Directed by Pete Docter
Co-Directed by Bob Petersen
Story by Pete Docter, Thomas McCarthy, Bob Peterson
Screenplay by Bob Petersen, Pete Docter
Produced by Jonas Rivera
Cast: Ed Asner, Christopher Plummer, Jordan Nagai, Bob Petersen, Delroy Lindo
Pixar itu seperti Baygon: Jaminan mutu. Dari film mereka paling awal Toy Story yg sangat menghibur, sampai tahun lalu WALL-E yang superb, kualitasnya selalu ada di kisaran "bagouus". Pixar bisa dengan sukses mengawinkan dua hal yg penting dimiliki film animasi: gambar bagus dan cerita yg menghibur untuk segala usia, nggak terlalu berat bagi yg kecil, dan nggak terlalu dangkal untuk yg dewasa.
Up, yg terbaru, masih melanjutkan tradisi itu. Secara sederhana, film ini bercerita mengenai petualangan seorang kakek berusia 78 taun, Carl Fredricksen, yg setelah diperintahkan pengadilan untuk masuk panti jompo gara2 mukulin pekerja konstruksi, kabur "bareng" rumahnya...yup, serumah-rumahnya, dengan ribuan balon udara. Tujuan penerbangannya adalah Paradise Fall di pegunungan Amerika Selatan, tempat dimana penjelajah favoritnya, Charles Muntz menemukan mahkluk langka, dan tempat berpetualang impian Carl dan mendiang istrinya Ellie, yg belum sempat terwujud. Maunya sih gitu, tapi ternyata di rumahnya nyangkut seorang anak Pramuka yg terobsesi untuk jadi petualang teladan, Russell. Mau gak mau, mereka menjalani petualangan ini berdua.
Mereka pun tiba di tujuan mereka...emm, deket lah. Paradise Fall nya ada di tebing seberang tempat mereka mendarat darurat. Karena rumahnya nggak bisa terbang tinggi lagi, mereka harus jalan ke tujuan menembus hutan. Petualangan dua karakter lucu nan manis ini dimulai dari sini, ketika pertemuan mereka dengan burung (kayak ayam n_n) raksasa yg diberi nama Kevin oleh Russell dan seekor anjing bernama Dug yg dikalungi alat penerjemah audio bahasa manusia, membawa mereka pada kenyataan bahwa mereka tidak sendirian di pegunungan itu, which is not always a good sign.
Kalo nggak salah ini film kedua Pixar yg tokoh utamanya adalah manusia (setelah The Incredibles). Gw paling salut banget pada karakter2nya yang manusiawi. Carl digambarkan sebagai orang tua yg agak pemarah dan nggak mau diganggu tapi kesepian, sedangkan Russel adalah anak yg polos tapi cerewetnya lumayan ganggu. Interaksi keduanya menimbulkan kelucuan yg memancing tawa tanpa paksaan. Tokoh lain pun sukses mewarnai petualangan rumah terbang ini, baik Kevin maupun Dug (yg pas banget seperti menerjemahkan pikiran anjing ke dalam bahasa manusia...squirell!!).
Kalo boleh, gw bisa membagi film ini dalam 3 babak. Babak 1 adalah latar belakang Carl, bagian ini diisi mulai dari pertemuannya dengan Ellie sewaktu kecil sampai adegan2 singkat tanpa kata hidup Carl bersama Ellie, hingga Ellie meninggal. menurut gw bagian ini adalah bagian yg paling brilian dari film Up. Tanpa sepatah kata, tapi gw (dan penonton) ngerti, dan ngerasain banget betapa "aww-so-sweet" nya cinta Carl dan Ellie. Babak kedua adalah "penerbangan" Carl dan Russell, dan pertemuan dengan Kevin dan Dug yg juga penuh dengan dialog2 yang menyegarkan. Babak ketiga adalah pertemuan mereka dengan si villain. Bagian ini mnurut gw terlalu serius, disajikan dengan cukup absurd, dan peralihan ke babak ini juga agak kasar, tiba2 ada anjing2 seperti Dug versi lebih galak yg mengincar "sesuatu" yg ada bersama Carl dan Russell, dan tiba2 mereka harus berseteru dengan si villain ini. Untungnya perseteruan ini disajikan cukup lucu juga, dan babak ketiga ini pula yg memuat makna mendalam (khas Pixar) dalam perubahan diri Carl, karena ketika tujuan awalnya tercapai, ia belum bahagia...
