[Movie] Fury (2014)


Fury
(2014 - Columbia)

Written & Directed by David Ayer
Produced by David Ayer, Bill Block, John Lesher, Ethan Smith
Cast: Brad Pitt, Logan Lerman, Shia LeBeouf, Michael Peña, Jon Bernthal, Jason Isaacs, Jim Parrack, Kevin Vance, Scott Eastwood, Xavier Samuel, Anamaria Marinca, Alicia von Rittberg


Nggak ada yang bisa pungkiri Fury ini terlihat meyakinkan. Dari setting zaman Perang Dunia II sampai para bintangnya yang terkenal, plus temanya soal regu tank, sampe gw want to believe that this is going to be a good movie. However, setelah menyaksikannya, anggapan itu menguap. Beneran, gw nggak bisa langsung menyematkan kata bagus dan keren dan favorit terhadap film ini. Mungkin itu salah gw yang telah sekitar 10 menit awal filmnya =p, tetapi begitulah. Gw sulit menjelaskan alasannya, kecuali alasan lame yang berbunyi I'm not feeling it.

Padahal gw udah siapkan dua macam ekspektasi. Pertama, film ini bakal seru dengan adegan-adegan perang berdarah dan bikin ngilu-ngilu dikit. Kalau itu nggak terjadi, maka masih ada ekspektasi kedua, yaitu ini bakal jadi film drama emosional tentang betapa perang itu kejam dan melelahkan. Ternyata, kedua ekspektasi ini terpenuhi di film ini....kecuali kata sifatnya. Di mata gw, film ini kurang seru dan kurang emosional, padahal gw tahu betul kedua kata kunci inilah yang sebenernya ingin digeber di film ini. Sayangnya justru itu jadi senjata makan tuan, ketika pengen banget dibikin seru dan dibikin emosional, jadinya malah kesannya maksa.

Okelah, to be fair, adegan perangnya memang seru. Nggak pake banget sih, cuma ya serulah, special highlight yang adu tank satu lawan satu itu. Bahwa ternyata porsinya action-nya sedikit sebenarnya nggak masalah, asalkan ketika nunggu adegan action itu datang lagi, tetap ada bobot yang bikin gw pengen terus ngikutin. Dan inilah yang membawa gw ke problem kedua, bahwa dramanya yang sebenarnya berpotensi greget juga malah terasa...apa ya...fabricated banget.

Dengan karakter-karakter yang sedemikian formulaic itu--ada yang nyebelin, ada yang agamis, ada yang santai, ada yang rookie, dan ada yang kebapakan, mereka dikasih dialog-dialog yang harusya emosional tapi kadang gw nggak ngerti juga apa maksudnya dan ke mana arahnya, seperti njeplak aja biar kesannya badass dan kekinian walau setting-nya tahun 1940-an. Itu termasuk pembicaraan yang sangat lamaaaa dan diselingi banyak pause sebelum aksi pamungkas itu. Paan sih itu. The famous adegan meja makan, yang mungkin harusnya dirancang "penting", gw malah nggak nangkep pentingnya, bahkan apa yang mereka omongin juga gw nggak paham. Karena itu pula gw jadi nggak peduli juga nanti tokoh-tokoh ini nanti bakal mati atau gimana cara matinya, wong denger omongan mereka aja udah males. Again, ini mungkin masalah teknis gw yang nggak tahu latar belakang mereka (dengan asumsi bahwa di 10 menit awal ada adegan latar belakang. Eh, nggak ada juga?) karena gw nggak nonton dari detik awal, jadi abaikan saja yang baru gw ungkapkan barusan *lah ngapain ditulis*.

Sebenarnya yang jadi masalah besar selain isi film ini adalah bahwa hampir semua reaksi orang yang menonton film ini memuji, bahkan bilang film ini keren banget dan bersanding dengan Saving Private Ryan. Seakan apa yang gw tonton berbeda dengan yang mereka nonton. Kalo gitu kan jadi bikin stress yak *lebay* *padahal nggak perlu juga sih* *bebas*. Tapi ya gimana dong, mungkin waktu gw nonton itu gw emang lagi cranky jadi pas liat akting Brad Pitt yang sama sekali tidak berubah dari Inglourious Basterds ke 12 Years a Slave ke film ini (aksennya itu loh ngeselin banget), atau Shia LeBay yang bawaannya nangiiiiis mulu, atau Jon Bernthal yang trying too hard to be ngeselin, atau betapa slow-nya pacing film ini, dan melihat warna peluru yang kayak laser di Star Wars, gwnya jadi tambah....err....furious. Oh, musiknya yang ada suara-suara paduan suaranya itu juga ngeselin lama-lama, emangnya Lord of the Rings? *ya ampun sabar pak*

But wait, gw nggak menutup mata sama apa yang dilakukan dengan benar oleh film ini. Di balik treatment film ini yang sedemikian rupa, inti dari film ini adalah lagi-lagi soal betapa perang itu hanya membawa derita. Walau tentu saja itu bukan sebuah gagasan orisinal, setidaknya itu cukup mengena, setidaknya film ini juga mengambil waktu untuk melihat dari sisi lawannya (dalam hal ini Jerman), nggak cuma di sisi pandang Amerikanya. Demikian juga penataan adegan pertempuran yang dibuat up-close dan lumayan brutal, juga memberi efek cukup berarti, walau again itu juga belum sampai tahap groundbreaking *dikate pembangunan apartemen*. Entahlah, cuma dua hal itu yang bisa gw nikmati dari film ini.




My score: 6/10

Komentar