Year-End Note [Special]: 2012, A Good Year for Indonesian Films

Judul postingan ini bukan main-main. Bukan pula nasionalisme semu. I mean, gw tuh tidak termasuk orang yang selalu excited setiap ada film Indonesia yang beredar di bioskop, walaupun dibilang anti juga enggak *ih parah banget kalo anti, situ oke banget?*. Gw biasanya hanya tertarik pada beberapa film Indonesia setiap tahun, alasannya menurut gw sebagian besar film-film kita belum memiliki production value dan cerita yang cukup menarik gw untuk menontonnya di bioskop. Jadinya yang gw tonton rata-rata cuma 2-3 judul per tahun, yang gw paling yakin pasti bagus/gw suka, dan biasanya juga film-film Indonesia yang masuk dalam daftar 10 film terfavorit tahunan gw paling 1 judul atau tidak sama sekali.

Tahun 2012 rupanya menjadi tahun yang festive bagi perfilman Indonesia. Bukan soal banyaknya produksi, bukan juga sekadar banyaknya film Indonesia yang ikut dalam festival-festival internasional yang really matters, tetapi sepertinya film-film kita yang berkualitas baik pada "janjian" ngumpul dirilis pada satu tahun ini, melebihi tahun-tahun mana pun seumur hidup gw. Alhasil gw sendiri telah memecahkan rekor menonton film Indonesia di bioskop sebanyak 19 judul di tahun 2012 ini, belum termasuk 2 film klasik (Lewat Djam Malam, dan Roro Mendut di Kineforum), dan secara keseluruhan gw merasa puas terhadap lebih dari separuhnya. Untuk itulah gw merasa perlu membuat catatan khusus untuk film Indonesia di akhir tahun ini, sebagai semacam "monumen", 2012 ini perlu gw (dan kita semua) ingat sebagai tahun yang baik untuk perfilman Indonesia.

Rekor pribadi: 24 kali ke bioskop buat nonton film Indonesia di tahun 2012

Situasi dan kondisi ini mungkin juga banyak yang tak menyadarinya. Gw tahu masih ada saja orang yang lebih baik nonton film jelek-tapi-yang-penting-luar-negeri daripada film bagus-tapi-dari-Indonesia-iyuh, you know, orang-orang yang ngakunya sih heartbroken karena sekalinya pernah nonton film Indonesia malah dikecewakan (dikira film Indonesia sama kayak laki-laki, semua sama aja =pp). Seandainya mereka melihat dengan lebih clear, betapa banyak ragam tema dan daya tarik film Indonesia selama setahun ini, bahkan yang laris sekalipun (ingat bahwa "laris" belum tentu tanda "bagus") tetap punya kualitas produksi yang baik. Ini adalah tahun yang membuat pemikiran maklum ("maklum film Indonesia jadi masih titik titik titik") yang senantiasa ada dalam penilaian gw terhadap film kita sedikit demi sedikit terkikis.

Berikut ini gw akan memberi apresiasi, special mention lah, terhadap film-film Indonesia yang paling baik, bagus atau setidaknya berkesan bagi gw sepanjang tahun 2012. Ada total ada 10 judul, gw urutkan secara alfabetis, dan bisa jadi salah satu (atau lebih?) bisa masuk dalam dalam top 10 film gw nanti. Ini tidak ada hubungannya sama laris atau tidak, karena sekali lagi, inilah film-film yang memiliki nilai-nilai dan kualitas keseluruhan, serta kesan yang memuaskan menurut pandangan gw (jadi itu jawaban bagi yang nanya soal Perahu Kertas, 5 cm., Habibie & Ainun, atau Nenek Gayung =p). Tolong, teman-teman yang belum berkesempatan menontonnya, berilah perhatian pada film-film berikut ini. Jika mendengar film-film berikut diputar di suatu tempat atau ada di rental, tontonlah.





Atambua 39° Celcius
Riri Riza
Bercerita tentang para pengungsi asal Timor Timur di NTT, potret orang-orang kecil yang terimbas efek berkepanjangan dari kepentingan-kepentingan besar. Menampilkan banyak gambaran sosial budaya setempat, bisa juga jadi kritik terhadap kurangnya kelayakan hidup para pengungsi di sana, tetapi film ini tak lupa pada sisi emosional ketiga tokohnya yang menyimpan pahitnya hidup kesepian.
Review



Cita-Citaku Setinggi Tanah
Eugene Panji
Mungkin karena dibuat dengan niat baik dan tulus, film charity ini begitu hangat dan berkesan meskipun kisahnya sangat sangat sederhana. Terdengar lucu ketika seorang anak SD di daerah gunung bercita-cita sangat cetek yaitu ingin makan di restoran Padang, namun kegigihannya dalam usaha mewujudkannya menjadi cubitan bagi siapa saja yang bercita-cita lebih besar tapi nggak ada langkah lanjutannya. M Syihab is a star.
Review