Film ini lucu, banget, udah lama gw nggak ngakak di bioskop, bahkan WALL-E kemaren pun nggak selucu ini. Tapi entah kenapa, ada beberapa hal yg ngeganjel. Gambarnya bagus tapi belum seindah Finding Nemo dan WALL-E (gw nonton versi 3D, nggak ngaruh). Mungkin yg paling risih adalah umur Carl dan si villain yg kalo diitung-itung, agak2 gimanaa gitu. Plus aksi2 Carl dan si villain di klimaks yg menggelikan dan bikin gw komentar dalam hati: "untung cuman kartun"..^.^;, karena memang klimaksnya cartoonish abis, dan diakhiri dengan kekalahan si villain dengan cara ala Disney (kalo nonton pasti ngerti maksud gw), yg menurut gw, bikin tone-nya nggak semenarik di awal2. Dan ngomong2 soal versi 3D, kayaknya film ini masih malu2 "menjangkau" penonton, jadi jatuhnya yaahhh...biasa aja tuch 3D nya.
Tapi, Up tetaplah film yg bagus, terutama di karakterisasi. Gw menyukai tiap tokoh hero nya, dan gw yakin setiap penonton pun demikian. Film ini berhasil membuat gw melupakan ketidaknyamanan memakai kacamata 3D dan kacamata biasa sekaligus (maklum, minus euy). Nggak se-awesome WALL-E, but still, it's Pixar. Go watch it!
Point!!
my score: 8/10
PS:
Mau komplain dech ke Plaza Senayan XXI, tempat gw nonton Up dalam 3D tgl 29 Juli 2009 jam 19:20...kenapa telat sich buka pintunya? 15 menit loch kita nunggunye, blum lagi ada trailer2nye....Saking telatnya sampe gw sempet papasan sama Ridho Rhoma (*apa hubungannya?*)
Co-Directed by Bob Petersen
Story by Pete Docter, Thomas McCarthy, Bob Peterson
Screenplay by Bob Petersen, Pete Docter
Produced by Jonas Rivera
Cast: Ed Asner, Christopher Plummer, Jordan Nagai, Bob Petersen, Delroy Lindo
Pixar itu seperti Baygon: Jaminan mutu. Dari film mereka paling awal Toy Story yg sangat menghibur, sampai tahun lalu WALL-E yang superb, kualitasnya selalu ada di kisaran "bagouus". Pixar bisa dengan sukses mengawinkan dua hal yg penting dimiliki film animasi: gambar bagus dan cerita yg menghibur untuk segala usia, nggak terlalu berat bagi yg kecil, dan nggak terlalu dangkal untuk yg dewasa.
Up, yg terbaru, masih melanjutkan tradisi itu. Secara sederhana, film ini bercerita mengenai petualangan seorang kakek berusia 78 taun, Carl Fredricksen, yg setelah diperintahkan pengadilan untuk masuk panti jompo gara2 mukulin pekerja konstruksi, kabur "bareng" rumahnya...yup, serumah-rumahnya, dengan ribuan balon udara. Tujuan penerbangannya adalah Paradise Fall di pegunungan Amerika Selatan, tempat dimana penjelajah favoritnya, Charles Muntz menemukan mahkluk langka, dan tempat berpetualang impian Carl dan mendiang istrinya Ellie, yg belum sempat terwujud. Maunya sih gitu, tapi ternyata di rumahnya nyangkut seorang anak Pramuka yg terobsesi untuk jadi petualang teladan, Russell. Mau gak mau, mereka menjalani petualangan ini berdua.
Mereka pun tiba di tujuan mereka...emm, deket lah. Paradise Fall nya ada di tebing seberang tempat mereka mendarat darurat. Karena rumahnya nggak bisa terbang tinggi lagi, mereka harus jalan ke tujuan menembus hutan. Petualangan dua karakter lucu nan manis ini dimulai dari sini, ketika pertemuan mereka dengan burung (kayak ayam n_n) raksasa yg diberi nama Kevin oleh Russell dan seekor anjing bernama Dug yg dikalungi alat penerjemah audio bahasa manusia, membawa mereka pada kenyataan bahwa mereka tidak sendirian di pegunungan itu, which is not always a good sign.
