim Carrey, Gary Oldman, Colin Firth, Robin Wright Penn, Fionnula Flanagan, Cary Elwes, Daryl Sabara



Disney’s A Christmas Carol adalah film CGI tapi mungkin kurang tepat disebut kartun atau animasi, karena gerak-gerik tokohnya dilakoni langsung oleh aktor, dan baru sedikit dipoles oleh para animator. Ini disebut teknik
motion-capture, persis dengan teknik yg dipakai oleh sang sutradara dalam karya2 sebelumnya The Polar Express dan Beowulf (inget Angelina Jolie telanjang digital? ^o^), sehingga gerakan tokoh2nya terlihat lebih riil, meski tampilan fisik digitalnya masih terlihat aneh dan agak serem. Butuh nonton 2 kali untuk gw menghargai film ini. Bukan, bukan karena film ini super bagus, tapi kali pertama nonton dalam format 3-Dimensi yg tanpa subtitel, padahal filmnya punya dialog berlogat British dan memakai pilihan kata yg “sastra Inggris”, buat gw yg kemampuan bahasa Inggrisnya tidak sedahsyat Cinta Laura, Farah Quinn atau Pandji Pragiwaksono, ternyata ini adalah ide yg kurang bijaksana. Nggak ngerti cing ^_^’. But it was fine *duh, sok bahasa Inggris deh*, pengalaman nonton Disney’s A Christmas Carol dalam 3D lebih memuaskan daripada nonton Up kemaren yg lebih mirip akuarium, saljunya kayak bener di depan mata gw dan banyak adegan2 berlaju cepat yg menarik sekali disaksikan dalam format ini (mungkin pengaruh venue, gw nonton di Blitz Megaplex yg layarnya lebih besar dan kacamata 3D nya lebih nyaman dipakai buat gw yg udah berkacamata, nice). Meski nggak ngerti2 amat, gw terpanggil untuk lebih mengerti cerita yg didaulat banyak orang sebagai kisah berlatar Natal terbaik yg pernah dibuat, makanya gw nonton lagi sehari setelah gw nonton kali pertama (lumayan, baru gajian hehe).

Ceritanya sendiri asalnya dari novel (kalo wikipedia bilangnya “novella”, novel pendek mungkin maksudnya) karya sastrawan Inggris terkenal Charles Dickens, dan film ini bertujuan menampilkan visual dan jalan cerita yg hampir persis dengan materi asalnya, bersetting sebuah kota di Inggris tahun 1800-an (kalo kata buku sejarah sekolah, ini masa2 revolusi industri). Ebenezer Scrooge (Jim Carrey) adalah seorang kreditor/rentenir tua bangka yg sudah terkenal di seluruh kota sebagai orang pelit supelit dan menyebalkan, adegan pembuka menggambarkan itu dengan sangat baik. Kisah diawali dengan kematian mitranya, Marley (Gary Oldman) pada tgl 24 Desember, malam Natal. Lalu malam Natal tujuh tahun kemudian, Scrooge masih bertahan dengan sifatnya itu. Ia menolak ajakan keponakannya, Fred (Colin Firth) untuk jamuan makan malam merayakan Natal bersama kerabat dan sahabat, menolak permohonan amal Natal dengan kata2 pedas, bahkan nggak rela kasirnya, Bob Crachit (Gary Oldman) libur pada hari Natal, malah Crachit diharuskan datang lebih awal pada tgl 26 Desember.


