The Reader
(The Weinstein Company - 2008)
Directed by Stephen Daldry
Screenplay by David Hare
Based on the book "Der Vorleser" by Bernhard Schlink
Produced by Donna Gigliotti, Anthony Minghella, Redmond Morris, Sydney Pollack
Cast: Kate Winslet, Ralph Fiennes, David Kross, Lena Olin
Gw nonton ini dengan motivasi pengen tahu film macam apa yg bisa mendepak "The Dark Knight" jadi jajaran nominasi Best Picture di Academy Awards kemaren, "The Reader" salah satunya. Formulanya sich emang "Oscar banget": ada sutradara Stephen Daldry yg film2 sebelumnyanya "Billy Elliott" dan "The Hours" juga nomine Oscar, ada produser alm. Anthony Minghella yg menyutradarai film paling membosankan sedunia "The English Patient" dan juga "Cold Mountain", ada aktor mantep Ralph Fiennes, dan pastinya ada Kate Winslet, langganan nomine yg akhirnya menang berkat bertelanjang ria, selain berakting luar biasa meyakinkan, di film ini.
"The Reader" berpusat pada kisah semusim tak terlupakan dari seorang remaja pria di Jerman, Michael Berg yang jatuh cinta pada seorang wanita kondektur trem berusia 30-an tahun, Hanna. Kala itu tahun 1958, setelah PD II berakhir. Hanna mau aja melayani perasaan Michael tapi ada syaratnya: Michael membacakan buku untuk Hanna, lalu Michael bisa o-yeah-o-yeah sama Hanna, begitulah masa2 berdua mereka lewati. Sampai suatu saat, Hanna mendapat promosi kerjaan dan meninggalkan apartemennya tanpa kabar untuk Michael. Beberapa tahun kemudian, Michael menjadi mahasiswa hukum dan ikut kelas khusus seorang dosen yg membawa mahasiswa2nya menyaksikan persidangan terhadap 6 wanita mantan anggota Nazi yg dituduh menewaskan 300 orang Yahudi....dan Michael ternyata kenal dengan salah satunya, Hanna. Hanna divonis menjadi orang yg paling bertanggung jawab dan berusaha menutupinya dengan menulis laporan palsu, lalu Hanna dipenjara seumur hidup (gara2 5 perempuan lainnya emang MT-makan temen tuch), padahal Michael punya rahasia yg bisa meringankan hukuman Hanna. Bukan, bukan tentang dia bersetubuh setiap hari sepanjang musim panas 1958 dengan Hanna, satu lagi, yaituuu....hal yg sering disebut di review di media2 yg sebenernya adalah spoiler tapi orang2 bodoh itu tetep masukin dalam review mereka, well i'm not like them.
Sejak awal filmnya mulai, gw udah kasih nilai plus pada bidang sinematografi. Apa yg ditangkap kamera, warnanya, cara menyorot muka orang secara closeup, cakep dah pokoknya. Lalu ada Kate Winslet, seperti gw bilang sebelumnya, yang tidak pernah setengah hati dalam berakting, nggak terkecuali hayuk ajah kalo disuruh telanjang, tapi nggak masalah karena emang dia mainnya bagus. David Kross sebagai Michael muda juga bermain bagus, padahal pas syuting umurnya baru 18 tahun (memerankan Michael usia 15 sampe skitar 20 tahun). Secara naskah juga terbilang baik, banyak kalimat2 dan gestur dari tokoh2 yg penuh makna dan nggak klise.
Ceritanya disampaikan dengan menarik di awal2 ketika Hanna-Michael lagi hot2nya, tapi mulai bikin nguap ketika Hanna ngilang. Ketika sampai pada kisah persidangan Hanna, mulailah dialog2 panjang mirip acara obrolan politik di TV (cuman yg di The Reader emang ada intinya, hehehe) yg bikin ngantuk tumpah dari mulut karakter2nya. Meskipun gw nonton di bioskop, di Indonesia, yg berarti banyak adegan "terlalur vulgar" yg disembelih sama LSF, film ini masih terasa panjang buat gw gara2 bagian tengah yg disampaikan secara lumayan membosankan. Belum lagi keanehan Ralph Fiennes sebagai Michael dewasa kayak gak bertambah tua dalam rentang setting 20 tahun (1970an sama 1990an).
Bukan berarti film ini buruk. Ada satu poin yg gw ambil bahwa "The Reader" menawarkan wacana baru dalam memandang kekejaman Nazi. Selama ini film2, terutama Hollywood selalu mengambil sisi tunggal bahwa Nazi itu jahat. "The Reader" menceritakan bahwa para anggota Nazi itu juga manusia kok. Hanna misalnya, memang ia terlibat dalam kematian 300 orang Yahudi (jadi ceritanya 300 orang itu dikunci di gereja di sebuah desa. ketika desa itu dibombardir dan gereja terbakar, nggak ada yg buka kunci dan orang2 itu nggak bisa keluar. Hanna bilang dia nggak mau buka kunci karena patuh pada tugasnya: nggak boleh ada yg kabur), tapi ia hanya terjepit pada hukum yang berlaku saat itu: kejam? memang, melanggar 'hukum'? at the time, apparently not.