Kalo nggak salah ini film kedua Pixar yg tokoh utamanya adalah manusia (setelah The Incredibles). Gw paling salut banget pada karakter2nya yang manusiawi. Carl digambarkan sebagai orang tua yg agak pemarah dan nggak mau diganggu tapi kesepian, sedangkan Russel adalah anak yg polos tapi cerewetnya lumayan ganggu. Interaksi keduanya menimbulkan kelucuan yg memancing tawa tanpa paksaan. Tokoh lain pun sukses mewarnai petualangan rumah terbang ini, baik Kevin maupun Dug (yg pas banget seperti menerjemahkan pikiran anjing ke dalam bahasa manusia...squirell!!).
Kalo boleh, gw bisa membagi film ini dalam 3 babak. Babak 1 adalah latar belakang Carl, bagian ini diisi mulai dari pertemuannya dengan Ellie sewaktu kecil sampai adegan2 singkat tanpa kata hidup Carl bersama Ellie, hingga Ellie meninggal. menurut gw bagian ini adalah bagian yg paling brilian dari film Up. Tanpa sepatah kata, tapi gw (dan penonton) ngerti, dan ngerasain banget betapa "aww-so-sweet" nya cinta Carl dan Ellie. Babak kedua adalah "penerbangan" Carl dan Russell, dan pertemuan dengan Kevin dan Dug yg juga penuh dengan dialog2 yang menyegarkan. Babak ketiga adalah pertemuan mereka dengan si villain. Bagian ini mnurut gw terlalu serius, disajikan dengan cukup absurd, dan peralihan ke babak ini juga agak kasar, tiba2 ada anjing2 seperti Dug versi lebih galak yg mengincar "sesuatu" yg ada bersama Carl dan Russell, dan tiba2 mereka harus berseteru dengan si villain ini. Untungnya perseteruan ini disajikan cukup lucu juga, dan babak ketiga ini pula yg memuat makna mendalam (khas Pixar) dalam perubahan diri Carl, karena ketika tujuan awalnya tercapai, ia belum bahagia...
Film ini lucu, banget, udah lama gw nggak ngakak di bioskop, bahkan WALL-E kemaren pun nggak selucu ini. Tapi entah kenapa, ada beberapa hal yg ngeganjel. Gambarnya bagus tapi belum seindah Finding Nemo dan WALL-E (gw nonton versi 3D, nggak ngaruh). Mungkin yg paling risih adalah umur Carl dan si villain yg kalo diitung-itung, agak2 gimanaa gitu. Plus aksi2 Carl dan si villain di klimaks yg menggelikan dan bikin gw komentar dalam hati: "untung cuman kartun"..^.^;, karena memang klimaksnya cartoonish abis, dan diakhiri dengan kekalahan si villain dengan cara ala Disney (kalo nonton pasti ngerti maksud gw), yg menurut gw, bikin tone-nya nggak semenarik di awal2. Dan ngomong2 soal versi 3D, kayaknya film ini masih malu2 "menjangkau" penonton, jadi jatuhnya yaahhh...biasa aja tuch 3D nya.
Tapi, Up tetaplah film yg bagus, terutama di karakterisasi. Gw menyukai tiap tokoh hero nya, dan gw yakin setiap penonton pun demikian. Film ini berhasil membuat gw melupakan ketidaknyamanan memakai kacamata 3D dan kacamata biasa sekaligus (maklum, minus euy). Nggak se-awesome WALL-E, but still, it's Pixar. Go watch it!
Point!!
my score: 8/10
PS:
Mau komplain dech ke Plaza Senayan XXI, tempat gw nonton Up dalam 3D tgl 29 Juli 2009 jam 19:20...kenapa telat sich buka pintunya? 15 menit loch kita nunggunye, blum lagi ada trailer2nye....Saking telatnya sampe gw sempet papasan sama Ridho Rhoma (*apa hubungannya?*)
mantap men.
BalasHapusmeskipun gw masih lebih suka wall-e sih, lebih nendang sinisnya.
cuma yang ini lebih kocak sih...
PIXAR is the BEST!
Agree, karya Pixar selalu top markotop.
BalasHapusq bisa sebel bgt hbs liat Up, aneh dan g logis, pesan moralnya bagus si, tp...tetep ja hbs nonton ni, q ngrasa kecewa ^ ^
BalasHapus