[Movie] Ada Cinta di SMA (2016)


Ada Cinta di SMA
(2016 - Starvision)

Directed by Patrick Effendy
Screenplay by Haqi Achmad, Patrick Effendy
Story by Salman Aristo
Produced by Chand Parwez Servia, Fiaz Servia
Cast: Iqbaal Dhiafakhri, Teuku Ryzki, Alvaro Maldini, Caitlin Halderman, Gege Elisa, Agatha Chelsea, Cassandra Lee, Tora Sudiro, Cut Keke, Ikang Fawzi, Wulan Guritno, Rima Melati, Reza Nangin, Epy Kusnandar, Auxilia Paramitha, Ibob Tarigan, Fandy Christian, Nikki Frazetta, Ridwan Ghany, Isabella Fawzi


Sangat mudah untuk nge-judge bahwa Ada Cinta di SMA adalah sebuah film nggak penting yang hanya mau mendompleng nama boyband remaja CJR (d/h Coboy Junior) yang pamornya juga mulai agak mereda belakangan ini. Apa sih yang bakal membedakan film ini dengan roman-roman berseragam SMA lainnya yang muncul tanpa henti di layar lebar kita sejak fenomena Ada Apa dengan Cinta 14 tahun yang lalu? Ternyata emang agak beda. Ketika film-film roman remaja SMA yang nggenah sulit dicari, Ada Cinta di SMA muncul sebagai sebuah pengecualian. Padahal sebenarnya film ini tidaklah terlalu ambisius ataupun serba mewah. Cuma, karena jadi produk yang memang digarap paling pas dan rapih di antara karya-karya sejenis yang kebanyakan bland dan bahkan asal-asalan, film ini jadi terlihat cemerlang dari yang lain-lainnya.

Yang jadi tokoh sentral film ini adalah personel CJR yang konon paling ngganteng, Iqbaal Dhiafakhri yang berperan sebagai anak SMA lincah ceria tapi suka iseng bernama...Iqbal—iya, "a"-nya dikurangin satu, serta seorang siswi judes ambisius bernama Daihastu Ayla (Caitlin Halderman). Ceritanya si senior favorit Kiki (Teuku Ryzki) akan berakhir masa baktinya sebagai ketua OSIS. Iqbal didorong oleh Kiki dan beberapa orang sekitarnya untuk calonkan diri sebagai ketua OSIS, dan lawannya adalah Ayla. Iqbal dan Ayla sudah kenal sejak kecil, tetapi hubungan mereka memang kurang akur, dan persaingan jadi ketua OSIS semakin mempertajam itu. Tetapi, yah namanya juga film roman, proses menuju kursi ketua OSIS justru bikin keduanya jadi sering ketemu dan jadi dekat lagi. Oh, btw, si Aldi (Alvaro Maldini) itu jadi sahabat dekat dan satu band-nya Iqbal yang kemudian jadi ketua "tim sukses" Iqbal, karena dengan itu anggota band-nya bakal bisa nambah =D.

Nah, terus, apa yang bikin gw bilang film ini agak beda? Somehow, gw merasakan film ini genuine, mulai dari ceritanya, penokohannya, sampai penuturannya. Okelah filmnya ternyata berformat komedi musikal dengan beberapa momen tokoh-tokohnya bernyanyi, tetapi buat gw film ini bisa menangkap esensi masa-masa SMA dengan wajar. Film ini nggak memberat-beratkan yang ringan dan nggak meringan-ringankan yang berat, dan menurut gw itu poin penting. Persoalan besar anak-anak ini adalah persaingan organisasi di sekolah, cinta-cintaan remaja, dan sedikit pergumulan di keluarga masing-masing. Tetapi pembawaannya nggak langsung tiba-tiba mellow atau overdramatic, dan masih dalam perspektif anak-anak usia segitu—atau mungkin itu hanya asumsi gw saja haha. Bahwa persoalan yang diangkat tidak dikesankan seolah-olah dunia mau kiamat, menurut gw adalah keputusan paling tepat yang diambil oleh pembuat film ini. It's just high school, so let's just sing it out =P. Ketika ada persoalan yang melibatkan perasaan, maka alasan, proses, dan reaksinya juga terbilang wajar. Ketika ada persoalan yang agak lebih berat—seperti Iqbal yang nggak pernah dianggap mampu berprestasi oleh keluarganya dan Ayla yang punya problem komunikasi dengan ibunya yang supersibuk, pun nggak sampai mendistraksi atau memaksa tokoh-tokohnya untuk jadi sok gede. Nggak serba dibikin-bikin, maka gw nontonnya pun jadi asyik.

Tapi, yah namanya juga menyesuaikan dengan genre dan target penontonnya, mungkin akan banyak yang menemukan film ini tidak memberikan kedalaman atau gebrakan yang gimana gitu. Gw juga ngerasa begitu, kadang unsur komedinya terlalu cengengesan buat gw, ada keklisean di sana-sini, juga masuknya satu dua subplot kadang terasa terlalu melebar di beberapa titik. Namun, ya nggak apa-apa juga. Film ini nggak perlu untuk jadi deep atau groundbreaking, asalkan tepat takaran dan tepat sasaran, itu rupanya sudah cukup jadi tontonan yang solid. Dan, mungkin karena dimainkan oleh pemain-pemain yang memang masih remaja dan memang bisa akting, ya itu tadi, lebih terlihat otentik, sampai ke dialog antarmereka pun mengalir dengan gaya dan intonasi yang wajar.

So yeah, buat gw Ada Cinta di SMA adalah film yang, pertama-tama, dirancang dengan baik, lalu berhasil menghibur sebagaimana adanya. Eksekusi teknisnya juga terbilang amanlah sekalipun nggak bisa dibilang wahid—can't really expect much in this part dari produk Starvision yang umumnya dibuat cepat. Dan, adanya unsur musikal nggak mengganggu gw dalam mencerna film ini secara keseluruhan. Malahan, unsur gerak dan lagu ini jadi bumbu yang mengangkat kenikmatan menyaksikan film ini, memberikan percikan hiburan yang menyenangkan dengan lagu-lagu pop ringan yang enak didengar—personal favorite gw adalah "Cinta Salah" yang dinyanyikan Ayla =)—dan tampilan visualnya pun nyaman, luwes, dan cukup exciting, didukung oleh dinamika tata kamera dan editing yang tampak terbantu banyaknya variasi angle gambar, sebagaimana musikal modern seharusnya *ini agak bermaksud nyindir film yang lain =p*. Betapapun, pelajaran dari keberadaan film ini adalah, nggak semua film yang tampaknya market-driven banget itu seburuk yang dikira.





My score: 7/10

Komentar