Langsung ke konten utama
[Movie] Green Zone (2010)
Green Zone
(2010 - Universal)
Directed by Paul Greengrass
Screenplay by Brian Helgeland
Inspired by the book "Imperial Life in the Emerald City: Inside Iraq's Green Zone" by Rajiv Chandrasekaran
Produced by Tim Bevan, Eric Fellner, Lloyd Levin
Cast: Matt Damon, Greg Kinnear, Brendan Gleeson, Amy Ryan, Khalid Abdalla, Jason Isaacs
Sepertinya kalau ditanya sutradara bidang action yg paling gw suka, gw akan jawab Paul Greengrass (kenapa hayo namanya Greengrass? Krn kalo Greenleaf jd nama band dong...*deuh bikin sendiri garing sendiri*). Gw udah dipuaskan 3 kali oleh pak Greengrass lewat The Bourne Supremacy, United 93 dan The Bourne Ultimatum. Actionnya tidak terlihat mewah, tapi dengan kamera hand-held yg senantiasa bergoncang dan kekerasan yg cepat dan nggak over-stylized, seakan punya sihir tertentu yg membuat gw melotot ke layar dan berseru "anjr*t!" setiap adegan2 itu selesai. Dan yg penting, film2 beliau sampai saat ini nggak pernah terkesan konyol. Green Zone yg merupakan kali ketiga pak Greengrass kerja bareng Matt Damon ini pun mengangkat tema yg nggak main2: kebenaran Senjata Pemusnah Massal (Weapon of Mass Destruction=WMD) yg dijadikan alasan Amerika Serikat membombardir Irak tahun 2003 lalu. Ditambah aktor2 yg berkelas serta kru yg sebagian besar udah "paketan" sama pak Greengrass dari film2 sebelumnya, gw pun mantap untuk harus nonton film ini.
Chief Miller (Matt Damon, entah pangkatnya apa, pokoknya dipanggil Chief) adalah leader sekelompok pasukan Amerika Serikat untuk menyergap WMD di tempat2 berdasarkan petunjuk intel. Intel lho, harusnya sahih dong datanya. Tapi apa, udah nyergap 3 tempat (yg ke-4 musti gali lapangan (!)), lengkap dengan pengamanan susah payah di tengah2 kekacauan Baghdad pasca jatuhnya Saddam Hussein, nggak ada apa2, kosong, sisa2 pun nggak ada. Miller pun gerah, ngapain capek2 nyergap kalo ternyata intelnya ngawur. Miller coba ngadu ke atasannya, tapi bener2 nggak dianggep. Lalu Miller didatangi dan ditawari proyek oleh pimpinan CIA di Baghdad, Martin Brown (Brendan Gleeson), yg juga mencurigai ada maksud busuk dibalik ngaconya intel tentang WMD. Tapi usaha untuk mengungkapkan kebenaran tentang WMD ini senantiasa dijegal oleh perwakilan Pentagon di Baghdad, Clark Poundstone (Greg Kinnear), yg bersikukuh untuk mempercayai informan rahasianya nya yg disebut "Magellan" bahwa benar ada WMD di Irak di tempat2 yg diperintahkan kepada Miller. Berawal dari petunjuk yg dari seorang Irak veteran perang, Freddy (Khalid Abdalla), bahwa ada pertemuan rahasia para jenderal sekaligus petinggi partai Ba'ath (partai berkuasa zaman Hussein), Miller pun semakin termotivasi untuk mencari kebenaran dibalik keberadaan WMD lewat menemukan orang yg disinyalir mengetahui perkara ini--dalam hal ini salah satu dari jenderal Ba'ath, Al Rawi (Igal Naor)--juga dengan mengungkap siapa itu "Magellan", meski harus berada di tengah2 arena perang yg berbahaya, juga arena adu kepentingan pihak2 di atasnya.