Dari kisah cinta berwarna nafsu birahi, ke bagian hukum dan Nazi, ke hubungan platonik di bagian akhir, sebenernya banyak yg bisa digali dari ceritanya, andai cara penyampaiannya bisa lebih tidak datar. Overall, bagus sich, tapi tetep gw rasa film ini bisa masuk nomine Best Picture Oscar cuman karena hoki,...
my score: 7/10
(The Weinstein Company - 2008)
Directed by Stephen Daldry
Screenplay by David Hare
Based on the book "Der Vorleser" by Bernhard Schlink
Produced by Donna Gigliotti, Anthony Minghella, Redmond Morris, Sydney Pollack
Cast: Kate Winslet, Ralph Fiennes, David Kross, Lena Olin
Gw nonton ini dengan motivasi pengen tahu film macam apa yg bisa mendepak "The Dark Knight" jadi jajaran nominasi Best Picture di Academy Awards kemaren, "The Reader" salah satunya. Formulanya sich emang "Oscar banget": ada sutradara Stephen Daldry yg film2 sebelumnyanya "Billy Elliott" dan "The Hours" juga nomine Oscar, ada produser alm. Anthony Minghella yg menyutradarai film paling membosankan sedunia "The English Patient" dan juga "Cold Mountain", ada aktor mantep Ralph Fiennes, dan pastinya ada Kate Winslet, langganan nomine yg akhirnya menang berkat bertelanjang ria, selain berakting luar biasa meyakinkan, di film ini.
"The Reader" berpusat pada kisah semusim tak terlupakan dari seorang remaja pria di Jerman, Michael Berg yang jatuh cinta pada seorang wanita kondektur trem berusia 30-an tahun, Hanna. Kala itu tahun 1958, setelah PD II berakhir. Hanna mau aja melayani perasaan Michael tapi ada syaratnya: Michael membacakan buku untuk Hanna, lalu Michael bisa o-yeah-o-yeah sama Hanna, begitulah masa2 berdua mereka lewati. Sampai suatu saat, Hanna mendapat promosi kerjaan dan meninggalkan apartemennya tanpa kabar untuk Michael. Beberapa tahun kemudian, Michael menjadi mahasiswa hukum dan ikut kelas khusus seorang dosen yg membawa mahasiswa2nya menyaksikan persidangan terhadap 6 wanita mantan anggota Nazi yg dituduh menewaskan 300 orang Yahudi....dan Michael ternyata kenal dengan salah satunya, Hanna. Hanna divonis menjadi orang yg paling bertanggung jawab dan berusaha menutupinya dengan menulis laporan palsu, lalu Hanna dipenjara seumur hidup (gara2 5 perempuan lainnya emang MT-makan temen tuch), padahal Michael punya rahasia yg bisa meringankan hukuman Hanna. Bukan, bukan tentang dia bersetubuh setiap hari sepanjang musim panas 1958 dengan Hanna, satu lagi, yaituuu....hal yg sering disebut di review di media2 yg sebenernya adalah spoiler tapi orang2 bodoh itu tetep masukin dalam review mereka, well i'm not like them.
Sejak awal filmnya mulai, gw udah kasih nilai plus pada bidang sinematografi. Apa yg ditangkap kamera, warnanya, cara menyorot muka orang secara closeup, cakep dah pokoknya. Lalu ada Kate Winslet, seperti gw bilang sebelumnya, yang tidak pernah setengah hati dalam berakting, nggak terkecuali hayuk ajah kalo disuruh telanjang, tapi nggak masalah karena emang dia mainnya bagus. David Kross sebagai Michael muda juga bermain bagus, padahal pas syuting umurnya baru 18 tahun (memerankan Michael usia 15 sampe skitar 20 tahun). Secara naskah juga terbilang baik, banyak kalimat2 dan gestur dari tokoh2 yg penuh makna dan nggak klise.
Ceritanya disampaikan dengan menarik di awal2 ketika Hanna-Michael lagi hot2nya, tapi mulai bikin nguap ketika Hanna ngilang. Ketika sampai pada kisah persidangan Hanna, mulailah dialog2 panjang mirip acara obrolan politik di TV (cuman yg di The Reader emang ada intinya, hehehe) yg bikin ngantuk tumpah dari mulut karakter2nya. Meskipun gw nonton di bioskop, di Indonesia, yg berarti banyak adegan "terlalur vulgar" yg disembelih sama LSF, film ini masih terasa panjang buat gw gara2 bagian tengah yg disampaikan secara lumayan membosankan. Belum lagi keanehan Ralph Fiennes sebagai Michael dewasa kayak gak bertambah tua dalam rentang setting 20 tahun (1970an sama 1990an).
Bukan berarti film ini buruk. Ada satu poin yg gw ambil bahwa "The Reader" menawarkan wacana baru dalam memandang kekejaman Nazi. Selama ini film2, terutama Hollywood selalu mengambil sisi tunggal bahwa Nazi itu jahat. "The Reader" menceritakan bahwa para anggota Nazi itu juga manusia kok. Hanna misalnya, memang ia terlibat dalam kematian 300 orang Yahudi (jadi ceritanya 300 orang itu dikunci di gereja di sebuah desa. ketika desa itu dibombardir dan gereja terbakar, nggak ada yg buka kunci dan orang2 itu nggak bisa keluar. Hanna bilang dia nggak mau buka kunci karena patuh pada tugasnya: nggak boleh ada yg kabur), tapi ia hanya terjepit pada hukum yang berlaku saat itu: kejam? memang, melanggar 'hukum'? at the time, apparently not.
Dari kisah cinta berwarna nafsu birahi, ke bagian hukum dan Nazi, ke hubungan platonik di bagian akhir, sebenernya banyak yg bisa digali dari ceritanya, andai cara penyampaiannya bisa lebih tidak datar. Overall, bagus sich, tapi tetep gw rasa film ini bisa masuk nomine Best Picture Oscar cuman karena hoki,...
my score: 7/10
yup setuju ma bang aji...agak membosankan penyampainnya, tp g tau knp q bisa ngrasa sesek ma kepengecutan sang cow.....diem biar 'aman' ajah....g gentle blas
BalasHapus