Great Expectations
(1998 - 20th Century Fox)
Directed by Alfonso Cuarón
Screenplay by Mitch Glazer
Based on the novel by Charles Dickens
Produced by Art Linson
Cast: Ethan Hawke, Gwyneth Paltrow, Anne Bancroft, Robert De Niro, Hank Azaria, Chris Cooper
Entah ada berapa orang yg seperti gw: lulus kuliah dengan pengutamaan sastra, tapi jarang membaca, boro2 sastra, Goosebumps aja ngantuk. Akibatnya gw kurang aware bahwa film Great Expectations tahun 1998 (yg terkenal dengan “jilatan” di pancuran minuman dan lagu “Life in Mono”) adalah adaptasi modern dari konon karya terbaik sastrawan besar Inggris, Charles Dickens, yg juga mengarang Oliver Twist dan.........lain-lain ^^’-- gw nggak pernah baca satupun karya Dickens (tapi menurut mbak Wikipedia, Great Expectations adalah salah satu karya Dickens yg paling sering diangkat ke drama atau film). Jadinya ketika gw nonton, gw nggak bisa membandingkan filmnya yg bersetting Amerika modern dengan novelnya yg bersetting Inggris jaman revolusi industri. Yang bisa gw bandingkan adalah, ini salah satu karya awal dari sutradara yg sepertinya akan jadi favorit gw, Alfonso Cuarón, dan dalam rangka mendalami karya2 dia sajalah gw membeli dan menonton DVD stok lama ini.
Film ini dikisahkan lewat sudut pandang Finn (“not the way it happened, but the way I remembered it”, nice) makanya setiap adegan dari awal sampe abis pasti ada dianya. Finn kecil adalah anak yg baik hati. Hidup miskin bersama kakak perempuannya, Maggie (yg kemudian minggat nggak bilang2) dan pacarnya, yg dipanggil Finn Uncle Joe (Chris Cooper). Film diawali dengan Finn merasakan rasa bersalah yg begitu besar karena pernah menolong seorang misterius (Robert De Niro) berbaju oranye dan kakinya terbelenggu (get it?), yg ternyata seorang buronan yg kemudian tertangkap dan beritanya disiarkan di TV –-belakangan diketahui namanya Lustig...Tapi biarlah itu berlalu, suatu saat Finn ikut Uncle Joe untuk menata taman istana milik wanita terkaya di Florida, seorang perawan tua rada sinting, Ms. Nora Dinsmoor (Anne Bancroft). Saat berada di taman (yg ampun deh berantakannya), Finn bertemu sepintas dengan gadis cantik seumurannya. Bukannya menata taman, Finn kemudian malah diminta dan dibayar oleh Ms. Dinsmoor untuk bermain bersama keponakannya, Estella, yg tak lain adalah gadis kecil di taman itu, yg ternyata jutek bener. Finn yg gemar melukis pun sedikit banyak belajar mengenai kehidupan orang “kelas atas” (well, cuman diajarin dansa sich sama Ms. Disnmoor) meski belum sampai jadi bagian dari dunia itu.
Singkat cerita Finn dan Estella tumbuh bersama. Finn naksir Estella sejak awal, tapi Ms. Dinsmoor udah bilang, Estella sudah dididik untuk menyakiti hati setiap pria yg jatuh cinta padanya (sebagai bentuk dendam Ms. Dinsmoor yg dicampakkan saat hari pernikahannya). Dan memang itu yg terjadi, ketika mereka remaja, suatu malam Esetella (Gwyneth Paltrow) seakan “mengizinkan” Finn (Ethan Hawke) utk mencintainya….tapi keesokan harinya, eh..si Estella udah minggat ke Paris. Sakit hati dong. Ia pun memutuskan berhenti melukis –-karena selama ini Estella adalah inspirasinya, kemudian bekerja serabutan bareng Uncle Joe untuk bertahan hidup. Sampai suatu saat, seorang pengacara datang, bilang ada sponsor yg tertarik dengan lukisan2 karyanya (padahal udah lama nggak ngelukis) dan meminta Finn untuk membuat pameran tunggal.....di sebuah galeri prestis......di New York! Akomodasi, kebutuhan hidup, publisitas dan kebutuhan lainnya juga udah ditanggung. Finn mengira ini kerjaan Ms. Dinsmoor agar Finn bisa ketemu lagi dengan Estella yg sekarang ada di New York--bagi yg pernah baca novelnya pasti paham bagian ini. Dengan kehidupan yg “naik kelas” (karena tampaknya jadi pelukis muda berbakat adalah tiket untuk masuk dunia socialite) Finn pun berharap bisa menjalin lagi cintanya dengan Estella, dengan membuktikan dia juga bisa jadi orang hebat dan tidak pantas dicampakkan begitu saja…ah love, one would do anything for ^_^’, but one should have known…kenyataan seringkali tidak sesuai dengan harapan, ya kan?