Sesampainya di rumah menjelang tidur, Scrooge tiba2 didatangi hantu Marley yg masih gentayangan karena terbelenggu “dosa” semasa hidupnya. Marley memperingatkan Scrooge bahwa malam Natal ini, ia akan didatangi 3 hantu Natal, agar nantinya tidak jadi seperti Marley. Benar saja, kala sedang berusaha tidur, Scrooge didatangi hantu berkepala lilin, Ghost of Christmas Past (Hantu Natal Masa Lalu: Jim Carrey juga). Scrooge dibawa melihat kembali masa lalunya, tepatnya setiap hari Natal, dari masa kecil sampai kehilangan tunangannya, Belle (Robin Wright Penn) karena hati Scrooge sudah berpindah ke yang lain: uang. Petualangan mistis Scrooge berlanjut saat didatangi Ghost of Christmas Present (Hantu Natal Masa Kini: Jim Carrey lagi), ia diajak melihat perayaan Natal yg sedang dilakukan oleh orang2 di kota, lalu mengintip kedalam rumah Crachit dan Fred, yg keduanya selama ini tidak diperlakukan baik oleh Scrooge, tapi pada jamuan Natal ini, mereka tetap membuat
toast alias doa buat Scrooge. Sudah mulai tersentuh, Scrooge didatangi hantu bisu dan menyeramkan, Ghost of Christmas Yet To Come (Hantu Natal Akan Datang: Jim Carrey lagi dan lagi), menunjukkan Natal di masa depan, orang2 kota yg Scrooge kenal membicarakan (dengan banyak sindiran) seseorang yg meninggal sendirian, termasuk penghutang yg senang rentenirnya meninggal, juga pembantu Scrooge, Ny. Dibler (Fionnula Flanagan) yg mengambil kelambu, baju, dan selimut Scrooge kepada rentenir rivalnya, serta keadaan keluarga Crachit setelah Tim kecil, putra Crachit yg memang cacat sudah meninggal karena kurang biaya pengobatan. Scrooge pun sadar bahwa orang meninggal yg dibahas orang2 kota itu adalah dirinya sendiri.

Terus terang gw baru kali ini mengetahui kisah A Christmas Carol, gw nggak pernah baca materi aslinya maupun menyaksikan adaptasi2nya. Memang makna kisah ini bagus sekali, mengingatkan kita mengapa hari raya patut dirayakan. Jalan ceritanya, setidaknya di film ini, tidaklah menggurui dan menarik untuk diikuti. Melihat Scrooge yg tadinya bisa dibilang jahat kemudian berubah menjadi orang yg hangat, ceria, dan bahkan mau berbagi menimbulkan kesan hangat sekaligus perenungan. Buat apa capek2 bikin susah hidup orang lain, kalau ternyata bisa membahagiakan hidup orang lain? Cerita yg klasik dan agak panjang kalo mau dibahas isinya (belum lagi soal latar kelas sosial, makna tersirat dari dialog2nya, juga makna filosofis hantu2 itu), tapi tetap relevan ini ditampilkan dengan baik di versi film kali ini, meski ternyata setelah nonton dengan subtitle Indonesia, dialognya ternyata masih nggak gampang dipahami (penerjemahnya agak kurang oke nih ^_^’).


Karena dari ceritanya sudah oke, aspek2 lain dari film ini pun jadi terlihat baik2 saja. Nuansa A Christmas Carol jelas lebih ceria dan lebih berwarna daripada Beowulf, dan sudah tidak sekaku The Polar Express. Plotnya sedikit lambat, tapi nggak bikin ngantuk karena sang sutradara akan langsung menyodorkan adegan2 humor atau yg mengagetkan. Soal aktornya, Jim Carrey memang nggak bisa “sembunyi”, kita pasti bakal kenal bahwa itu Jim Carrey dari pembawaannya yang memang terasa pas untuk peran2nya di film ini, begitu juga dengan Gary Oldman,
good job. Visual yg konon dibuat semirip mungkin dengan ilustrasi di novel aslinya diramu cukup enak, apalagi banyak adegan2 “terbang” dengan kesan one take-shot yg memang sengaja dibuat agar 3D nya berfungsi, menarik sekali dan seru. Tapi justru ini yg agak blunder, adegan2 ini jadi kayak dipanjang-panjangin hanya supaya ada efek 3D, misalnya adegan Scrooge dikejar2 kereta kuda dari neraka yg entah apa fungsinya dalam cerita. Dan sepertinya juga, film ini kurang “kartun” untuk ditonton anak-anak kecil yg menginginkan segala hal di layar itu lucu dan menggemaskan.

Tapi tak apalah, keseluruhan film ini bagus meskipun dibilang terbaik rasanya belum. Makna kisah ini cukup membekas untuk direnungkan. Selain tentang perubahan hidup bagi Ebenezer Scrooge, Natal atau apapun hari raya yang Anda rayakan yg hanya setahun sekali memang pantas dirayakan. Terlepas dari makna religi, hari raya mengingatkan kita bahwa ada satu hari, walau ada baiknya setiap hari, tapi
setidaknya satu hari setiap tahunnya, kita bisa berbagi dan bersukacita bersama orang2 di sekitar kita, betapapun mumetnya hidup kita di hari lainnya. It won’t hurt. God bless us everyone.



My score:
7,5/10

Komentar