Perlu diingat bahwa cerita dalam Green Zone bukanlah kisah nyata, tapi menurut gw ide yang disampaikan amat sangat nyata. Film ini mencoba mendramatisir apa yg jadi pertanyaan banyak pihak mengenai penyerangan AS dkk ke Irak. Miller sebagai prajurit nggak mau sekedar kerja nurut perintah, tapi juga mau tau untuk apa dia berjuang di zona bahaya, untuk apa banyak nyawa melayang di Irak, he wants to make sure everything he had done is for the right reason. Jika kalian rajin baca koran, pasti udah tau bahwa WMD itu memang nggak pernah ada di Irak, dan sudah diakui oleh pihak intel AS sendiri sekitar tahun 2008 kalo nggak salah (wtf!), so you may generally have guessed the ending. Film ini mencoba mereka-reka kenapa dan bagaimana caranya WMD itu di"ada-adain", dan menurut gw penggambaran di Green Zone cukup masuk akal: pemerintah Amerika saat itu hanya membuat pembenaran, terutama lewat media massa, supaya rezim Hussein pokoknya abis dan Irak dimpimpin oleh politisi yg lebih American-friendly (untuk apa? di film ini sih nggak sampe sejauh itu, but you got the idea lah) kendati orang ini udah lama nggak pernah menginjak negerinya sendiri, padahal Brown udah mengusulkan bahwa tindakan yg tepat untuk mengatasi kekacauan di Irak adalah mengangkat petinggi militer yg sebenarnya anti-Hussein sekaligus lebih dipercaya rakyat. Tapi apa lacur...
Namun, hei, kalo merasa konten ceritanya agak berat, tenang sajalah. Film ini full thriller dan action kok dari awal hingga akhir, dengan beberapa ruang bernapas yg tepat takarannya. Fokus utama film ini lebih berat ke penyelidikan Miller secara fisik ketimbang intrik politik. Seperti gw bilang di awal, adegan2 aksi cepat tepat darurat nan efektif khas pak Greengrass nggak pernah gagal buat gw termasuk di film ini (kejar2an, tembak2an, helikoter jatuh, mantaap!). Miller memang tidak sejago Jason Bourne, bahkan cenderung polos karena bukan bagian dari orang2 "intel" yg licik, tapi justru itu yg membuat aksinya lebih believable dan tak kalah seru. Gw juga cukup kagum tentang hal yg sering di-highlight di review2 lain, yaitu tata artistiknya yg berasa Irak banget, lengkap dengan kompleks Istana Republik yg tadinya jadi pusat pemerintahan Hussein..disyut dari udara malah (wah kalo ini pasti CGI ^_^;), pokoknya film ini sukses dari segi environment-nya. Shot2 kameranya pun bagus2, tapi gw sebenernya kurang setuju dengan (baru kecurigaan gw sich) penggunaan kamera digital HD, mirip yg digunakan di The Hurt Locker yg kebetulan Director of Photography-nya sama. Film ini banyak mengambil set waktu malam hari jadi banyak noise yg nggak enak karena kurang pencahayaan. Mungkin supaya realistic-feel nya keluar (apaan tuh realistic-feel? ^_^;), tapi tetep aja gambarnya terlalu buram.
Sayangnya juga, penceritaan film ini agak sulit diikuti, jadi mungkin berpotensi membingungkan, apalagi plotnya nggak bisa dibilang sederhana, jadi terkesan kurang kuat di sektor cerita. Tapi dalam tradisi film2 Bourne arahan Greengrass yg juga bertempo cepat (dan anehnya tidak tampak terburu-buru), menikmati film ini ada kuncinya: just watch it, mind the details later ^_^;, jadi buat gw itu bukan kekurangan yg terlalu gimana gitu. Justru yg jadi ganjalan adalah dengan banyaknya karakter yg sebenarnya penting, kesannya jadi nggak penting. Penceritaannya terkesan terlalu berpusat pada Miller--yg btw, dimainkan dengan cukup baik oleh Damon, nggak mirip Jason Bourne--sehingga Brown (Gleeson), Poundstone (Kinnear), apalagi si wartawati Lawrie Dayne (Amy Ryan) jadi kayak sekadar suplemen, serta dimainkan dengan seadanya krn porsi perannya juga seadanya, padahal tiga aktor pemainnya ini semuanya nomine Oscar lho (ngaco, Brendan Gleeson belum >_< - red). Untungnya segi cast diselamatkan oleh akting prima Khalid Abdalla sebagai Freddy yg jadinya ikut terseret bareng Miller dalam penyelidikan berbahaya ini. Walau aslinya nggak ada Irak2nya, aktor Scotland turunan Mesir ini (pernah jadi teroris asal Lebanon di United 93 dan jadi tokoh utama yg seorang Afghanistan di The Kite Runner, yg penting Arabia *ngawur*) paling berhasil mendeliver emosi yg tepat dan meyakinkan di setiap dialognya. Dan di bagian akhir, quote dari Freddy adalah yg paling nonjok dari keseluruhan film ini: "It's not up to you to determine what happens in this country."--terdiam--
