[Movie] The Sorcerer and The White Snake (2011)


白蛇传说 (Bái Shé Chuán Shuō)
The Sorcerer and the White Snake
(2011 - Distribution Workshop/China JULI Entertainment Media)

Directed by Tony Ching Siu-Tung
Screenplay by Zhang Tan, Tsang Kan-Cheong
Produced by Chui Po Chu
Cast: Jet Li, Eva Huang, Raymond Lam, Charlene Choi, Wen Zhang


Jargon berbalasan "suamikuh" dan "istrikuh" begitu melekat pada sinetron Mandarin yang diberi judul “White Snake Legend” (terjemahan dari judul aslinya sih "The Serpentine Romance") yang pernah ditayangkan SCTV pada jam primetime pada paruh awal dekade 1990-an tak lama setelah stasiun ini “merdeka” dari RCTI. Sinetron yang—setelah diulik-ulik di internet—berasal dari Taiwan ini sangat populer, bukan hanya karena gw sekeluarga rajin nonton *hehe*, tetapi efeknya begitu luar biasa hingga sering dijumpai pernak-pernik bergambar tokoh-tokoh sinetron ini (stiker, poster, buku tulis, dll), bahkan dicomot jadi lagu anak-anak yg dinyanyikan grup Trio Laris yang beranggotakan 4 anak (ya, saya juga bingung) cewek salah satunya adalah sekarang vokalisnya Ecoutez. Yes, it was that popular, kids—dulu sesuatu baru sah dikatakan "hits" kalau sudah ada lagu anak-anaknya, contoh lain adalah "Iguana" dan "Lemon Tree", mampus gak loe. Nah, meski hanya versi itu yang fenomenal di negeri kita, di tanah bangsa China sendiri legenda siluman ular putih ini memang sangat terkenal dan sering sekali diangkat dalam media fiksi. The Sorcerer and the White Snake adalah versi teranyar produksi Hong Kong dan RRC dengan nilai jual yang lumayan nggak main-main: efek CGI melimpah dan Jet Li.

Kalau dari ceritanya tidak banyak berubah. Bai Su Zhen (Eva Huang) yang disini dipanggil Su Su namun dengan egois diganti oleh penterjemah kita jadi Xu Xu *bwehehe*, adalah siluman ular putih (makhluk gaib yang wujud aslinya hewan tetapi sakti mandraguna sehingga bisa berubah wujud jadi manusia, kira-kira begitu) yang jatuh cinta dan kemudian menikah dengan seorang pria (manusia) letoy pembuat jamu, Xu Xian (Raymond Lam, kali ini emang beneran laki yang main), hanya saja si suami tidak tahu-menahu sosok asli Su Su. Namun, sesuai judul Inggrisnya film ini juga cukup banyak menekankan pada sosok Fa Hai (Jet Li), sang biksu sakti yang bertugas membasmi siluman yang membuat kekacauan di dunia manusia. Kita akan melihat beliau berkelana unjuk keahlian untuk "meluruskan" siluman-siluman yang "menganggu" manusia, hingga pada akhirnya ia menemukan Su Su yang telah melanggar kodrat dengan menikah dengan manusia. Meski Su Su dilihat tidak jahat, bahkan membantu usaha suaminya membuat ramuan jamu yang ampuh melawan wabah yang disebabkan siluman, Fa Hai tetap pada prinsipnya harus mengembalikan Su Su ke alamnya. Tentu saja usaha ini disambut dengan perlawanan baik dari Su Su, sang suami yang gak bisa apa-apa kecuali kemauan dan cinta *eaa*, juga sang soul sister Qing Qing (Charlene Choi) si siluman ular hijau.

Maksud gw dengan kata "perlawanan" adalah pertarungan sakti sesakti-saktinya antara pihak Fa Hai dan pihak siluman yang digarap ajaib terima kasih pada teknologi CGI. Pada sebagian besar filmnya gw rasa penggunaan aura-aura dan energi-energi tenaga dalam lewat bentuk visual itu cukup berguna bagi film legenda ajaib semacam ini. Tapi pada akhirnya film ini jadinya seperti yang gw takutkan, penggunaan CGI (meskipun tetap jauh lebih bagus daripada CGI di sinetron-sinetron siluman lokal di Indosiar *yaiyalah*) nampaknya merangsang si pembuat film semakin liar tak karuan dalam menampilkan visual gaibnya, terutama di duel akhir Su Su vs Fa Hai yang over-the-top banget. Kelebaian itu mungkin berhasil untuk Kung-Fu Hustle yang komedi top to bottom, tetapi untuk film yang banyak adegan aksi yang bermotivasi cinta? Hmmm. Eh ada tambahan adegan dua orang yang saling mencinta menatap nanar, slow motion, diiringi lagu ballad dinyanyikan berbalasan oleh vokal pria dan wanita di background. Hadeuh...