Kisah cinta kaya-miskin dan social-climbing ternyata relevan untuk jaman apapun. Dua unsur yg (sepertinya) jadi poin utama novel aslinya, disampaikan kembali dalam versi modern tanpa ada ganjalan yg terlalu mengganggu, semua tampaknya bisa diterima dengan akal sehat, hanya saja film ini memang lebih fokus pada kisah cintanya. Inti ceritanya bagus dan intrik2nya jelas lebih menarik daripada telenovela, antara kepolosan Finn vs sifat “penakluk” Estella yg tindakannya tak terduga, awalnya manis, trus sepah dibuang, manis lagi, trus sepah dibuang dan diinjek-injek. Finn tulus mengharapkan cinta Estella, apalagi ketika ia merasa sudah pada level layak bersanding dengan Estella, tapi tak ada yg tau apa isi hati si cewek yg sebenarnya. "What is it like not to feel anything?" tanya Finn ke Estella, wah nusuk banget tuh.
Seperti yg gw sampaikan di atas, gw nonton film ini karena disutradarai oleh Alfonso Cuarón, yg sebelumnya gw kenal lewat Harry Potter and The Prisoner of Azkaban, Children of Men, dan segmen “Parc Monceau” di Paris Je T’aime, yg menurut gw, punya visualisasi dan storytelling yg cantik. Great Expectations mungkin satu2nya karya Cuarón yg paling “Hollywood”, keliatan dari bintang2 nya yg terbilang lagi hot pada zamannya (akhir 90-an Gwyneth Paltrow hampir ada di semua film..hehe nggak sih, pokoknya filmnya banyak bener dah dalam waktu berdekatan). Tapi kekhasan Cuarón sudah bisa dilihat: adegan one-take shot, adegan “seolah-olah” one-take shot, jarang close-up, dan tata artistik yg agak kelam dan detil. Ada pula adegan2 yg mengejutkan (bagi gw), misalnya, itu tadi, jilatan di pancuran air minum, adegan Estella "menyentuh" jari Finn dengan ************nya, lalu ketika di New York Estella bersedia jadi model lukisan Finn, dengan mencopot satu2 pakaiannya dan Finn spontan bikin beberapa lukisan (I’ve never seen a horny scene so artistic fufufu). Agak jorki sih memang, tapi itulah yg menunjukkan tanpa harus berkata-kata “modus operandi” Estella ketika mempermainkan hati pria--lagi2 menurut cara pandang Finn.
Kekurangan Great Expectations setting modern ini menurut gw terletak pada akting aktornya, atau mungkin malah beberapa bagian skenarionya. Gw mengerti bagaimana Finn sakit hati, tapi gw kurang yakin, sebesar itukah cinta Finn kepada Estella? Ekspresi Ethan Hawke kurang keluar kayaknya. Cocok tidaknya Gwyneth Paltrow sebagai Estella si penghancur hati para pria juga bisa diperdebatkan (God, she was bloody skinny!)--atau mungkin itu masalah selera saja. Tapi ketika sinematografi dan desain artistik sudah baik, justru sang perusak mood adalah musiknya yg rasanya terlalu kuno untuk sebuah film yg sudah berusaha dimodernkan, untungnya lagu2 soundtracknya cukup okeh. Kelemahan yg lain adalah eksekusi endingnya yg kayaknya kok cepet banget, gw kurang dapet dramanya, efek ke gw-nya kurang nendang dan meresap.
Secara keseluruhan film ini mungkin bukan yg terbaik dibandingkan film2 Cuarón yg lebih dulu gw tonton, yg notabene lebih baru, tapi gw tetap suka gambar dan alir ceritanya, biasa tapi nggak biasa (bingung kan loe? ^.^'). Entah kenapa poster filmnya harus "kayak gitu", padahal sensualitas di filmnya gak segitunya amat (gw inget dulu di poster dan cover album soundtrack yg dijual di Indonesia, ada "tambahan" seperti baju renang pink di badannya Gwyneth Paltrow hihihi, konyol). Cuarón semakin dekat menjadi sutradara paling favorit gw...sekarang musti nyari DVD A Little Princess dan Y Tu Mamá También yg kayaknya sudah susah didapat...yg original pastinya. Ada yg bisa bantu?
My score 7/10
Komentar
Posting Komentar