Kita sampai pada senarai paling maksa di year-end note kali
ini, yaitu 10 album musik. Gw tahun ini jarang sekali mendengarkan album-album secara utuh dan menyeluruh, dan saat dengerin pun belum tentu suka. Efeknya, gw
hampir nggak bisa memenuhi kuota top 10 album paling gw nikmati tahun ini—baru
"nikmati" lho, apa kabar kalau kriterianya naik jadi
"terbaik"? So, kalau dilihat-lihat, daftar 10 album berikut ini
mungkin akan menimbulkan kernyit dahi, apalagi banyak album best-of-nya, dan
artisnya ya itu-itu aja. Gw hanya bisa berdalih bahwa ya itulah yang
paling gw sering dengerin dan paling gw nikmati sepanjang tahun ini.
O well. Berikut adalah 10 album yang paling gw nikmati
sepanjang tahun 2014, dalam urutan mundur.
10. Shakira
Shakira
Mindset orang-orang tuh perlu diubah: Shakira itu bukan
artis "musik latin", dia adalah artis pop yang kebetulan berbahasa
Spanyol. Shakira kali ini pe-de membuat sebuah album internasional yang memakai nama dirinya, yang
memang ternyata cukup menggambarkan dirinya yang senang bermain di berbagai genre
musik (latin, pop, rock, R&B, country, reggae) dan "diaduk"
dengan suara sember khas dirinya. 1-2 lagu terdengar terlalu Taylor
Swift-y dan Sony Music-y yang terkesan filler doang supaya jumlah lagunya sampe belasan,
tetapi kalau doi pengen album ini menggambarkan musikalitas dirinya, gw sih
setuju aja.
9. TAPESTRY OF SONGS -The Best of Angela Aki-
Angela Aki ( アンジェラ・アキ)
Karena gw emang suka karya-karya dan sebagian besar
single-single-nya, it's only natural gw sangat menikmati album ini. Dan, entah
ini sesuatu yang baik atau tidak, Angela Aki memang punya kualitas yang
konsisten sejak major debut tahun 2005 hingga sekarang, baik dari musikalitas,
lagu, lirik, dan vokalnya, jadi ada kesan ini album kayak emang satu album utuh
yang dibuat dalam satu waktu. Cool.
8. THE BEST
Girls' Generation ( 少女時代)
Gw nggak ngerti tujuan di balik dari perilisan album The
Best (untuk lagu-lagu berbahasa Jepang) dari Girls' Generation a.k.a. SNSD ini harus dibuat dalam 5 versi
berbeda (!) yang tracklist-nya juga beda-beda tipis *tepok jidat*, tetapi yang gw
bicarakan di sini adalah versi regulernya. Alasannya simpel, karena versi ini
menyelipkan lagu-lagu yang lebih dinamis, ada ballad-nya, nggak cuma yang ajep-ajep doang.
Hence, lebih mudah dinikmati.
7. The Hunting Party
Linkin Park
Fakta bahwa gw bisa terus menikmati karya Linkin Park sampai
sekarang adalah sesuatu yang patut gw catat, entah karena mereka memang sebagus
itu atau gw yang dibutakan oleh fandom =p. Anyway, bagi yang merindukan LP yang
katanya cadas dan straight rock, album ini jawabannya. LP memutuskan untuk
melepas kecenderungan eksperimentasinya secara total, dan hasilnya adalah
album yang "bising" tapi dewasa, whatever that means.
6. Guardians of the Galaxy: Awesome Mix Vol. 1
various
artists
The ultimate cheat of this list. Jelas lagu-lagu yang ada di
sini gabungan lagu-lagu yang konon top di era 1970-an, yang bikin status album
ini bukanlah album "betulan". Tetapi penggabungan lagu-lagu ini untuk
film superhero Guardians of the Galaxy terbilang brilian. Keasyikan
penempatan lagu-lagu di filmnya pun menular ketika disusun dalam sebuah album
soundtrack kompilasi yang paling asoy didengerin pas nyetir ini.
5. My Favourite Faded Fantasy
Damien Rice
Gw sebenarnya udah naksir sama musik Rice sejak
"Cannonball" dan tentu saja "The Blower's Daughter"
di sekitar tahun 2003-2004. Tetapi, gw sendiri belum sempat benar-benar terpikat
karena doi musiknya (antara rock, folk, dan galau =p) buat gw kelewat depresif.