Overall, Green Zone jatuhnya kurang memenuhi ekspektasi gw. Film ini tidak sebaik The Bourne Ultimatum apalagi United 93 karya Paul Greengrass sebelumnya, tapi dari segi hiburan (action) yg tanpa terlalu mengabaikan cerita (tidak membodohi), film ini tetaplah sebuah tontonan yg sama sekali nggak gagal. Tetap seru dan sukses menyita mata gw untung pantengin layar terus-menerus. Btw, kalo penasaran "Green Zone" itu apa, ini adalah istilah militer untuk wilayah yg aman dan dijaga ketat di dalam daerah konflik atau perang. "Green Zone" di film ini adalah kompleks residen pejabat pemerintahan Saddam Hussein, termasuk kerabat dan Hussein sendiri, yg terbengkalai pascainvasi AS, lalu sekarang menjadi pusat kegiatan dan tempat tinggal orang2 asing, terutama AS dan koalisinya, karena paling aman. Jadi ketika di luar zona itu ada bom, tembak2an, kekurangan air, dan penjarahan, di Green Zone orang2 lagi pada berenang, foto2, makan2 dan minum2 produk kesukaan mereka, internetan...and well yeah, selain mengurus "pembangunan demokrasi" di Irak, whatever. Entah buat penonton yg lain, tapi melihat gambaran ini dan juga keseluruhan cerita film Green Zone, gw jadi pengen toyor muka idiot George W. Bush dan cubit kenceng2 lemak pinggang orang2 "intel" Amerika itu, bikin jengkel >_<. Mungkin film ini terkesan anti-Amerika (dan sepertinya akan menyenangkan mereka yg anti-Amerika), tapi gw pikir poinnya bukan di situ. Intinya adalah tentang kebenaran, yg senantiasa dicari, tapi belum tentu diinginkan. Sick.
my score: 7,5/10
visualisasi yang dinamis membuat kita melek terus..buat hiburan OK-lah. btw judulnya Green Zone krn sutradanya namanya greengrass, coba kalo redgrass jadi red zone, atau yellowgrass jadi yellow Zone he..he...
BalasHapus@e2p, ternyata ada yg sesama garing nih =__=; hehe. kalo namanya Timegrass judulnya jadi...
BalasHapuspenasaran banged ama film ini, tapi disurabaya film ini belum diputer.. hmm, payah..
BalasHapusyup, night shotnya berasa banyak noise, dan awal2 agak susah ngikutin ceritanya (maklum, saya lemot) tapi overall, actionnya oke dan quite enjoyable (buat org2 yg "kecewa" sama THL, silakan ntn Green Zone)
BalasHapus@Budi: mudah2an cepat sampai Sby, nonton di bioskop tetap cara yg terbaik ^o^
BalasHapus@Esti: yup, kayaknya kalo mau fokus sama ceritanya butuh nonton ulang, karena kesan kali pertama yg ditangkap pasti 'seru'-nya aja ^_^
agak beda ya,gw ngantuk nontonnya.Emang film ini jelas bukan film yg jelek,tp penceritaannya kurang bisa ngebangun ketegangan dan rasa penasaran gw(karena gw yakin,dengan musik berdentum2,aksi kejar2an dan tembak2an,misteri yg harus dipecahkan,dampak yg diinginkan oleh sutradara sm penonton kan penonton jd tegang dan penasaran.Ga mungkin dong dia ngarep penonton jd berbunga-bunga).Dan ya..art directionnya mantap.
BalasHapusIt's just the shallow-minded me mungkin.
@ReviewSexy:
BalasHapusnot your cup of tea perhaps *alah sok basa inggris*
Selera memang tidak bisa dipaksa. Ceritanya sih kalo buat gw cukup oke tapi penyampaiannya emang kurang kuat
adegan miller masuk lapas utk nyari info dr hamzah terkesan gampangan. pd hal sipir tahanan bilang lu harus punya surat izin E75 apa gitu kodenya, tp si sipir sendiri nanya berapa menit lu mau introgasi hamzah?? kayaknya pak sutradara terlalu meggampangkan bagian yg ini, jd kurang realistis. imho.
BalasHapusbtw, gua telat nonton film ini :)