Pada hasil akhirnya, film ini hanyalah untuk hiburan dan bertujuan "meramaikan kancah film Asia" + "pake CGI". Adegan-adegan aksinya cukup seru di beberapa tempat tetapi tidak cukup untuk memuaskan apalagi sampai diingat (btw gw ketinggalan pertarungan Fa Hai vs gadis salju di awal, telat *malu*). Beberapa gambar dan adegan ada sih yang lumayan bagus dilihat, ada sisi komedi yang juga lumayan (paling sering dari tokoh Qing Qing dan Neng Ren), tetapi sayangnya tidak dimaksimalkan. Padahal secara cerita film ini berpotensi. Anggaplah siluman itu kayak mutant di X-Men, film ini mengandung pertanyaan apakah adil bila semua siluman dicap membahayakan sehingga harus dibasmi padahal mereka juga punya hati dan belum tentu berbuat jahat. Adegan pertemuan awal Fa Hai dan Su Su menyinggung hal ini, adanya tokoh Neng Ren (Wen Zhang) murid Fa Hai yang jadi korban hingga berubah jadi siluman pun harusnya menguatkan hal tersebut, akan tetapi sisi lumayan kritis ini diabaikan begitu saja demi, yah itu tadi, kemewahan visual semu. Jika ada satu hal yang berhasil buat gw, adalah bahwa film ini tidak membuat gw mudah berpihak pada Fa Hai atau ular putih. Su Su memang tampak terdzalimi tetapi, hei, doi nipu suaminya gitu. Fa Hai pun tidak digambarkan "antagonis" semata, tetapi bahwa dia melakukan dengan setia apa yang menjadi tugasnya, tidak membabibuta.

Gw sebenernya pingin banget tidak membenci film ini. Selain nilai nostalgia pada legendanya, filmnya sendiri tidaklah menyebalkan, poin-poin legendanya tidak terlalu menyimpang dari yang gw ketahui. Hanya saja, film ini jelas bukan film yang bagus. Bolehlah ditonton kalo nanti tayang di TV, cukup menghibur kok, kecuali adegan klimaksnya yang terlalu ambisius itu, tetapi untuk menjadi "fenomenal" jelas materinya kurang banget. Resep fenomenal tidak melulu berdasarkan besarnya penggunaan efek visual, you know. Penampilan Jet Li tidaklah istimewa, demikian juga Eva Huang dan kawan-kawannya. Jangan harap gw akan ingat terus film ini sebagaimana gw mengingat versi sinetronnya zaman dulu itu. Btw, menampilkan adegan ciuman bawah air yang diulang 4 kali itu juga tidak membantu meningkatkan sisi romantis lho, sama sekali. Camkan itu.



My score: 5,5/10

Komentar

  1. Halo, btw bisa tukeran link blog dengan blog saya??? Link blog ini sudah saya tambahkan. trims..

    BalasHapus
  2. @CineJour, siap, nanti saya cek ya.
    Terima kasih sudah mampir =)

    BalasHapus
  3. kayak u bisa aje bikin ne film...

    BalasHapus
  4. ne film sebenarnya ada 3D cuma di indo ga ada 3D cpd...

    film ne bgs kok...

    knp blg jelek huhuuhu

    BalasHapus
  5. @Anonim, yah namanya juga selera orang beda-beda.
    terima kasih sudah mampir =)

    BalasHapus
  6. Penasaran -___-". Jadi ingat, dulu heboh banget film silat di TV. Semoga Kera Sakti juga bakal dibuat versi movie-nya, bakal seru kalau pakai efek CGI *oot* =D.

    BalasHapus
  7. @rafael, ho iya kera sakti emang kudu pakai CGI, hehe
    kalau Ular Putih yg ini sebenarnya gak jelek2 amat, cuman sayangnya belakangan ini sudah tak terhitung berapa banyak film Hong Kong dengan teknik serupa sehingga jadinya, yah, terasa numpang lewat saja. Masih watchable lah =)

    BalasHapus
  8. Konicchiwa!!
    Kamiya desu!! (seperti biasa)

    wkwkwkwk jdi kangen ma film silat2 dulu, n gua stuju ma rafael yanuar tentang kera sakti bkal dirilis movie na.

    arigato gosaimazu!!

    BalasHapus
  9. @kamiya, hehe kangen ya, mungkin sekarang mesti puas dulu sama Tutur Tinular *heuheuheu

    Kalo kera sakti seinget gw terakhir ada The Forbidden Kingdom tapi produksi Amerika, yang Hong Kong/China kayaknya belum ada yg baru atau yg model si Ular putih ini

    BalasHapus
  10. menurut gw bagian yg paling fatal emang di scene fighting terakhirnya yg keluar ular2 dri tubuh Bai su zhen, CGI nya terlihat sangat kasar, sebenarnya ada scene lainnya jga si yg kasar penggarapan CGI nya, mungkin buru2 pda proses produksinya...SUNGGUH SANGAT2 DISAYANGKAN, pdhal ekspektasi gw terhadap film ini cukup tinggi, mengngat ni film kenangan bgt jaman sekolah dulu

    BalasHapus
  11. @anonim, cukup setuju. Mungkin pembuat filmnya menterjemahkan image "pertarungan dahsyat" dengan cara terlalu berlebihan, jadinya ya gitu deh, malah terlihat agak memaksa =)

    BalasHapus
  12. Baru nonton sekarang, di TV, sesuai saran Mas Reino =D.

    Sayang banget. Padahal kisah cinta antara siluman ular sakti nan cantik dengan penjual obat miskin namun baik hati ini sudah jadi Romeo Juliet-nya Asia ya? Tragedi "hilang ingatan" itu harus dibuat lebih dramatis lagi, soalnya sudah ribuan drama memakai tema serupa. Di paruh akhir film, emosi yang sudah dibangun sejak awal kok rasanya hancur lebur, Su Su yang "dulunya" baik dan bijaksana "akhirnya" malah dibuat egois.

    Terus ... duel akhirnya heboh banget, bikin melongo, Harry Potter saja dengan seluruh kemampuannya, paling cuma bisa berubah jadi kelinci mungil nan lucu, ini ular sihirnya oke banget pasti =D.

    BalasHapus
  13. @Rafael: hehe, kalau minjem istilah Syahrini, "terlalu too much" ya =P

    BalasHapus

Posting Komentar