Untungnya, ketika gw coba denger karya terbarunya, gw sangat bisa menikmati, seakan punya perspektif
yang lebih fresh, atau mungkin juga doi emang yang nggak sedepresif
dulu. Di album ini, gw akhirnya ngeh bahwa yang bikin Rice istimewa adalah
musiknya sangat sinematik, dramatis, memainkan emosi, bahkan lagu-lagunya dengan
lirik yang bercerita hampir menyerupai musikal, diperkuat oleh kesungguhan Rice dalam bernyanyi. Agak sedih juga sepanjang tahun ini
pamor Rice ketutup sama versi KW-nya, Passenger =p.
4. Evergreen
Hata Motohiro (秦 基博)
Ini adalah album yang berisi single-single Hata dari sejak
major debut tahun 2006, tapi dalam format kumpulan rekaman live akustik
"hikikatari" (nyanyi sambil main gitar), baik di studio maupun di
konser-konser. So, that makes this best-of album kind of unique. Yang gw salut
adalah keberanian Hata dan labelnya untuk merilis album berkonsep demikian.
Karena ini live (gw asumsikan masing-masing track itu satu kali take), Hata
bener-bener stripped down, mau fals atau napasnya abis atau keseleo, semua bisa kedengaran. Tetapi, justru itu yang bikin album ini terasa
real dan jujur, tanpa polesan apa-apa yang malah bikin Hata semakin menonjol.
3. Hari Baru
RAN
Album ini dirilis akhir banget tahun 2013, dan gw saat itu
gw agak ragu untuk langsung masukin ke senarai tahun lalu. Tetapi, kayaknya
emang paling bener album ini ditaruh di tahun 2014. Bagi gw pribadi, album ini
nggak langsung nge-hook sekali dengar layaknya album pertama dan kedua mereka.
Tetapi, ketika didengarkan dengan seksama lebih lama, gw bisa lihat bahwa RAN semakin rapi
dalam memadupadankan aransemen yang asyik dan berbobot (nuansa pop vintage
paling terasa di sini), dan makin pinter dalam merangkai lirik. Mungkin tidak
serancak waktu "muda" dulu, tetapi musikalitasnya nggak kendor sama
sekali.
2. MANTLE
Czecho No Republic
Kalau saja tidak dengar bahasanya, mungkin band pop rock Jepang ini disangka dari Eropa. Memang sound mereka seperti
itu: ada campuran bunyi-bunyian digital dan synthesizer, distorsi pada gitar
dan drum dan sebagainya, tapi mereka ini versi yang lebih fun dan cheerful,
terutama kelihatan dari melodi-melodi playful (bagian yang berlirik maupun
intro/interlude) yang disusunnya, almost like a video game soundtrack =D. Well,
di album ini memang ada sepasang track yang ingin menunjukkan sisi lain band
ini dengan musik sangat Brit rock macam Arctic Monkeys dan Blur, tetapi overall
album ini mampu memancarkan keriaan bagi pendengarnya. Rada "aneh"
namun tetap berpegang pada ranah pop yang sanggup dinikmati siapa pun.
1. MUSIK POP
MALIQ & D’Essentials
Agak kurang paham juga gw kenapa album ini diberi judul yang
cukup...err...vulgar. Padahal, isinya sendiri nggak bisa dibilang
"pop", at least dalam pengertian "musik pop" yang banyak
di-push oleh Musica, Sony Music, dan Nagaswara saat ini--you know, yang
sederhana, sekali denger langsung inget, gampang dicari kordnya tanpa perlu
majalah MBS =p. Tapi kalau dibilang pop, ya bisa juga. Cuma, mungkin
dari susunan nada dan pilihan kord-nya lebih mengarah ke pop gaya lawas,
nyerempet era 1970-an yang lebih melodik atau 1980-an yang banyak
terpengaruh jazz, yang buat gw sih lebih ampuh dalam membuai. In terms of
homage to vintage music, mungkin album ini adalah lanjutan dari Sriwedari tahun lalu. Sound-nya sendiri memang makin banyak bermain di efek digital, tetapi itu nggak menyabotase spirit sejati dari album ini, yakni menyajikan rangkaian
musik dan melodi yang enak didengar...also known as "pop". Keren.
Komentar
Posting Komentar