Year-End Note: My Top 10 Films of 2019


This is it. Usai perenungan yang cukup alot *dalih karena nggak posting lebih cepat =P*, gw akhirnya siap menggelontorkan 10 film teratas sepanjang tahun 2019 versi gw . Dalam satu tahun jelas banyak banget film yang dilepas ke khalayak, dari berbagai bangsa dan genre, apalagi sekarang medianya nggak cuma di bioskop-bioskop. Artinya, nggak mungkin gw akan mencakup semua judul yang ada. Makanya, seperti biasa gw melakukan pra-eliminasi bahwa yang gw taruh di senarai adalah film-film yang dirilis resmi di bioskop Indonesia sepanjang tahun 2019, biar hidup gw nggak lebih ribet. 10 judul yang akan gw sebut adalah film-film yang menurut gw paling berkesan, membekas, dan atau gw paling nikmati. Terbaik secara objektif? Belum tentu, atau bahkan, jelas tidak. Toh patokannya gw sendiri, subjectivity is my jam =)).





HONOURABLE MENTIONS
Sebelum masuk ke top 10, gw juga ingin menyerukan special shoutouts buat 5 film lain yang sudah memberi kesan masing-masing buat gw di tahun 2019. Untuk yang ini, gw urutkan sesuai abjad ya.


Aladdin, dir. Guy Ritchie
Tak sekadar memeragakan ulang film animasi musikal Disney nan legendaris, film ini memberi suplemen tema yang relevan dengan dunia modern, laga bombastis, dan aura kebintangan Naomi Scott =).

Alita: Battle Angel, dir. Robert Rodriguez
Awalnya hanya terpukau pada digdaya visual efek/CGI, excitement film ini tidak pernah pudar seiring durasinya, sekalipun banyak hal yang harus diceritakan dalam durasi yang terbatas.

Glass, dir. M. Night Shyamalan
Sebuah crossover-sequel dari karakter-karakter berkekuatan unik dalam film Unbreakable dan Split. Memang tidak berskala mentereng, tetapi balutan thriller-misteri minimalisnya justru memunculkan sisi "main-main", membuat gw duduk pasrah menikmati apa pun yang disajikan. Ape lo.

The Mule, dir. Clint Eastwood
Film nggak neko-neko yang disokong kekuatan aneka emosi di tiap pengadeganan dan permainan simpatik dari para pemerannya.

Terlalu Tampan, dir. Sabrina Rochelle Kalangie
Upaya paling efektif dalam menghidupkan konsep komik nan absurd menjadi tontonan dengan gaya humor yang juga absurd, namun tetap lancar dalam bertutur.





Dan, berikut adalah 10 besarnya.




MY TOP 10 FILMS OF 2019






10. Knives Out
dir. Rian Johnson

Kisah misteri/detektif-detektifan yang dibawakan dengan cara yang lincah bahkan cenderung jenaka. Ketimbang terjebak kesan kuno dan berulang, film ini menampilkan berbagai sentuhan modern yang relevan, mulai dari rancangan karakter-karakternya yang rada eksentrik sampai ke dialog-dialog cerdik-nya.






9. Weathering With You
dir. Makoto Shinkai

Tak hanya jago gambar, Shinkai sekali lagi membuktikan kemampuannya untuk mengolah cerita dengan tema berlapis, namun dengan penuturan yang bikin nyaman dan senang, bikin hanyut pada emosinya, dan akhirnya juga mampu bikin merenung. Kok bisa gitu kepikiran bikin cerita tentang "pawang hujan" dikembangkan jadi kisah romantika remaja yang kini banget, nggak soal mistisnya doang.






8. Dua Garis Biru
dir. Gina S. Noer

Judul teranyar bertema kehamilan remaja tak terencana yang digarap dengan penuh perhitungan. Membawa sensibilitas dalam bercerita, memuat banyak simbol namun nggak membatasi alir penuturannya untuk bisa dipahami dan dirasakan semua kalangan.






7. Keluarga Cemara
dir. Yandy Laurens

Tak jauh dari kesan yang timbul saat membaca judul atau melihat gambar-gambar promosinya, film ini begitu lembut dan sederhana. Padahal, membuat film keluarga di tengah kompleksitas kehidupan kontemporer adalah sebuah tantangan tersendiri, dan film ini berhasil mengatasi itu, menghasilkan sebuah tontonan yang menghangatkan dan seringkali menghanyutkan.