Lovely Man
Teddy Soeriaatmadja
Tema provokatif tentang pertemuan seorang anak perempuan (beratribut) relijius dengan ayah kandungnya yang ternyata seorang penjaja seks...dan waria, dikemas dengan cantik oleh Teddy Soeriaatmadja. Pertemuan canggung yang berlanjut pada pengungkapan rahasia pedih dari keduanya disampaikan dengan baik lewat dialog-dialog emosional dan penampilan tanpa cela dari Donny Damara dan Raihaanun.
Review



Mata Tertutup
Garin Nugroho
Sebuah film pendidikan yang tak terasa menggurui saking nyata dan "brutal"-nya peristiwa-peristiwa yang digambarkan di dalamnya. Film ini digunakan tidak hanya sebagai media penyampaian informasi terhadap bahaya gerakan-gerakan radikal agama bagi kaum muda di sekitar kita, namun juga memancing pertanyaan kenapa hal-hal ini bisa (dibiarkan) terjadi. Film yang punya pesan jelas dan penting, begitu menggugah akal dan emosi, dan juga berhasil tidak meninggalkan kualitas artitsik dari Garin Nugroho.
Review



Modus Anomali
Joko Anwar
Sepanjang film penonton dibuat penasaran sebenarnya apa yang terjadi terhadap si tokoh utama sehingga ia lupa ingatan dan identitasnya, serta diburu oleh pihak misterius, sampai akhirnya terbongkar dengan rangkaian adegan yang belum tentu menjawab semua pertanyaan. Gw sih suka, membuat film ini jadi beda. Sebuah karya yang solid dan orisinil, penataan teknis dan adegannya nyaris tanpa cela dan penuh perhitungan. Mungkin ada yang menganggapnya membingungkan, tapi kalau dipikir-pikir lagi, nggak semembingungkan itu kok.
Review



The Raid
Gareth Evans
Dengan kisah yang standar film aksi dan video game, serta artikulasi dialog yang belepotan, film ini dapat menutupi kekurangan mendasar itu dengan berbagai kelebihan yang dimilikinya. Ini adalah film laga tanpa basa-basi yang akan memuaskan hasrat penonton untuk melihat baku hantam dan adengan kekerasan lainnya yang terlihat meyakinkan (dan pada titik tertentu, mengasyikkan). Pencapain teknis film ini luar biasa, seakan tak percaya film produksi Indonesia bisa menyajikan segala sesuatu yang tampil dalam film ini.
Review



Rayya, Cahaya di Atas Cahaya
Viva Westi
Film yang cantik. Seorang selebriti ternama yang sedang gelisah dengan percintaan, bersama seorang fotografer senior yang juga punya masalah tapi lebih tenang menghadapinya, disajikan dan mengalir dengan mulus dan sukses mengajak penonton masuk dalam manisnya kebersamaan dua orang berlawanan sifat ini dalam sebuah perjalanan kerja dan berkembang jadi perjalanan hidup. Kisah yang cantik, dialog yang cantik, tata adegan yang cantik, akting cantik, sinematografi cantik, musik cantik, kostum cantik. Cantik, cantik, cantik!
Review



Soegija
Garin Nugroho
Meskipun sebenarnya masih agak bingung dengan maksud keseluruhan film dan juga informasi tentang Uskup Soegija selain soal silent diplomacy-nya yang akhirnya berhasil mempengaruhi pemerintah kolonial mengakui kemerdekaan Indonesia, tetapi film ini memang tak dapat dilupakan begitu saja. Gambaran tentang keadaan Indonesia pascakemerdekaan melalui beberapa potong kisah kemanusiaan berbagai sisinya tetaplah menggugah. Apalagi tata adegan khas Garin dihiasi dengan kepengkapan teknis (terutama tata artistik, kostum dan musik) yang sangat keren.
Review



Tanah Surga...Katanya
Herwin Novianto
Seandainya melepaskan product placements yang maksa, dan adegan pembacaan puisi yang bahkan bukan puisi itu, film ini memang sangat patut diperhatikan. Ia mengusung permasalahan bangsa di wilayah perbatasan (terutama Malaysia, kalo Papua New Guinea kurang tahu deh) namun sukses menyampaikannya dengan cukup ringan, mudah dinikmati banyak kalangan, serta cukup emosional. Sindiran-sindiran khas Demi Gisela juga banyak yang kena, terutama ketika kesetiaan terhadap negeri tidak pernah setimpal dengan perhatian dari negaranya sendiri. Bikin miris gimana gitu.
Review



Test Pack: You're My Baby
Monty Tiwa
Ini adalah salah satu contoh film yang gw gak sangka ternyata bagus. Kisah yang sederhana tapi vital tentang pasangan muda perkotaan yang kesulitan mendapatkan keturunan disampaikan dengan dewasa, manis, romantis, juga mengundang tawa, dan diceritakan dengan sangat lancar tanpa cela berarti. Pun film ini kembali mengingatkan tentang makna pernikahan yang lebih dalam dan lebih sejati. Apakah fungsi pernikahan cuma buat produksi bayi? 
Review




Lihat juga:
My Top 10 Songs of 2012: International, Indonesia, Japan
My Top 10 Albums of 2012
My Top 10 Films of 2012

Komentar

Posting Komentar