6. Avengers: Endgame
dir. Anthony Russo, Joe Russo

Movie event of the year yang meroketkan karier Stephanie Poetri benar-benar menghidupi definisi frase tersebut. Sebagai jilid pamungkas dari film-film Marvel Cinematic Universe angkatan pertama, 3 jam durasi film ini tak hanya menuntaskan misi penyelamatan dunia yang ditampilkan dengan dahsyat riuh rendah gegap gempita. Film ini sekaligus jadi momen selebrasi bagi para karakter, para pemain, dan juga para kreator di balik layar yang telah mempersembahkan aksi puluhan karakter Marvel terintegrasi lewat judul demi judul pengubah peta box office dunia selama lebih dari 10 tahun non-stop. Dan, getaran dari semangat itu sangat dirasakan saat menonton hingga usai.






5. Parasite
dir. Bong Joon Ho

Awalnya akan dikira film ini tentang satu hal saja--satu keluarga pengangguran ngapusi satu keluarga kaya supaya dapat kerja, namun dengan lihai film ini membawa penonton pada belokan-belokan tak terduga, sampai akhirnya tiba pada gambaran utuh tentang keresahan yang hendak disampaikan para pembuatnya. Bermain di ranah komedi gelap dan thriller, digerakkan oleh akting yang kompak serta kontrol ritme yang menimbulkan rasa excited, ini adalah salah satu spesimen terbaik dari film-film yang punya pesan lantang namun di saat yang sama memberikan hiburan.






4. Ad Astra
dir. James Gray

Disajikan sebagai drama sci-fi, sulit untuk nggak terpukau pada imajinasi yang ditawarkan: masa tak terlalu jauh di depan andai eksplorasi dan kolonialisasi antariksa jadi hal jamak, yang disajikan lewat visual yang elok dan, well, membumi. Terlebih lagi, film ini berhasil memaparkan semesta ceritanya yang cukup kompleks, sekaligus menuturkan kisah tentang hubungan ayah dan anak dalam proses pencarian dan pendamaian, hanya dalam satu kali jalan.






3. Ford v Ferrari
dir. James Mangold

Diadaptasi dari kisah nyata kemenangan pertama perusahaan mobil AS, Ford di event balap tahunan 24 Hours of Le Mans tahun 1966, garis besarnya adalah upaya orang-orang yang tadinya tak diperhitungkan membuktikan kemampuan mencapai puncak. Namun, bukan glorifikasi keberhasilan yang diutamakan. Film ini merangkaikan kisah di balik layar, khususnya persahabatan Caroll Shelby dan pembalap Ken Miles serta keluarganya, dalam tuturan yang hangat dan manusiawi. Tetapi tak ketinggalan, penataan adegan-adegan balap vintage-nya juga digeber maksimal, sampai bikin lupa bahwa kadang dunia nyata tak semanis harapan kita.








2. Shazam!
dir. David F. Sandberg

Tampil tanpa beban sebagai entry yang paling "longgar" dalam semesta superhero DC, film ini mencuat dengan premisnya yang simpel dan fun, disuguhkan dalam kemasan laga komedi yang solid. Tak hanya mengambil jalur laga superhero baik versus penjahat seperti umumnya--dengan pengadeganan yang thrilling ber-visual keren andalkan CGI, nyawa film ini juga terletak pada kisah persahabatan dan kekeluargaan, makanya mudah mengena dan nggak terlalu ribet dinalar. Ditambah lagi, sajian komedinya tampil organik dan bersinergi dengan ceritanya, bahkan sampai di pertarungan pamungkasnya. Sebuah paket hiburan lengkap, satu hal yang mungkin sulit disematkan pada film-film keluaran DC di tahun-tahun sebelumnya.










1. Joker
dir. Todd Phillips

Menonton Joker adalah salah satu pengalaman paling "lain" sepanjang tahun 2019. Menyadur sosok penjahat utama dalam kisah Batman, film ini completely kebalikan dari film superhero yang pernah ada, mengajak untuk mengalami kehidupan seseorang yang nantinya jadi penjahat besar. Terlepas dari kualitas teknis premium minim efek dan performa akting layak puja-puji, penuturannya begitu runut dan tak sulit dipahami, tetapi di situlah "masalahnya", seolah mencolek sisi tergelap penonton, yang secara moral seharusnya tidak simpati terhadap si Arthur Fleck dan pilihan-pilihannya--toh di tengah-tengah bobrok dunia, seseorang seharusnya bisa tetap memilih kindness, tetapi Arthur tidak. Alhasil, buat gw, Joker adalah sebuah drama kriminal mencekam dan so dark sampai-sampai sulit untuk menyingkirkannya dari ingatan. A stand-out indeed.




Dan demikianlah catatan dan senarai tahunan gw untuk 2019. Semoga 2020 menjadi tahun yang lebih exciting lagi ya. See you around!

Komentar

  1. Kalo ga ada The Irishman, easily Joker will become my movie of the year deh

    BalasHapus

Posting Komentar